Don't Make Me Let You Go - Chapter Two

Mulai dari awal
                                    

Diam-diam mataku mencari Conrad yang duduk beberapa bangku lebih depan dari tempatku duduk. Ia ternyata juga sedang memperhatikanku dengan wajah yang tampak cemas. Conrad ingin membantuku, aku tahu itu.

Aku menggelengkan kepalaku pelan padanya. Mr Weasley bukanlah guru yang memiliki banyak kebaikan hati dan aku tidak ingin ia berada dalam masalah. Tanpa kata-kata, Conrad mengangguk mengerti dan kembali berbalik untuk menatap papan tulis yang sudah penuh dengan perhitungan kalkulus.

Dengan pasrah, aku mulai membuka buku catatanku dan mulai mencatat apa yang sedang dituliskan Mr. Weasley. Pikiranku masih melayang ke segala arah. Aku memang memiliki kecenderungan untuk sulit memfokuskan diri pada hal yang sedang kukerjakan.

Alasan Mr. Weasley tidak tahu kenapa nama belakangku dan Drake sama adalah karena selain Conrad, sahabatku sejak kecil, dan Belle, sepupuku, tidak ada yang tahu aku dan Drake adalah saudara tiri. Lagipula tidak mungkin ada yang menyangka hubungan kami seperti itu mengingat tidak ada satu pun kemiripan di antara kami berdua.

Di sekolah ini, tidak ada yang tidak mengenal Drake Hunter. Semua orang yang pernah tinggal di Savannah, dan sebagian besar yang tidak tinggal di sini, pasti pernah mendengar tentang keluarga Hunter. Drake adalah putra tunggal Lionel Hunter, pemimpin perusahaan Hunter & Co. shipping sekaligus tokoh terkemuka perkapalan yang memiliki kekayaan melebihi para pendulunya.

Dengan rambut berwarna cokelat terang dan bola mata abu-abu keperakan yang tajam, Drake Hunter mungkin adalah versi muda dari Lionel Hunter. Sejak dulu banyak orang berkata akan jauh lebih baik tidak pernah mencari masalah dengan pria-pria Hunter. Mereka semua terkenal akan kemauannya yang keras dan tekad kuatnya yang mampu untuk membuat mereka selalu berada dalam posisi puncak. Terlebih lagi pria Hunter selalu terlahir dengan aura kekuasaan yang sulit untuk ditolak. Semua bakat itu merupakan kombinasi yang mematikan.

Omong kosong.

Aku mungkin bisa mempercayai perkataan orang lain tentang Lionel, karena ayah tiriku memang pantas untuk dikagumi. Tapi Drake? Tidak ada kata lain yang terlintas di pikiranku selain pria brengsek.

“Jangan dekat-dekat denganku, jangan pernah sok mengenalku, jangan pernah mengumbar-umbar ke semua orang kalau kau adalah saudara tiriku atau aku akan melakukan hal yang kau takutkan,” ancam Drake beberapa menit setelah kita berdua bertemu untuk pertama kalinya. Ia menekankan dengan tajam tiap kata-katanya seakan membenci fakta bahwa orang seperti aku adalah adik tiri yang umurnya hanya beberapa bulan lebih muda. Dengan cerdasnya Drake langsung tahu dan menyerang titik terlemahku: ibuku.

Aku sangat menyayangi Mom sampai-sampai aku rela berada di bawah perintah Drake asalkan ia tidak melakukan hal-hal yang membuat ayahnya berpikir dua kali sebelum menikahi Mom.

Betapa naïf-nya.

 

--

--

--

“Cat, kau tidak apa-apa?”

Aku tersenyum lemah pada Conrad yang berdiri di sebelah mejaku. “Dua jam pelajaran kalkulus membuat otakku sedikit bergeser,” jawabku asal.

“Jangan bercanda, aku tahu kau selalu mendapat nilai bagus di pelajaran ini. Maksudku apa kau tidak apa-apa bersama dengan Drake?” Conrad bertanya lagi dan aku menatap sekilas Belle yang berada di sampingnya. Aku tidak tahu apa yang Belle pikirkan, tapi aku menangkap sedikit ketidaksukaan yang wajar mengingat kepedulian Conrad padaku.

“Aku tidak apa-apa.” Aku meyakinkan Conrad, tanganku sibuk merapikan buku-bukuku. Setelahnya aku langsung berdiri, mengatakan pada Belle dan Conrad bahwa aku harus pergi karena Mr. Weasley pasti sudah menungguku di ruangannya.

Don't Make Me Let You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang