Dix-Sept

3K 787 35
                                    

Dan mungkin tiga bulan kenal gak menjadikan Karaissa Andriwa, pacar Dong Sicheng, tau segalanya tentang cowoknya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.




Dan mungkin tiga bulan kenal gak menjadikan Karaissa Andriwa, pacar Dong Sicheng, tau segalanya tentang cowoknya.



Enggak, ini bukan tentang hal yang jelek-jelek kok. Malahan hal yang bikin gue harus nahan senyum dan ketawa biar gak disangka gila sama mama yang tadi duduk di sebelah gue.


"Kalo mau ketawa ya ketawa aja kali, Ra."

Gue cuma iya-iya walaupun masih setengah nahan senyum.

Sedikit waspada juga takut mama bakal nanya yang lain-lain, semacam "Emangnya ada apa sih?" "Chat sama pacar ya?" Atau rentetan pertanyaan lainnya.

Gue baru lari kembali ke kamar pas tiba-tiba ada notifikasi line yang masuk selain dari Kak Ten sama Kak Yuta yang keniatan sampai buat multichat isi kita bertiga untuk gibahin Kak Winwin.

Dong Sicheng.

Hhh sayangku yang pas kelas 10 pernah nurut aja pas dibego-begoin kakak kelas.

Dong Sicheng: Karaaaa

Dong Sicheng: Kar

Dong Sicheng: VC yuk?

Gue langsung mengernyit.

Niat-niat amat VC, besok-besok juga masih ketemu?

Cuma gue iyain aja.

Gue masih bisa baca tulisan "Yess!!" Sebelum apa yang di layar gue berganti jadi foto telepon gratis line masuk.

Pas gue pencet tombol hijau, yang langsung muncul adalah




Pas gue pencet tombol hijau, yang langsung muncul adalah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.






Kaget :((((

"Karaaa!" Kak Winwin senyum, ngelambai-lambaiin tangannya ke kamera.

"Ini kamu baru tau ada vitur video call di line apa gimana?"

Dia ngegeleng, "Cuma pertama kali coba."

Jadi gue berasa sampel pertama dia gitu ya, oke.

"Kamu lagi di mana?" Tanya gue setelah sadar kalau dia gak sendiri di situ, tapi berbanyak.

"Lagi di rumahnya Ten. Bareng yang lain juga, sekalian belajar UN."

Gue senyum miring, "Yakin belajar buat UN?"

Dan bener aja, abis itu Kak Winwin malah ketawa sambil garuk-garuk rambutnya.


"Oh iya, Kar!"

"Yes?"

"Katanya kamu bisa buat cake?"

Gue reflek ngegeleng.

Ini kata siapa lagi coba ....


"Ih enggak kok. Kamu tau dari mana coba?"

"Nanti kapan-kapan buatin aku cake mau gak?"

Pertanyaan itu entah kenapa malah lebih terdengar sebagai permohonan di telinga gue.

Mungkin efek yang ngomong adalah Kak Winwin, jadi keliatan innocent banget.

Mungkin kalau Calula atau Nadine yang minta, kesannya malah jadi kayak perintah.


"Ya ... kapan-kapan. Kamu ke rumah akunya aja gak tau kapan, Kak."

"Sekarang aja!"

WOI??

"Bahannya gak ada, Kak. Aku belom beli lagi."

"Kamu tulis aja apa aja, nanti aku beliin."

"Emangnya ngerti?"

"Kan aku bisa nanya yang jual."

Ini gue sama Kak Winwin berasa duo kegoblogan atau apaan sih? Kadang dia yang minta diistighfarin, kadang juga gue.

"Tapi ... sekarang banget, Kak?"

Dari layar handphone, gue bisa nangkep Kak Winwin yang lagi ngangguk berkali-kali dengan senyum anak ayamnya itu.

Menghela napas, "Yaudah, nanti aku kirimin bahannya apa aja. Di deket rumah aku juga ada toko bahan-bahan buat kue kok, Titan namanya, in case kamu gak tau. Biar sekali jalan."

"Oke, siap!"

hnGG MY SUNSHINE.



Dan ketika layar handphone gue udah gak menunjukan muka Kak Winwin, gue ngehela napas lagi.

Sedikit berdoa biar kita gak ngehancurin dapur mama.

OnsraWhere stories live. Discover now