MFM - 2

247K 21.2K 875
                                    

-

Sedari tadi bibir merah polesan lipstick chanel rouge coco milik Aruna terus berkedut menahan senyum. Wanita ber-dress putih gading itu terus saja menahan senyumnya saat kedatangan pria yang akan dijodohkan dengannya.

Oke, katakan lah Aruna labil. Tadi ia menolak habis-habisan tapi sekarang malah ingin tersenyum lebar. Ya, setelah melihat calon yang dipilihkan oleh Ibunya Aruna langsung jatuh cinta pandangan pertama pada sosok pria berstelan rapi yang ada di hadapannya saat ini.

Namanya Aditama Wardana. Berprofesi sebagai seorang dokter di salah satu rumah sakit besar di Jakarta. Masih 27 tahun. Berciri-ciri tinggi, berambut hitam legam, berkulit putih bersih, bertubuh bugar dan berisi, hidung mancung, dan rahang yang kokoh di wajah tampannya. Dan itu yang membuat Aruna langsung klepek-klepek pada seorang Tama.

Selama beberapa menit ini, Tama hanya berbicara seperlunya sesuai yang dikatakan Arini tadi. Dan yang itu juga yang membuat Aruna tak suka dari sekian banyak ciri-ciri pria. Yaitu, dingin.

Keluarga Wardana datang dalam dua mobil yang terdiri dari empat orang. Tama, Ibunya, Ayahnya, dan Adiknya yang kira-kira masih SMA. Dibandingkan dengan Tama adiknya--Adipati-- lebih banyak berbicara dari dirinya.

Masalah perjodohan, Aruna menyetujui perjodohan ini dengan senyuman tanpa paksaan di wajah cantiknya. Oh ayolah, pertama kali Aruna menyambut keluarga itu, Ibu Tama langsung tersenyum manis padanya, memeluknya erat seakan-akan wanita itu seperti sangat merindukan Aruna.

Dan ternyata, cek per cek. Ibu Aruna dan Ibu Tama--Rena-- memang sudah saling mengenal dari masa sekolah dulu, bukan hanya karena Lidya dan Rena itu teman arisan. Dan, yang lebih cek per cek nya lagi bahwa, perjodohan Aruna dan Tama ini adalah wasiat Ibu Tama yang sudah meninggal.

Apa kalian bingung? Jadi begini, Rena adalah adik kembar dari Ibu Tama. Tepat ketika Tama berumur 9 tahun, Ibu Tama meninggal saat melahirkan Adipati. Dan, sebelum meninggal Ibu Tama berpesan agar; Rena menjaga kedua putranya, bersedia menggantikan posisinya sebagai istri--Rama--Ayah Tama, dan menjodohkan Tama pada perempuan pilihannya yang tak lain, Aruna. Rina, Ibu Tama tau betul bagaimana Aruna dan masa kecilnya. Rina, tau betul bagaimana sikap Aruna dari kecil. Dan, Rina tau betul bagaimana kecocokan putra sulungnya dan putri bungsu Lidya.

Saat wasiat itu diikrarkan oleh Rina, akhirnya Rena bersedia. Begitupun dengan Lidya yang tak kuasa menahan tangisnya saat mengetahui hal itu. Lidya menangis, bukan karena tak setuju tetapi ia sedih bercampur haru.

Bukan hanya Rina yang mengenal baik seorang Aruna. Tetapi, Sebaliknya juga, Lidya mengenal baik seorang Tama. Walaupun kala itu Tama masih kecil tetapi ia sudah memperlihatkan bagaimana sikap berwibawanya.

Okay, back to topic.

Aruna menoleh kala kakinya di tendang halus oleh seseorang. Ia mencari-cari siapa pelaku tersebut dan ternyata adalah Arini, kakak terjahilnya. Arini menggoyang-goyangkan alisnya menggoda. Aruna hanya memutar bola matanya malas. Sepertinya Arini mendapatinya sedang mengamati Tama diam-diam.

"Jadi Lid, saya udah gak sabar loh mereka itu cepet nikah supaya kita jadi besanan," ujar Rena, membuat Aruna terbatuk. Kebiasaan Aruna saat kaget jikalau sedang makan.

Aruna menepuk-nepuk dadanya, semua mata tertuju padanya, tetapi hanya satu yang menyodorkannya segelas air. Yah, Tama yang menyodorkannya. Tetapi Walaupun begitu, pria dua tahun lebih tua dari Aruna itu masih melanjutkan makanannya seraya menyodorkan Aruna minum. Terlihat seperti tak ikhlas tapi Aruna merasa Tama itu ... Romantis dalam diam.

"Ehm ...," dehaman Farman--Ayah Aruna--membuat suasana canggung itu kembali sepeti semula.

Masih terdengar di telinga Aruna bahwa Arini dan yang lainnya terkekeh kecil, sedangkan Tama diam saja seakan tak terjadi apa-apa. Dan, satu yang diketahui Aruna hari ini dari seorang Tama bahwa laki-laki itu tipe orang yang tenang dan tak banyak omong.

"Bagaimana dengan rencana selanjutnya?" tanya Ayah Aruna. Aruna menoleh ke arah ayahnya sesekali mata bulat wanita itu menatap wajah ibunya.

"Saya rasa tiga bulan buat pendekatan mereka, bagus juga," jawab Ayah Tama.

Ayah Aruna mengangguk, matanya bergerak ke arah Ibu Aruna yang kini mengangguk cepat dengan senyum yang mengembang di wajahnya apalagi Rena, terlihat sekali bahwa ia sangat menyetujui rencana Ayah Tama.

"Gimana Tam? Kamu mau kan?" Tama yang tadi terlihat tenang dengan makanannya menoleh.

"Kalau itu yang terbaik, saya iya in saja," jawab Tama sekenanya.

Jujur saja di pertemuan pertama ini Aruna sudah dibuat meleleh dari sikap seorang Aditama. Tapi masalahnya apakah Tama juga tertarik dengannya? Kalau menurut penglihatan Aruna, Tama sepertinya lebih menyukai wanita pendiam nan penurut kepadanya tapi apakah Aruna seperti itu juga? Jawabannya adalah tidak, Aruna bukanlah wanita pendiam dan penurut. Maksudnya, Aruna seperti perempuan lainnya, suka bergossip dan tak bisa kehabisan obrolan. Ia juga sedikit keras kepala, pecicilan, dan labil. Jadi, untuk menjadi seorang wanita yang sesuai kriteria dari seorang Aditama, Aruna sangat jauh dari kriteria pria itu. Tapi kan itu hanya menurut Aruna, tak tau jika itu benar apa tidak.

"Jadi, Aruna kamu mau kan nikah sama Tama, kalau pendekatannya udah tiga bulan ke depan." Aruna sedikit tersentak mendengar itu. Tapi sebisa mungkin ia mengatur ekspresinya.

Aruna tersenyum, tak mungkin menggaruk tengkuknya seperti orang bodoh, jadi ia tetap memegang kedua sendok. Aruna tersenyum. "I-iya tante," Aruna menjawab dengan sedikit terbata, masih ada sedikit kecemasan di dalam sana. Kecemasan tentang masa depan pernikahannya nanti.

Aruna takut, takut jikalau nanti Tama malah meninggalkannya, apalagi pernikahan ini tanpa adanya landasan cinta. Tapi, Aruna telah menjawab 'iya' dan itu tandanya ia siap memberikan separuh hidupnya untuk hidup bersama Tama nanti. Tapi, kalau nanti pun jalan Aruna dan Tama tak semulus apa yang mereka rencanakan. Aruna berjanji akan terus mempertahankan semuanya.

Aruna mengantakan ini bukan karena ia sudah sangat jatuh kepada Tama, bukan. Tapi karena dalam prinsip hidupnya 'Pdkt boleh bekali-kali tetapi Menikah cukup sekali saja' jika kalian merasa tak sependapat dengan Aruna. Biarkan saja, ini kan kehidupan Aruna, ia yang menjalankan be self.

"Run, kalau nanti Tamanya kaku banget maafin yah, soalnya dia emang gitu orangnya," ujar Ibu Tama. Tama hanya diam, sedangakan Aruna mengangguk kaku seraya tersenyum.

"Tenang aja tante, Aruna bakal saya latih buat cari obrolan-obrolan menarik kalau sama Tama nanti," celutuk Arini yang duduk di samping Aldi. Aldi hanya menggeleng pelan tetapi masih mengusap bahu Arini seraya terkekeh.

"Dia juga bakal saya ajarin supaya lebih bisa ngatur suami dengan baik. Jangan taunya cuma hura-hura aja," perkataan Andini membuat semuanya terkekeh kecuali si datar Tama dan Aruna yang sedikit merasa kesal.

"Tam! Nanti mainnya pelan-pelan yah, kasian Aruna masih belum berpengalaman."

Ambiguu











To be continue.
Plisss jangan jadi silent riders yah, saya gak gigit kok, tinggal tekan bintang di bawah aja gak susah kan:). Pokoknya keep waiting to my story😁











nisaafatm

Mrs. Fashionable MarriedWhere stories live. Discover now