“Kae, lo udah pesen kebaya belum buat perpisahan?” ucap Shania sembari membuka-buka majalah kebaya milik mamanya yang sengaja dibawa kesekolah.
“Belum nih. Kapan ya mau pesennya? Takutnya keburu penuh penjahitnya.” Sahut Kaelyn frustasi. Tradisi disekolah mereka setiap perpisahan adalah mengenakan kebaya untuk para siswi dan setelan jas untuk para siswa.
“Minggu depan aja yuk. Sekalian bareng mama gue aja. katanya tadi pagi mama juga mau pesen kebaya buat nikahan sepupu dua bulan lagi.” Kaelyn langsung mengangguk penuh semangat.
Handphone Shania yang berada disamping tangan kanannya bergetar menandakan sebuah pesan masuk. Dengan cepat Shania langsung menyambarnya dan membukanya. “Gue kantin dulu ya. Lo mau ikut nggak?” tanya Shania.
“Nggak deh. Daripada jadi tai ayam mending gue disini aja nyiapin mental buat jujur sama Aldo.” Kaelyn sudah tau kalau dia memutuskan untuk ikut maka harus siap-siap menjadi tai ayam diantara Shania dan Haris.
“Yaudah. Daaaahhhh. Nanti gue beliin lo kuaci deh.” Shania langsung pergi meninggalkan Kaelyn menuju kantin.
Dikelas Kaelyn hanya diam saja menulis kata-kata yang mungkin saja menjadi curahan hatinya yang sebenarnya. Cukup lama Kaelyn terlarut dalam dunia imajinasinya sampai sebuah ketukan dipintu membuyarkannya. Posisi duduk Kaelyn yang hampir ditengah kelas membuatnya dengan mudah mendengar suara ketukan pintu itu.
“Masuk.” Ucapnya tanpa melihat siapa yang mengetuk.
“Kae, ada Dirga nggak?” tubuh Kaelyn membeku mendengar suara itu lagi. Perlahan Kaelyn mendongak demi menatap si pemilik suara itu.
Aldo kali ini berada begitu dekat dengannya hanya sekitar 30 cm saja. Apalagi posisinya yang sedikit membungkuk kearahnya semakin membuat Kaelyn kesulitan bernafas. “Ng...ggak tau Al.” Sahut Kaelyn terbata.
“Oh yaudah.” Setelah berucap seperti itu Aldo berlalu meninggalkan Kaelyn.
“Bahkan untuk lima menit aja lo nggak sudi deket-deket sama gue, Al.” Kaelyn menghembuskan napas beratnya.
^^^^
Pulang sekolah Kaelyn berjalan sendirian menuju halte sedangkan Shania sudah pasti bersama dengan Haris. Kaelyn memutuskan melewati lapangan basket walaupun sedikit memutar lebih jauh. Ternyata dilapangan basket Aldo sedang bermain bersama teman-temannya. Sepertinya 3 on 3. Sesekali mata Kaelyn mengamati gerak-gerik Aldo yang sedang memainkan sebuah bola ditangannya.
Bahkan Kaelyn sampai tidak menyadari bahwa bola yang tadi dimainkan oleh Aldo kini sudah mengarah padanya. Dan bukk. Bola itu membentur kepala Kaelyn dengan sukses. Membuat Kaelyn sedikit terpental dan akhirnya terduduk diatas kerikil-kerikil kecil yang tajam. Kaelyn meringis merasakan kerikil-kerikil tajam itu menusuk pantatnya.
“Sorry. tadi gue nggak sengaja salah lempar. Lo nggak apa kan?” lagi-lagi suara Aldo.
“Nggak apa kok.” Ucap Kaelyn setelah mendongakkan kepalanya.
Aldo mengulurkan tangannya. “Boleh gue minta bolanya?” JLEB. Kaelyn pikir Aldo akan membantunya berdiri tapi ternyata...
“Ini.” Kaelyn menyerahkan bola itu pada Aldo dengan tangan gemetar dan mata memanas juga hati yang perih seperti ditusuk jutaan jarum.
“Makasih.” Aldo menerima bola itu dengan senyumnya.
^^^^
Namun kau masih bisu, diam seribu bahasa
YOU ARE READING
Tak Bisa Memiliki
Teen Fiction"Gue udah tau Al apa yang bakal lo bilang saat gue mengakui semua perasaan ini. Gue terlalu naif berharap lo bakal bisa jadi milik gue." Atara Azalea Kaelyn ntah ini cerita bakal berlanjut apa bakal sampe sini aja minta vote dan comment nya yaa read...
PART 1 #PUPUS~~~
Start from the beginning
