Last Time

256 41 15
                                    




Budayakan Untuk Vote Sebelum Membaca!!^^

.

.

"Kau datang?"

Senyum itu terangkat saat pintu ruang rawat inap terbuka. Mata rubahnya sedikit membengkak, ya dia habis menangis.Seseorang yang baru saja datang tadi, berjalan mendekatinya. Lalu memeluknya erat, sangat erat.

"Semua akan baik-baik saja, tenang saja" si mata rubah hanya tersenyum.

Hatinya terasa teriris mendengarnya. Ingin rasanya berteriak bahwa itu hanyalah bualan.  Memang seperti itu bukan? Siapa saja akan tahu bahwa keadaan yang dialaminya ini tidak baik-baik saja. Tapi itu sama saja. Jadi Ia hanya tersenyum dan menahan tangisnya.

"Terimakasih, Jun" lirih Wonwoo-si mata rubah-

Junhui melepas rengkuhannya. Ia tak dapat berkata-kata,terlalu bingung akan situasi ini.

Wonwoo mengalihkan pandangannya pada sosok yang terbaring di ranjang rumah sakit Kota Seoul ini. Kulitnya pucat, matanya terpejam dengan alat bantu pernapasan yang terpasang. Hatinya kembali tergores saat melihat sosok itu. Sosok itu adalah Kim Mingyu, suaminya sejak 2tahun lalu. Usia pernikahan mereka belum lama, dan Wonwoo tak ingin ini berakhir sampai disini. Berjalan ke sisi ranjang sang suami. Lalu menggenggam tangan itu posesif.

Di jemari itu, masih tersemat cincin pernikahan keduanya. Wonwoo tersenyum. Mengingat bagaimana Mingyu memasangkannya di atas altar. Kebahagiaan nya saat itu bahkan tak berkurang sedikitpun hingga masa ini.

Junhui menatap iba sahabatnya itu. Ia memilih diam dan melangkah menjauh, mendudukkan diri pada salah satu tempat disana.

"Gyu, bangun.. Jangan membuatku takut"

Mingyu memang sudah menderita penyakit mematikan ini sejak lama. Bahkan sebelum pernikahan keduanya. Tapi keduanya baru mengetahui ini saat tahun pertama usia pernikahan mereka. Wonwoo menerima itu. Sebut saja Wonwoo bodoh atau apa. Tidak seharusnya Wonwoo berharap, karena pada akhirnya Ia tahu bahwa nantinya Mingyu juga akan pergi. Seperti ini lebih baik daripada tidak. Setidaknya, dengan ini Wonwoo pernah menjadi bagian dari hidup Mingyu.

Ingatannya kembali melayang saat menatap cincin keduanya. Wonwoo yang terlaru mudah panik dan sedikit pelupa kadang kala keliru memasang cincin pernikahan mereka. Cincin yang seharusnya ada di tangan kiri tepatnya di jari manis itu kadang kala terpasang di tangan sebaliknya, ataupun bagian jari lain.

"Sayang, cepatlah! Kita harus segera berangkat!!" seru Wonwoo, Mingyu hanya menatap gemas sang istri sambil tersenyum.

"Aku selesai.. Hei! Kemana cincinmu?"

"Ini" Wonwoo mengulurkan tangan kanannya.

Benar saja, di jari tengahnya terdapat cincin pernikahan mereka. Mingyu terkekeh. Lalu meraih jemari Wonwoo untuk melepas cincin tersebut.

"Kenapa melepasnya? Kau menceraikanku?" tanya Wonwoo polos. Mingyu sedikit tertegun mendengarnya, namun detik berikutnya tawanya terlepas.

"Aku tidak akan melakukan itu, sayang.. Walau kau memintanya sekalipun. Kau tahu, memasang cincin pernikahan itu di tangan kiri, dan pada jari manismu" Mingyu menyematkan cincin itu disana.

Debaran yang Mingyu rasakan masih sama saat menyematkan cincin itu. Seperti satu tahun lalu, saat keduanya berdiri di altar.

"Memangnya kenapa?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 17, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Last RingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang