Bab 3 Tragedi

8.3K 875 70
                                    

“Nanti makannya gak bisa lama ya? Soalnya aku harus ikut korps raport untuk pindah satuan. Kamu kuantar ke mana kalau gak mau les?” tanya Danin pada Kayla yang sudah kembali riang. Danin menghentikan ingatan menyakitkan kemarin.

“Ikut Kak Danin dinas gak boleh ya? Lagian apa tadi rapotan? Kak Danin mau rapotan ya? Jadi tentara juga ada rapotannya?” tanya Kayla pelan.

Danin menggeleng gemas sambil tersenyum. Lelaki dewasa itu tersenyum gemas ketika mendengar kata-kata Kayla. Kayla baginya adalah warna baru dalam hidupnya. Ada alasan mengapa bisa lelaki dewasa sepertinya memilih memacari anak SMA yang punya masa lalu menyedihkan seperti Kayla.

“Sejenis itulah tapi lebih tepatnya korps raport. Uang sakunya masih ada kan?” tanyanya lagi sambil tersenyum manis.

“Masih kok Kak. Makasih ya uang jajanku sudah ditambah. Lagi-lagi aku membebani kak Danin,” kata Kayla sambil menatap Danin, pria bermata sendu itu.

“Apaan sih? Udah kayak orang tua deh kalau ngomong kayak gitu. Uang yang kukasih kan gak banyak Dek.”

“Tapi itu sudah sangat berharga bagiku, Kak. Beasiswaku belum juga cair jadi itu sangat membantu.”

“Ya semoga beasiswa Kayla cepat cair ya? Biar bisa beli buku persiapan UAN. Gaji letnan dua tak banyak Dek, tapi aku bisa kok membiayaimu.”

“Wuah, membiayai ya? Kita kayak pasangan suami istri aja Kak?” seloroh Kayla bercanda. Danin tertawa keras.

“Kalau menikahi anak SMA boleh, sudah kulakukan Dek. Aku gak tega melihatmu.”

“Melihat hidup Kayla ya? Hem, rasanya Kayla makin membebani Kak Danin. Rasanya selama setahun ini, aku selalu mendapatkan belas kasihanmu. Kan memang cinta Kakak berawal dari rasa iba.”

“Bukan belas kasihan, tapi kasih sayang. Udahlah, Kayla makin ngaco nih,” kata Danin positif. Dia memang selalu berusaha menguatkan Kayla dengan kata-kata motivasinya.

“Maafin Kayla ya, Kak. Kayla selalu bikin susah,” ujar Kayla sedih. Danin menepuk pipi Kayla lembut.

“Sudahlah. Kamu kayak apa aja. Ceria dong, Dek. Aku cuma butuh senyumanmu sebagai semangatku!” ujar Danin tegar.

Renda cinta mereka bukan hanya terganjal restu orang tua Danin saja, tetapi lelaki itu juga disuruh untuk segera memutuskan Kayla dan menerima perjodohan dengan Isyana, sahabat masa kecilnya. Hal itu menjadi duri dalam daging dalam hubungan Kayla dan Danin yang baru seumur jagung. Isyana adalah wanita seumuran Danin yang sekarang sedang menempuh kuliah kedokteran di Malang. Tentu saja Danin menolak mentah-mentah. Isyana hanya teman baiknya tak lebih dari itu.

“Hujan melulu. Bikin suasana jadi galau,” ujar Kayla pelan tanpa menatap Danin. Keduanya sudah berada di restoran Jepang di Sawojajar. Kayla memesan sushi dan Danin memesan ramen.

“Kenapa harus galau sih, Kayla?” tanya Danin sambil menyantap kuah ramen.

“Ya gak enak aja. Kita gak lagi baik-baik aja loh Kak. Bukannya hubungan kita lagi bermasalah,” ujar Kayla lagi.

“Sudahlah Dek. Kenapa kamu malah bahas itu sih? Aku tuh usahakan ketemu kamu buat happy. Bukannya buat susah,” keluh Danin sambil mengusap mulutnya dengan tisu.

“Maaf Kak tapi, mau gimana lagi, Kak. Aku masih kepikiran.” Kayla terlihat masih gusar. Dia tak mau Danin dibenci oleh orang tuanya karena berhubungan dengan Kayla.

“Udahlah. Kita jalani saja, okay?” putus Danin, Kayla menyerah. Dirinya terlalu muda untuk menjalani cobaan seberat itu.

“Ya baiklah. Kita jalani saja sampai Tuhan memisahkan kita,” ucap Kayla yang membuat Danin tak suka.

Elegi (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang