Rivalry - Arthur

42 5 13
                                    

Ribuan pasang mata kini menjadi saksi di bawah langit biru yang berhiaskan awan putih. Sorak sorai ribuan manusia dapat terdengar memenuhi seisi arena. Arena yang akan menjadi sebuah medan laga bagi dua orang duelist yang berjaya, yang akan memperebutkan mahkota dan gelar yang terkuat di seluruh penjuru kota. Kini orang-orang akan menjadi saksi atas pertarungan atas kedua orang itu.

Di dalam lorong arena kini seorang gadis berdiri, sendirian, hendak keluar dari sana menghadapi seseorang yang akan keluar dari sisi yang berbeda. Surai kelamnya yang terurai bebas berayun tatkala kedua kakinya melangkah. Keanggunannya tampak jelas tatkala gaun birunya diterpa cahaya sang surya. Sepasang manik kelamnya menatap tajam seseorang yang keluar dari lorong yang berbeda.

Seorang pria keluar dari lorong yang berbeda. Tampang gagahnya dihiasi oleh surai pirang yang tampak mencolok lagi menawan hati. Meski begitu, tatapannya justru dapat menjauhkan setiap wanita darinya. Mantel di pinggangnya mengayun mengiringi langkah kaki, dan berhenti mengayun tatkala langkah kakinya terhenti dan membiarkan pria itu tegak berdiri.

Duel disk mereka terpasang di tangan kiri masing-masing duelist dengan lembaran-lembaran kartu yang bertumpuk rapi pada tempatnya. Tumpukan-tumpukan kartu itu adalah penentu nasib mereka di sini. Semua yang akan mereka lakukan akan menentukan, siapakah yang akan menjadi jawara dan siapa pula yang akan pulang dengan tangan hampa.

"Sudah kusangka orang yang akan menantangku di final turnamen ini adalah kau, Haruka."

"Apakah tidak ada orang lain yang kauharapkan untuk datang melawanmu?" Haruka berucap sembari mengukir senyum pada paras ayunya.

"Tidak ada."

Mereka berdua melangkah maju dan saling mendekati. Seorang pria berjas hitam datang dan menghampiri, menjadi penengah di antara mereka berdua. Haruka mencabut tumpukan kartu, atau deck, miliknya dari duel disk. Begitu pula dengan Arthur, dia mencabut deck-nya dari duel disk.

Si pria berjas hitam memberikan aba-aba. Mereka berdua memberikan deck masing-masing kepada lawannya. Kedua deck dikocok oleh lawan dari pemiliknya masing-masing, agak lama, sebelum akhirnya diberikan kembali kepada pemiliknya dan dipasangkan kembali ke duel disk.

Penengah mengeluarkan sekeping koin dari saku. Kedua sisi koin memiliki penampilan yang jauh berbeda, satunya bergambar mata sedangkan satunya lagi polos. Arthur memilih sisi polos, dan Haruka mendapatkan sisi bergambar. Koin dilemparkan, jatuh dan memantul. Sisi polos tampak menghadap atas setelah koin berhenti bergerak.

"Kalau begitu aku pilih giliran pertama," ucap Arthur. Dia berhak memilih giliran karena sisi koin yang polos lah yang menghadap atas. "Tidak apa-apa, kan?"

"Baiklah," ucap Haruka tanda setuju. Dia tidak memiliki sedikit pun masalah tentang itu.

Kedua duelist kembali ke tempatnya masing-masing. Mereka berdiri tegak di tempatnya, saling menghadapi dan bersiap untuk menentukan siapa yang pantas disebut duelist terkuat di sana. Satu kali, satu kali pertarungan yang barangkali akan menentukan masa depan mereka.

"Duel disk, stand by," Haruka dan Arthur berucap pada saat yang bersamaan.

Duel disk menyala, berganti bentuk menjadi duel disk yang siap digunakan. Sistem proyeksi telah siap untuk memproyeksikan duel mereka. Proyeksi solid vision dari kartu-kartu yang mereka gunakan akan menjadi sebuah ajang pertunjukan. Ya, sebuah ajang pertunjukan.

Mereka berdua menarik lima kartu teratas dari deck. Kelima kartu ditata di tangan rapi di tangan kiri. Mereka berdua memperhatikan kartunya sejenak sebelum akhirnya mereka saling menatap.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 08, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Independent Sky -The Holder of NorthwemkoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang