Bab I

80 4 2
                                    

Ah.. setengah tahun lamanya hiatus dari wattpad, dan terjun lagi ke dunia sastra dengan cerita yang baru.

Ya, lagi-lagi saya bikin plot baru=cerita baru. Nyebelin ya, padahal still doll belum dikelarin -_-

Untuk kali ini disuguhin cerita romance sama mystery sama saya (walau sebenernya masih bimbang sama genre mysterynya), tapi nanti diusahakan untuk dikembangin lagi plotnya, hehe :D

Selamat membaca karya terbaruku di tahun 2014 :D

4-3-2014

----

" Tidak tetaplah tidak, ayah. "

" Oh ayolah, Kay, kau harus mau mengakui kenyataan. Kau tidak bisa terus menerus begini, kau tahu? "

Percakapan antara ayah dan anak tersebut sudah berulang kali terjadi di dalam flat yang disewa sang ayah. Tidak kumuh namun juga tak terlalu mewah membuat keduanya tetap betah tinggal dan beraktivitas di dalamnya, membuat flat tersebut sudah seperti rumah mereka sendiri.

Kini keduanya sedang berada di kamar sang anak, Kaylan, tengah membicarakan ulang pendapat ayahnya tentang penampilan Kaylan yang tak seharusnya seperti yang Kaylan inginkan. Pemuda yang lebih tua pun menghela nafas berat sambil bersender pada dinding kayu mahogany, masih menatap anaknya yang berumur 18 tahun menyusun arsip-arsip penelitiannya yang akan dimasukkan ke dalam koper tua yang berdiri tegap disampingnya.

" Sudah kubilang berapa kali yah, aku menyukai penampilanku yang seperti ini. Tidak perlu perubahan penampilan lagi. Tidak perlu. I like the way it is. "

Kaylan sebenarnya tidak memiliki masalah apapun tentang penampilannya. Wajahnya berparas tampan dengan rambut pirang madu yang diikat gaya high ponytail menjuntai sebatas pinggangnya. Kedua bola mata biru lautnya yang tajam menambah kesan stoic namun tegas. Untuk soal hidung? Tak usah dipertanyakan lagi. Bibirnya yang tipis dan berwarna peach pun cocok untuk menempel di wajahnya.

Kemeja putih yang sering ia kenakan dibaluti dengan vest  hitam pekat dan dilapisi pula oleh coat yang senada dengan warna vestnya tersebut. Begitu pula dengan celananya.

Lalu apa yang Leonhard permasalahkan dengan penampilannya? Semuanya begitu pas dan perfect untuk seorang Kaylan Delvis, tetapi Leonhard terus mengeluh kesahkan penampilan anaknya.

" Kaylan, tolong, mengertilah. Sekarang kau sudah berusia 18 tahun, dan kau tahu apa yang terjadi setelah kau menyeberangi- "  Sebelum Leonhard dapat melanjutkan kalimatnya, pemuda pirang yang tengah memasukkan arsip-arsipnya ke dalam koper pun akhirnya kehilangan kesabaran, dan ia pun membanting koper malang tersebut ke arah dinding hingga membuat koper yang tadinya sudah berisi kembali menjadi kosong akibat kertas-kertas yang berhamburan keluar.

" CUKUP! Kau tidak tahu apa-apa tentangku, Leonhard sialan! " bentaknya dengan keras hingga suaranya bergema di dalam ruangan tersebut. Leonhard pun diam seribu bahasa, tersentak kaget. Tidak jauh berbeda dengan Kaylan, pemuda tersebut juga kaget dan tak menyangka dirinya akan berteriak dengan suara yang tidak biasanya ia pakai.

" ...Kaylan. "

Leonhard mengulurkan tangannya kepada remaja di depannya, namun ditepis dengan cepat olehnya. Kaylan masih menatapnya dengan tatapan kesal bercampur malu. Wajahnya benar-benar merah seperti kepiting rebus.

" Sudahlah, aku harus pergi, anggap saja percakapan tadi sudah... basi, sudah tidak perlu dibicarakan lagi, " Kaylan pun berlutut untuk memungut lembaran-lembaran kertas yang berserakan di lantai dan menyusunnya kembali ke dalam koper. Sang ayah pun hanya dapat kembali menghela nafas sembari menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Rambut pendeknya yang berwarna pirang gelap — sangat kontras dengan kepemilikan anaknya tersebut terlihat kusut- sama seperti kondisi wajahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 05, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Blind DreamerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang