MFM - 1

321K 19.2K 299
                                    

-

Pukul 16.15, matahari di atas sana mulai meneduh. Jalanan kota Jakarta masih ramai dipadati oleh sejumlah kendaraan yang sedang mengantri kemacetan panjang. Deruh suara mesin dan polusi yang berterbangan begitu kental terasa.

Suasana di luar sana tergantikan kala Aruna menginjakan kakinya masuk ke dalam sebuah Cafe bergaya klasik yang sudah menjadi tempat favoritnya bersama teman-temannya ini.

Tiga wanita berumuran sepantaran dengannya tengah berbincang-bincang dengan tawa yang kadang pecah karena kelucuan anak-anak mereka. Aruna datang dengan muka kusutnya membuat interaksi ketiga wanita tersebut terhenti. Mereka berbalik ke arah Aruna yang tengah duduk dengan pasrah itu.

"Lo kenapa, Run?" tanya Vera, wanita berhijab putih tersebut.

Kedua sahabat Aruna ikut menanyakan prihal yang sama. Aruna masih betah berdiam diri, perempuan itu kini sedang bergelut dengan pikirannya.

"Kalau ada masalah cerita aja kali Run, kita di sini selalu siap buat jadi pendengar terbaik, loh." Kania, perempuan berambut sebahu itu menatap Aruna dengan seorang balita di pangkuannya.

Aruna berdehem, memperbaiki cara duduknya. "Gue pusing."

Dua kata itu belum cukup membuat ketiga sahabatnya puas akan jawabannya. "Lo ada masalah apa sih, Run? Jangan buat kita kepo deh," kali ini Dian yang berujar. Dian itu sama seperti Aruna mereka sama-sama belum menikah tapi, bedanya Dian udah punya pacar sedangkan Aruna malah masih dengan status single-nya.

"Ibu gue bakal ngejodohin gue," ujar Aruna lemah dengan nada rendah.

Sudah bisa ditebak kalau ketiga wanita di hadapannya terkejut dengan penuturannya. Aruna memijat pangkal hidungnya keras-keras. Denyut di kepalanya masih belum juga mereda.

"Lah gimana ceritanya bisa gitu?" Seseungguhnya Aruna malas menceritakan semuanya dari awal tetapi karena ia tau bahwa Kania tipe orang yang kepo akut jadinya ia mulai menceritakan kejadian kemarin sore saat ibunya akan menjodohkannya.

"Aduh Run, masalah lo rumit banget gileee," ucap Kania heboh. Memang dari keempat bersahabat ini Kania lah yang paling heboh bersyukurlah Andre--Suami Kania-- mau menerima Kania apa adanya.

"Usul gue sih ya Run, lo mendingan liat aja dulu modelnya kayak gimana, sesuai kriteria lo apa nggak," usul Vera.

Aruna terdiam. "Tapi gimana kalau dia gak sesuai dengan kriteria gue?"

"Percaya sama ibu lo aja, Run," Dian menimpali.

Kalau seperti ini Aruna bisa mati mendadak. Tolong waktu, bisakah dihentikan atau diputar kembali? Aruna menginginkannya sekarang.

Drrt ... Drrt ....

Aruna mengecek saku jeans-nya mengambil benda pipih berwarna putih di sana. Dan sebuah nama terpampang jelas di layar ponsel Aruna. Ia memekik tertahan, melihat nama ibunya di layar sana benar-benar membuat jantungnya berdegub kencang tak karuan. Bukannya ia jatuh cinta pada nama ibunya hanya saja, ini telepon yang ketiga kalinya kepada Aruna yang menyuruh untuk segera pulang.

"Ha-halo," ujar Aruna terbata.

"Iya, iya bu. Ini juga baru sampai di kafe."

Mrs. Fashionable MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang