Buku Perpus Banu (Part 3)

161 2 0
                                    

"Gimana nih, Bel?" rengek Khea kepada sahabat sebangkunya.

Abel juga kebingungan mencari solusi. Ia tahu betul sahabatnya sangat menyukai novel itu. "Kenapa lo gak ke Bu Leni terus liat daftar anak yang minjem. Pasti 'kan dicatet."

Khea diam sejenak. Lalu tersenyum lebar. "Astaga! Gue gak kepikiran dari awal. Lo bener. Istirahat nanti gue bakal cari tuh orang yang minjem novel gue."

'Novel perpus."

"Iya, maksud gue novel perpus."

Selama pelajaran berlangsung Khea terus menatap jam dinding di kelasnya. Semua pelajaran terasa begitu lama baginya. Ia sangat penasaran dengan 'pelaku' yang meminjam novel kesukaannya. Mungkin ia akan berbicara baik-baik dengan orang itu nanti.

Khea mulai menghitung mundur waktu.

10, 9, 8, 7,...bel istirahat akhirnya berbunyi lebih cepat tanpa ia duga sebelumnya.

"Lo sana gih langsung ke perpus. Nanti disamperin Banu, lho," Abel memberi jarak pada Khea agar bisa keluar.

Khea menepuk pundak Abel. "Makasih, Abel!"

Khea berlari ke perpustakaan. Berlari sudah seperti bagian dari aktivitasnya. Semenjak didekati Banu, berlari adalah satu-satunya senjata ampuh untuk kabur. Selain itu, ia merasa tidak perlu berolahraga pagi karena merasa selalu sehat setiap harinya.

Khea menghampiri Bu Leni yang sedang menulis sesuatu. "Bu Leni, lagi apa?"

Bu Leni membetulkan kacamata. "Lagi nyatet anak-anak yang pinjam buku."

Khea langsung senang. "Biar saya bantu, Bu."

"Gak usah. Nanti salah-salahan."

"Nggak, Bu. Saya bakal tanggung jawab kalo ada yang salah."

Setelah ditatap intens oleh Bu Leni selama beberapa detik, akhirnya Bu Leni menyerahkan tugasnya pada Khea untuk sementara. "Jangan sampai salah catet ya."

Khea mengangguk. Ia membuka halaman sebelumnya untuk mencari orang yang meminjam novel 'Perahu Kertas'.

21-11-2016 Angga Mahendra 12 IPS 1 Perahu Kertas

Kak Angga? Batinnya.

"Kok cowok?" gumamnya pelan. Ia melakukan scanning sekali lagi. Hanya ada nama Angga yang meminjam novel 'Perahu Kertas'.

Tidak ada yang salah dari kemungkinan Angga meminjam novel. Angga termasuk salah satu siswa pintar. Ia pasti senang membaca semua buku. Permasalahannya adalah Khea tidak pernah berani untuk berbicara pada kakak kelas.

Khea menghembuskan napas berat. Ia harus menunggu sekitar satu minggu untuk mendapatkan novel itu kembali. Padahal ia penasaran setengah mati dengan kelanjutan ceritanya. Dan ia merelakan sisa waktu istirahatnya terbuang dengan mencatat nama-nama siswa yang meminjam buku.

Suatu keajaiban Banu membawa bekal hari ini. Sebenarnya bukan bekal yang sesungguhnya karena sebelum datang ke sekolah, ia terlebih dulu membeli nasi uduk. Ari dan Romi merasa Banu memiliki perkembangan moral yang pesat. Bahkan mereka pernah berpikir perubahan Banu adalah tanda-tanda kiamat akan segera tiba.

Banu bangkit dari kursinya setelah meminjam paksa flahsdisk berisi film Thailand pada Maria. dengan membawa bekal. "Gue cabut."

Ari dan Romi hanya menjawabnya dengan gumaman singkat. Setelah melewati warga sekolah yang memberinya tatapan aneh, akhirnya ia sampai juga di depan kelas Khea. Abel yang sedang makan sendirian di kelas langsung menyadari kehadiran Banu. Sensor kepekaannya aktif seperti sudah terlatih sebelumnya begitu melihat muka Banu sekilas. Ia berdiri setelah memakan ayam goreng dengan satu gigitan.

Kumpulan Cerita PendekWhere stories live. Discover now