Desiran Angin Laut - 5

Start from the beginning
                                    

Sebenarnya selagi menunggu Lana, Irza sempat masuk ke dalam hotel tempat adiknya bekerja itu, dia mencari-cari sosok wanita yang menarik perhatiannya, hanya saja Irza tidak menemukan perempuan itu.

Dia jadi merasa bodoh sekali, tentu saja sulit untuk bertemu perempuan itu di hotel sebesar ini. tapi setidaknya dia tahu kalau perempuan itu bekerja di hotel ini.

"Langsung pulang?" tanya Irza.

"Nyari makan dulu yuk," ajak Lana.

Irza mengangguk lalu menjalankan mobilnya keluar dari parkiran hotel.

"Tadi Nola nanyain kakak," kata Lana membuka percakapan.

"Oh, nanya apa?"

"Katanya, Kakak orangnya pendiam gitu ya. Terus ya dia bilang salam sama Kakak."

"Oh,"

Lana menoleh pada kakaknya yang hari ini mengenakan kemeja berwarna hitam, dengan raut wajah serius menatap jalan di depannya.

"Tumben banget Kak, pake kemeja," komentarnya.

"Kata kamu perempuan suka pria yang pakai kemeja."

"Oh, jadi mau mikat cewek nih? Hihihi."

Irza memandang adiknya, ada pertanyaan yang ingin diungkapkannya, namun sedari tadi tertahan dimulutnya.

"Kenapa sih, Kak?" tanya Lana.

Irza menggeleng lalu fokus matanya kembali lagi ke jalanan yang cukup macet.

*****

Irza dan Lana sedang duduk di sebuah kedai yang menjual batagor. Irza begitu merindukan makanan Indonesia, makanya tadi dia menolak saat Lana mengajaknya ke restoran western.

"Duit Kakak banyak sih, tapi traktir adiknya di sini," canda Lana.

Irza tidak menanggapinya, dia fokus menghabiskan makanan di hadapannya, sepiring somay dan sepiring batagor.

Saat Irza sedang sibuk berkutat dengan makanannya, seseorang mendatangi mejanya, sambil menepuk pundak Lana.

"Lho, lo di sini juga." Lana berdiri sambil tersenyum pada perempuan di depannya ini.

"Iya, lagi makan sama temen."

Irza yang medengar suara itu langsung mengangkat kepalanya, Irza hampir tersendak, dan langsung menyesap teh botol yang dipesannya.

"Ya, udah gue duluan ya," perempuan itu berjalan ke meja yang tidak jauh dari mereka, di sana sudah ada seorang pria. Perempuan itu duduk di depan pria yang waktu itu menjemputnya di mal.

"Temen kamu?" tanya Irza.

"Iya," jawab Lana singkat.

Padahal Irza ingin Lana menjabarkan siapa perempuan itu, tumben sekali adiknya itu menjawab pertanyaan secara singkat seperti ini.

"Kerja di hotel juga?"

Lana mengangguk.

Irza hampir-hampir frustasi, bagaimana caranya dia bisa mengorek informasi dari Lana mengenai perempuan itu. Irza melirik ke meja, di mana perempuan itu sedang berbicara serius dengan laki-laki di depannya, keningnya berkerut, sepertinya pembicaraan mereka begitu penting.

"Itu pacarnya?" tanya Irza.

"Siapa?" Lana menolehkan kepalanya dan memandang kedua orang yang sedang duduk itu.

"Pacar Sasi?"

"Namanya Sasi?" tanya Irza.

"Iya, Sasikirana, anaknya gatot kaca."

"Maksudnya?" tanya Irza tak mengerti.

"Namanya si Sasi itu kayak namanya anak gatot kaca. Kakak kenapa sih, kayak penasaran gitu?" kata Lana curiga.

Irza langsung mengubah raut wajahnya, mungkin dia tadi terlihat terlalu semangat. "Hm..., nggak papa."

"Dia itu anaknya aneh sih, suka menyendiri gitu. Gila kerja juga, dia itu Guest Relation Officer, tapi kadang sibuk sama dunianya sendiri. Kan aneh."

Irza mencondongkan tubuhnya ke arah Lana, tanda kalau dia tertarik dengan bahasan ini.

"Tapi kayaknya anaknya asik-asik aja."

Lana mendelik pada Irza, "Serius deh, Lana jadi curiga sama Kakak. Kenal Sasi dimana sih? kok kayaknya tertarik banget sama dia?"

Kadang Lana ini terlalu peka, dia selalu tahu ada hal-hal yang aneh atau disembunyikan oleh Irza. Radarnya sebagai seorang adik begitu kuat.

"Kami ketemu di acara ultah Azka, dia nggak sengaja numpahin minum dibajuku," tidak ada gunanya menyembunyikan hal ini lebih lama lagi.

"Oh, gitu, terus Kakak langsung love in first sight gitu sama Sasi?"

Irza mendengus, "Bukan gitu, Cuma ya tertarik aja sama dia. Anaknya lain dari yang lain kayaknya."

Irza ingat sekali bagaimana penampilan Sasi saat itu, dan penampilannya selalu sama saat Irza bertemu dengannya, pakaian formal dengan rambut dicepol begitu rapi, tidak lupa dengan kacamata yang bertengger di hidungnya.

"Sasi itu dibilang culun nggak juga sih, tapi ya anaknya gitu, kayak introvert tapi aku rasa nggak deh, dia jarang gabung sama kami, banyak orang sangsi sih dia bisa jadi GRO, tapi pas lihat dia ngomong ke tamu VIP, jago banget dia, profesional. " jelas Lana.

Mendengar hal itu malah membuat Irza semakin penasaran dengan sosok perempuan bernama Sasikirana ini, tapi sayang perempuan itu sudah memiliki orang lain.

"Kakak kelihatan naksir dia ya?"

"Nggaklah, lagian dia juga kelihatannya udah punya pacar."

"Oh my God! aku nggak pernah percaya sama cinta pandangan pertama, tapi kayaknya Kakak beneran suka sama Sasi deh," kata Lana sambil menyeringai senang.

"Lan! Nanti kedengaran dia!" kata Irza sambil memandangi kedua orang yang masih sibuk mengobrol itu.

"Hahaha, tenang aja Kak, Sasi nggak punya pacar kok. Kata anak-anak dia itu jomblo akut, nggak ngerti deh kenapa cowok-cowok nggak mau deketin dia."

"Terus, yang sekarang itu siapanya?" tanya Irza.

"Kata anak-anak sih keluarga atau sahabatnya itu, nggak gitu ngerti aku sama dia. Soalnya orangnya tertutup gitu. Tapi kalau memang Kakak mau sama dia, nanti aku cari tahu tentang dia."

Irza berpikir sejenak, sesekali dia menatap Sasi. "Duh... dilihatin terus sih." Lana girang sendiri melihat sikap kakaknya saat ini. Walaupun dia tahu perempuan yang disukai kakaknya itu agak berbeda dengan jenis perempuan pada umumnya, Ya. menurut Lana, Sasi ini terlalu biasa dibandingkan perempuan yang pernah dekat dengan Irza.

Tapi manusia memang tidak bisa mengatur hati, untuk jatuh dan berlabuh pada siapa.

*****

Happy reading...

Desiran Angin LautWhere stories live. Discover now