Di lain sisi, Xander sedang menormalkan napasnya yang memburu karena terbakar emosi. Orang yang mudah terbakar emosi sama saja dengan orang bodoh.

"Ron" panggil pelan Xander dengan suara beratnya

Ronald mendongakkan kepalanya menatap Xander yang juga memandangnya. Ia menaikkan satu alisnya tanda bertanya

"Apa tujuanmu? Mengapa kau melakukan semua ini?" Tanya Xander dengan nada penuh akan sirat kemarahan.

"Bukankan ak sudah bilang jika aku me-"

"JAWAB PERTANYAANKU DENGAN BENAR BAJINGAN!"

Ronald tersentak kaget atas bentakan Xander. Dadanya bergemuruh sakit, pikirannya terasa kosong dan sekujur tubuhnya bergetar. Gejolak emosi yang sendari tadi berusaha ia tahan terlepas dan menguasai dirinya. Tangannya terkepal kuat hingga kuku jarinya memutih. Kepalanya tertunduk dan matanya terpejam.

"Apa sebenarnya tuju-"

"Melindungi.."

Xander menyerngit bingung mendengar suara Ronald yang begitu rendah.

"Apa maksud-"

"AKU INGIN MELINDUNGI SESEORANG!"

Kerutan di dahi Xander semakin dalam setelah mendengar suara tinggi Ronald

Siapa seseorang yang dimaksud Ronald? Mahkluk apa dia? Xander berpikir dengan keras sehingga ia tidak menyadari Ronald yang Mendekat kearahnya secara perlahan

Ryris yang sendari tadi terduduk diam di lantai mencoba mengeluarkan suaranya namun sia-sia karena mulutnya yang tertutup. Matanya terbelalak saat melihat sebuah belati yang berada di genggaman Ronald. Dengan kuat Ryris memberontak namun ia tetap tidak menghasilkan apapun.

Air mata sudah membanjiri pipinya. Pikirannya kalut, hatinya sakit tapi tubuhnya lemah dan tidak bisa bergerak. Ryris sangat membenci dirinya yang tidak bisa berbuat apa-apa saat orang yang begitu ia cintai berada di ujung kematian.

Entah apa yang membuat Xander tidak bisa bergerak, ia sendiri juga bingung akan dirinya. Seolah-olah tubuhnya dirantai dan mulutnya dijahit. Ia tidak bisa bergerak dan mengeluarkan suara sesikitpun. Kepalanya yang tertunduk membuatnya tidak dapat melihat apa yang terjadi di depannya namun ia yakin, apapun itu pasti tidak bagus karena dapat ia lihat dari sudut matanya Ryris yang meronta sambil menangis.

Dengan mulut yang terus mengucapkan mantra, Ronald mendekat kearah Xander dengan sebuah belati di genggamannya. Ia menguatkan hatinya dengan beranggapan apapun yang dilakukannya saat ini, adalah benar.

Tanpa diduga, belati itu telah menancap di dada kiri Xander, darah merembes keluar dan membasahi keramik dibawahnya. Xander terbatuk dan mengeluarkan darah segar. Ryris terbelalak kaget, air matanya dengan deras keluar dari matanya yang membulat kaget.

Setetes air mata keluar da mata kiri Ronald, maaf.

Ronald menarik kembali belati yang menusuk dada Xander dengan sekali hentakan, membuar Xander mengerang kesakitan sambil memegang dadanya.

"K-kau. A-pa yang-" dengan susah payah Xander mencoba untuk berbicara. Pandangannya serasa mengabur dan sekujur tubuhnya terasa sakit.

"Aku menusukmu, apakah masih tidak terasa, sepupu?" Balas Ronald dengan seringaian jahatnya.

Xander jatuh berlutut dengan tangan memegang dada kirinya. Ia merasakan sakit yang teramat sangat di sekujur tubuhnya. Dengan susah payah ia menolehkan kepalanya kearah Ryris. Melihat wanita yang begitu ia cintai sedang menatapnya dengan air mata.

Satu senyuman terbit di bibir berlumuran darah Xander untuk Ryris, berharap bahwa senyuman itu dapat menenangkan Ryris, namun sia-sia, karena air mata semakin deras mengalir di pipi itu.

Hatinya meraung sakit saat melihat Ryris menangis. Ia sempat menyerngit bingung saat tidak merasakan kehadiran wolfnya. Namun kebingungannya hilang digantikan dengan senyuman lemah saat mendengar umpatan pelan nan lemah Rex.

Dengan pelan Xander mendongakkan kepalanya kearah depan, melihat Ronald. Namun kembali ia dilanda kebingungan saat melihat mata sepupunya itu.

Mata itu tidak melihatnya dengan seringaian, bola mata yang berwarna serupa dengan matanya itu memancarkan penyesalan dan bibir itu bergetar.

Xander terbatuk untuk yang kesekian kalinya dan seketika tubuhnya ambruk.

Ryris semakin menangis dengan suaranya yang tertahan, hatinya sakit, pikirannya kosong, dan sekujur tubuhnya bergetar. Entah apa yang terjadi pada dirinya saat seketika tali-tali yang mengikat dirinya terlepas dan mulutnya kembali bebas dari sumpalan kain.

Aura biru gelap menyelimuti tubuhnya, kulitnya memucat dan rambut panjang coklatnya menjadi hitam pekat. Ronald yang melihat perubahan Ryris terkejut bukan main, dan tubuhnya merinding saat kepala Ryris mendongak menatapnya

Mata itu tidak lagi berwarna hijau menenangkan seperti biasanya. Mata itu berwarna biru gelap dengan sorot mata dingin dan kebencian

Seketika suara petir menggelegar dan langit menggelap diiringi sepasang sayap runcing berkilau dengan pendar biru gelap muncul dipunggung Ryris.

Dengan perlahan Ryris mengambang diudara dengan sayap runcingnya yang berkibas cepat. Seringaian di bibir merahnya muncul, menampilkan dua taring kecil yang mencuat keluar

Tubuh Ronald seketika membeku saat mendengar suara pelan yang dikeluarkan Ryris dengan sirat akan dendam dan kebencian yang begitu kental.

"Bersiaplah mati..

Calon sepupu"

----------------------------

Jeng jeng jeng jenggggggg

Halo hai...

Gimana part ini?

Vote vote

Comen comen

Yang komennya kocak abis entar di tampilin di next chap oke!!

Maaf lama.. thank read

Oke sip

Ja na!



She is Soulmate the AlphaWhere stories live. Discover now