Hapus Cinta

4K 73 12
                                    


Hari itu, nampaknya mentari telah lelah menyinari bumi, cahaya terangnya perlahan meng-oranye. Satu-dua orang berseragam abu khas anak sekolah mulai bergegas meninggalkan bangunan sekolah tercinta ini. Termasuk aku, karena aku tak ingin kalah cepat melawan pekatnya malam yang akan segera menutupi setiap penjuru kota.

Aku bergegas berjalan menuju halte guna mencari angkutan umum yang menjadi transportasiku sehari-hari. Jam tanganku menunjukan pukul 04.30, itu artinya ini sudah lewat dari jadwal pulangku. Entahlah apa yang akan aku dapatkan nanti ketika sampai di rumah.

Setelah sekian lama menunggu, akhirnya angkutan umum andalanku pun muncul, aku segera naik dan duduk tepat di dekat pintu. Ketika aku memalingkan wajah ke dalam ku lihat ada seorang laki-laki berseragam khas sma menatapku sambil tersenyum.

"kurasa aku mengenalnya"pikirku seraya membalas senyuman itu.

"aku Fatur, kamu Arsyila kan?"Tanya laki-laki itu menjawab semua kebingungan yang terbentuk di pikiranku.

"Oh, hai Fatur. Maaf aku belum hafal namamu, tapi kedepannya aku pasti akan ingat."jawabku dengan senyuman yang masih terpatri di wajahku.

"Iya santai saja syil, benarkan syil? Atau justru arsy?"ujarnya dengan sedikit bercanda mengenai panggilanku.

"terserah kamu aja deh hehe"responku, ya karena meski namaku arsyila banyak dari teman-temanku lebih nyaman memanggilku 'lala'.

"pulang kemana? Ehh udah pasti ke rumah ya?haha"dia tertawa, tersenyum, bertanya, dan banyak lagi. Dari saat itu, aku mengenalnya dan dekat dengannya.

***

Semenjak saat itu semuanya menjadi lebih berwarna, bahkan rasanya hari-hari ku selalu saja menyenangkan, penuh tawa, penuh dengan ribuan kebahagian. Dan pikiranku pun selalu dipenuhi oleh namanya Fatur, Fatur, Fatur. Sungguh memikirkannya saja membuatku tersenyum. Lama-lama aku bisa gila memikirkannya.

"Syila, nanti pulang bareng lagi kan?"Tanya fatur kepadaku, pasalnya hampir tiap hari aku pulang bersamanya, dia bilang 'Agar Waktuku lebih bermakna'.

"Tapi beliin aku es krim ya?"ucapku kepadanya.

"Iya, tapi ongkos aku kamu yang bayarin"

"eh kok gitu? Gak mau"jawabku diiringi tawa kecil yang tak pernah pudar.

"tadi katanya mau es krim"ucapnya menyangkal kata-kataku

"tapi mau gratis"

"yaudah nanti aku beliin pas pulang"

"Horeee hehe"

Obrolan ringan itu sanggup membuat aku mempertahankan senyum seharian, mampu membuatku langsung mampu menghadapi dunia. Aku tau ini berlebihan, tapi begitulah adanya, semenjak hari itu ketika aku dan Fatur tak sengaja mengobrol di bis sepulang sekolah, aku seperti sudah menggantungkan harapku padanya.

Ohiya aku dari tadi menceritakan terus sosok Fatur, dia terlalu memenuhi pikiranku sampai-sampai aku lupa mengenalkan diriku sendiri. Sekilas tentang diriku, Ayah dan Ibu menitipkan nama yang begitu indah kepadaku, yaitu Arsyila Nursyifa. Dimana di nama itu, mereka berharap aku bisa menjadi cahaya dan obat bagi orang-orang di bumi ini. Hehe. Dan aku pasti berusaha mewujudkan harapan Ayah dan Ibu, karena bagiku mereka adalah malaikat terbaik yang dikirim Tuhan untuk mengurusku yang nakal ini. Iya, aku dinobatkan sebagai anak nakal di sekolahku, bukan karena aku sering membuat masalah atau terlibat kekerasan, aku dinobatkan anak nakal karena aku terlalu malas untuk diam. Tapi senakal-nakalnya aku, nakalku tau aturan kok. Hehe. Satu lagi, jangan berpikir aku dan Fatur satu kelas, karena nyatanya dia lebih menyukai Ekonomi di banding Fisika, dan aku kebalikan dari itu.

Hapus CintaWhere stories live. Discover now