"Jadi, Scorp..."

Scorpius menghela nafas berat. Gagal sudah rencana yang baru saja ia buat.

"Ini adalah ketiga kalinya dalam minggu ini," lanjut Draco.

Scorpius melipat bibirnya serupa garis lurus. Ia menyetujui kata-kata ayahnya dalah kepahitan. "Kalau aku boleh tahu mengapa kau mengubahnya sewarna Weasley?" Draco menahan amarahnya. Ia dongkol setengah mati saat menyebutkan nama penyihir berdarah murni itu. Surai miliknya dipegang, lalu diputar-putar sedikit seolah memamerkan. Saat ini rambut kepala keluarga Malfoy itu telah berubah warna. Jika kau melihat Draco dari jauh kau akan mengira ia adalah salah satu dari saudara Ron Weasley.

Rambut pirang platinanya berubah menjadi merah terang layaknya anak yang terlalu banyak dipanggang matahari. "Aku ... hanya iseng?" Scorpius berbicara dengan ragu. Nyalinya ciut melihat mata ayahnya yang membesar. Draco tidak percaya apa yang dikatakan oleh Scorpius. Ia mengangkat sebelah alisnya.

"Oh jadi ini adalah keisengan? Mengubah rambut ayahmu sewarna rambut mantan pacar ibumu kau anggap menyenangkan?" Kata Draco. Hermione melihat kearah Draco sinis. Ia merasa terpanggil. "Kenapa kau membawa-bawa itu?"

"Hanya ingin mengingatkan dia saja betapa aku tidak sukanya dengan Weasley." Draco berkata ketus. Scorpius mengerang, "Jangan begitu father, temanku Hugo kan juga seorang Weasley."

"Rasa tidak sukaku hanya berlaku kepada Ron." Elak Draco. Dan Hermione hanya mendecakan lidah sebal. Scorpius menatap kedua orangtuanya itu tanpa banyak bicara, ia tahu jika menimpali hanya akan menambah panjang masalahnya ini.

"Bisakah kau menyalurkan bakatmu ini ke perbuatan yang berguna?" Draco bertanya tiba-tiba.

Scorpius berkedip bingung, "Ap-apa?"

"Iya, melakukan sesuatu seperti membantu ibumu membersihkan rumah?" Usul Draco. Scorpius mengerang.

"Aku sudah memiliki pinky," sela Hermione sambil mengingat peri rumahnya yang kecil. Draco hanya melihat istrinya malas. Sepertinya Hermione tidak mengerti maksud dari perkataan Draco.

"Sayang, kau tidak membantu,"

"Memang apa yang salah?" Hermione mengangkat kedua bahunya singkat.

"Tapi aku lega ia seperti ini dari pada melihatnya beberapa tahun yang lalu," Hermione menyandarkan punggungnya di sofa. Melihat Scorpius yang kebingungan dengan senyum.

"Apa maksudmu mother?"

"Apa boleh ku ceritakan Drake?" Si pria tua itu hanya terdiam, enggan untuk menjawab dan berjalan menjauhi mereka. Menghilang di balik pintu dengan frustasi.

"Argh rambutku!!"

.
.
.

Hermione termenung, matanya hanpa melihat berbaris-baris buku tebal yang berada di genggamannya. Memang terlihat jika ia sedang membaca hanya saja halaman dari buku itu tak berubah. Pikirannya berterbangan. Lalu menghela nafas singkat dan memandang sebuah foto terbingkai kecil di meja dekat perapian. Foto keluarganya. Keluarga yang ia buat. Kedua orang yang tertawa dan ia yang tersenyum bahagia. Tentu saja Hermione bahagia, bayangkan saja ia memiliki suami yang menjadi incaran para perempuan mau itu penyihir atau muggle dan seorang anak laki-laki tampan.

Draco's AnxietyWhere stories live. Discover now