SQ Vol. 1 - Prologue

252 28 49
                                    

Umm, ini ff pertama saya di fandom yang belum terlalu dikenal ini. Sebenarnya oneshoot yang asli ada di Piece A dan piece B, prolog ini hanya untuk kesenangan pribadi. Dan ff ini saya buat untuk kepuasan pribadi juga. Semoga suka. Enjoy~
Feel free to comment, okay?


Kau terus berlari sambil sesekali melihat ke belakang. Hanya untuk membuatmu merutuki takdir yang mempermainkan hidupmu. Menjadi penyanyi solo terpopuler saat ini tidak selalu membawa hal baik untukmu. Apalagi jika hal itu menjebakmu dalam kejar-kejaran bersama penguntit di tengah dinginnya malam.

Keberanian dalam hatimu semakin menghilang bersama dengan sinar bulan--satu-satunya penerangan yang bisa kau andalkan saat ini--yang mulai terhalangi oleh awan. Paru-parumu mulai kehabisan oksigen yang telah kau tukar dengan setiap langkah yang kau ambil, demi memperbesar jarakmu dengan siapapun yang mengikutimu.

Paru-parumu meronta, menginginkan oksigen lebih banyak lagi. Membujuk kakimu untuk berhenti. Memaksa tubuhmu untuk beristirahat. Namun, instingmu ingin kau tetap berlari.

Kau mulai panik. Meski kau berteriak, teriakanmu tidak akan terdengar oleh siapapun, kecuali orang yang mengejarmu. Sempat terbersit dalam pikiranmu untuk menelepon seseorang. Namun, jemarimu terhenti di depan deretan angka. Kau sadar kau tidak punya seseorang yang benar-benar kau percaya untuk menolongmu dari gelapnya malam.

Kau hanya bisa memasrahkan hidupmu kepada skenario takdir. Mengikuti apa yang ia inginkan. Ini semudah mengikuti script drama, bukan? Hanya kenyataan dan kepalsuan yang membedakannya.

Untuk saat ini, sepertinya perintah takdir masih sama. Teruslah berla-

Berhenti.

Apa boleh buat. Kalau takdir sudah memaksamu untuk berhenti, hanya itu yang bisa kau lakukan. kau tidak akan bisa melewati dinding menjulang di hadapanmu. Lagipula, ini kan, apa yang paru-parumu inginkan sejak lama. Mungkin takdir menyuruhmu berhenti karena ia ingin kau berhenti. Takdir menginginkan peranmu di dunia yang fana ini berakhir.

Atau mungkin belum.

Dalam sekejap, takdir mungkin berada di pihakmu. Cahaya dari kedua sisi tubuhmu membuatmu menyadari akan sesuatu. Kau menoleh, di sisi kiri dan kananmu terbentang jalan.

Kau memperhatikan jalan di sisi kirimu lebih baik. Ada cahaya samar di sana. Kakimu hampir saja melangkah. Namun pikiranmu memperingatkan untuk memperhatikan jalan yang satunya juga.

Di sisi kananmu, hanya dapat kau deskripsikan dengan satu kata. Gelap. Aneh sekali. Sepertinya kau merasa tadi, cahaya di sebelah kananmu bersinar lebih terang. Ah, mungkin saja kau salah ingat. Terkadang berada dalam kepanikan bisa membuat ingatanmu kacau balau.

Daripada itu, apa kau sudah menentukan keputusanmu? Langkah kaki dari arah belakang mulai bergema di telingamu. Waktumu tidak banyak lagi. Hei, apa kau ingin mengakhiri semuanya di sini? Tidak? Kalau begitu, cepat putuskan dan mulai melangkah.

Ke arah yang kau tuju.

Pergi ke Piece A jika kau memilih untuk melangkah ke kiri, menuju cahaya redup yang terlihat rapuh.

Pergi ke Piece B jika kau memilih untuk melangkah ke kanan, menenggelamkan dirimu dalam kegelapan.

Cross LiedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang