bab 2

934 8 0
                                    

Malam hari setelah jamaah sholat isya selesai Zulfa kembali ke kamarnya yang terletak di kompleks Fatimah lantai dua. Ia dan Zila sedang istirahat sebelum dilanjutkannya jadwal mengaji kitab fasolatan dengan ustadzah Arumi.
"Kamu udah tau berita yang terbaru di asrama ?" tanya Zila setelaheletakan mukena di atas nakas. Zulfa yang sedang berberes di dekat lemarinya berbalik menatap Zila. "berita apa emang ?"

"itu lho kepulangannya gus zafran. Putranya abah kyai."

"Emang gimana Gus Zafran itu ?" tanya Zulfa yang kini mulai tertarik. Sambil melipat baju yang sudah kering dan memasukkannya ke dalam lemari Zulfa menyimak semua yang dikatakan Zila. Mulai dari Gus Zafran yang pulang ke Indonesia karena sudah selesai mengambil gelar sarjana di luar negeri. Kemudian sampai menyebut bahwa gus Zafran gagah dan ganteng menurut santri-santri putri. Namun yang fikiran Zulfa malah kembalu ke perista tadi siang dimana dia kepergok akan kabur dari Asrama.

setelah jatuh yang sangat tidak etis itu Zulfa dihadapkan pada pertanyaan dari orang asing yang pasti sudah jelas bahwa jawabannya Ia akan kabur. Namun apabila Zulfa menjawab yang sebenarnya itu sungguh sangat merugikan dirinya. Dia sudah berkali-kali kena hukuman karena melanggar peraturan asrama. Masa Ia akan di hukum lagi si. Zulfa menunduk terus memutar otak apa alasan yang bisa membuatnya terbebas dari pertanyaan ini.
Oh yaa !

"Saya tadi mengejar kucing yang lari membawa bros. iya bros saya yang gambar cicak. mungkin dikiranya cicak beneran." Zulfa menjawab sambil meringis. Pemuda didepannya melirik curiga. seperti tidak percaya  jawaban Zulfa. "masa ada si bros cicak ? " pemudi itu menyerngit jijik menyebut soal cicak.

"Ada lah buktinya saya punya." Pemuda itu mulai percaya. panteslah punya. yang punya aja aneh, pikirnya.
"Ya sudah, saya permisi." Zulfa buru-buru pamit sebelum di tanya macam-macam lagi. ia berlari dengan cepat sampai-sampai Ia kesandung batu yang menyebabkannya hampir jatuh. untuk hanya hampir. mau ditaruh dimana mukanya.
pemuda yang masih disana menatap kepergian zulfa sedikit meringis namun juga tertaw.

"Dasar gadis cicak." pemuda itupun berlalu . menuju ke kediaman abahnya.

"hey Zulfa !" Zila melambai lambaikan tangannya di depan wajah Zulfa. "kamu dengerin aku cerita nggak si !" Zila mendumel merasa diabaikan.

"Dengerin kok."
"Coba tadi aku cerita apa ?"
"Putranya abah kiyai pulangkan. setelah lulus. Kemudian kata satri putri di ganteng gagah kan ?"
"Terus ?" Zulfa diam, karena yang Dia dengar cuma sampai disitu. Duh gawat. Zila cemberut. "Tuhkan kamu nggak dengerin apa yang aku ceritakan tadi."

"Dengerin kok, cuma yang setelah itu aku nggak dengerin ." Zulfa tertawa garing. Zila masih cemberut. "Pasti lagi mikiran sesuatu ya ?" Zila menatap curiga. zulfa gelapan ingin menjawab tapi binging mulai dari mana.
"Ayo cerita ?" perintah Zila.
"ehm.. gimana ? bingung ih"
"ya semuanya aja."
"jadi gini." Zulfa menceritakan mulai dari dia akan kabur kemudian ketahuan oleh orang asing dan jatuh sampai dia bisa menghidar dari pemuda asing itu.

"kira-kira siapa ya itu pemuda" Zila menaruh telunjuk di dagu memikirkan siapa kiranya. tiba-tiba Ia memekik. "Jangan-jangan Gus Zafran Zul."
"Ah ngaco. Nggak mungkin lah. "
"Semoga aja bukan Zul. "
"emang kenapa kalau iya "
"yah. Mati udah Zul. Emang kamu nggak malu" tanya Zila sambil mengedip kedipkan mata prihatin. Zulfa menbelakakan matanya. sungguh mau ditaruh dimana nanti mukanya. Zulfa mengeluh pelan.

Suara bel tanda mengaji akan di mulai. memberhentikan semua kegiatan para santri di kamar. begitu juga Zulfa dan Zila.

tbc.
miann. Baru lanjut. sedikit juga. pake hape. hehe. terimakasih untuk yang selalu baca. :)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 29, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pesantren in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang