32. Hujan, Roti, dan Kamu

168K 9.4K 872
                                    

Setelah melewati berbagai pertemuan singkat dengan anak buahnya, Wyne baru bisa meninggalkan Uni TV pada pukul dua siang. Jelas bukan jam makan siang lagi, tapi apa yang bisa kamu harapkan dari seorang Wakil Presdir sesibuk Wyne? Bisa makan teratur saja sudah syukur.

Wyne turun dari mobilnya dengan mengabaikan rintik gerimis yang turun. Ia bergegas berlari menuju Santi's Bakery and Coffeeshop (alias Toko Roti Bu Santi)—tempat yang ia pilih dengan kedaulatan mutlak sebagai alpha female dalam hubungan absurd ini.

Sesampainya di dekat pintu, ia memperlamban langkahnya dan berdeham untuk mengatur ulang ekspresi di wajah. Jangan terlihat terlalu bersemangat. Apalagi terlihat ngos-ngosan seolah baru saja mengejar waktu.

Walaupun pria di dalam sana barangkali bakal senang dan ngeres melihat kamu ngos-ngosan.

Wyne mengatur napasnya setenang mungkin, untuk mengesankan ia bosan sekaligus setengah terpaksa mengunjungi tempat ini. Tidak lupa ia menepuk-nepuk rambutnya yang sedikit basah oleh gerimis—jangan sampai si Sarap itu mengira kamu menerobos hujan karena merasa bersalah datang terlambat.

Setelah segala persiapan tidak penting yang bagi Wyne penting itu, ia akhirnya mendorong pintu dan masuk ke dalam.

Suara riuh pengunjung serta harum roti bercampur kopi menyambut Wyne saat ia mengedarkan kepalanya mencari Zach. Di mana bocah sarap tiada tara itu? Ia mencarinya dari satu meja ke meja lain. Lalu berhenti di satu meja dekat jendela, satu-satunya meja yang tidak ia duga akan ditempati Zach.

Terlebih lagi Zach tidak menempati meja itu seorang diri, ia bersama satu-satunya manusia paling misterius yang telah melegenda di tempat ini semenjak lima tahun lalu. Wanita berambut putih yang selalu duduk sendirian dengan wajah murung. Dia yang hanya memesan teh hangat dan tidak pernah bicara dengan siapapun, termasuk Bu Santi.

Astaga naga.

Dan sekarang wanita misterius dengan keriput di sekeliling mata serta bibirnya itu bukan hanya bicara, tapi tertawa terbahak-bahak.

"Temanmu?"

Wyne tersentak kaget oleh suara Bu Santi di belakang. "Oh, hai, Tante."

Bu Santi mengendik kepala ke meja itu, tampak sama takjubnya dengan Wyne. "Pacar baru?"

Wyne segera menggeleng. "Bukan."

"Teman?"

"Hmm?" Wyne merenung sesaat. "Rekan kerja."

"Rekan kerja yang sangat luar biasa, kalau begitu. Selama lima tahun wanita itu berdiam diri di sana tanpa seorang pun yang berani mendatanginya untuk sekadar menyapa, tapi sekarang ia malah tertawa terbahak-bahak seperti anak balita overdosis gula."

Wyne kehabisan akal untuk menjawab. "Aku sendiri tidak mengerti, Tante."

Bu Santi mendorong punggung Wyne sambil tersenyum penuh arti. "Pergilah ke sana. Aku akan meminta orang untuk memanaskan roti kesukaanmu."

Mata Zach yang selalu lihai dan jeli melihat cewek cakep lewat, segera menangkap siluet sosok Wyne yang mendatangi mejanya. Tawa menggelegarnya langsung berubah menjadi senyuman terpukau 'aku-senang-kamu-betulan-datang-dan-bukan-PHP'.

Ia bisa menerka kira-kira seberapa tolol wajahnya saat ini di mata Wyne. Tapi setidaknya ia tidak membuat-buat ekspresi itu. Dan ia hanya bisa berdoa semoga tidak ada kristal-kristal di pupil matanya yang bakal membuatnya terlihat seperti tokoh konyol di anime.

She's The Boss! Where stories live. Discover now