Desiran Angin Laut - 5

147K 19.8K 840
                                    

Sometimes when you meet someone,
there's a click.
I don't believe in love at first sight,
But I believe in that click.

-Ann Aguirre

Irza memutuskan untuk berjalan ke parkiran mal, tempat dia memarkirkan mobilnya. Entah kenapa dia menjadi penguntit seperti ini, hanya karena perempuan yang tidak sengaja ditemuinya di pesta ulang tahun keponakannya itu.

Bahkan dia tidak tahu namanya siapa, tapi ada perasaan kecewa saat melihat perempuan itu sudah bersama laki-laki lain.

Irza mengusap wajahnya, "Kenapa aku jadi seperti ini!" keluhnya.

Irza menarik nafasnya berulangkali lalu menjalankan mobilnya untuk kembali ke rumah. Sebenarnya beberapa hari lalu Irza diajak teman-temannya untuk berlibur, tapi karena dia sudah berjanji pada ibunya untuk tetap berada di Jakarta, akhirnya Irza menolak tawaran itu.

Irza juga tidak terlalu betah menghabiskan waktunya di rumah saja, apalagi harus berhadapan dengan ayahnya, bukannya dia membenci ayahnya. Tidak sama sekali, hanya saja kecanggungan yang akan terjadi saat mereka berdua sedang berada di ruangan yang sama.

Irza memarikirkan mobilnya, lalu masuk ke dalam rumah. Dia selalu mencari ibunya terlebih dahulu sebelum masuk ke kamarnya.

"Makan dulu, Kak," kata ibunya. Irza mengangguk lalu berjalan untuk duduk di meja makan.

"Kamu belum nengokin rumah kamu?" tanya ibu Irza.

Beberapa tahun yang lalu Irza memang membeli sebuah rumah yang letaknya tidak jauh dari rumah ibunya. Rumah itu masih kosong, setahun yang lalu Irza memutuskan untuk merenovasinya, tapi belum ada keinginan untuk tinggal di sana. Rumah itu memang dipersiapkannya jika dia sudah menikah kelak.

"Nanti lah Ma,"

Ibu Irza menuangkan air ke dalam gelas kosong milik Irza. "Mama udah isi perabotan di sana, jadi nanti kamu tinggal tambahin aja kurangnya dimana."

"Lho, kok mama yang isi?" tanya Irza bingung.

"Ya nggak papa, uang yang kamu kirim ke Mama setiap bulan itu kebanyakan, jadi Mama kumpullin aja buat beli perabotan rumah kamu."

Irza tidak habis pikir ibunya melakukan itu, "Tapi uang itu kan buat Mama, kenapa balik lagi ke Irza."

"Udah nggak usah dipikirin, sekarang kamu fokus aja cari menantu buat Mama," kata Ibu Irza sambil tersenyum lebar.

*****

Irza membaringkan tubuhnya di ranjang sambil membuka ponselnya. Irza jarang membuka sosial media dia lebih suka bermain game di gadget-nya itu.

Tapi sebuah pesan yang masuk ke ponselnya membuat Irza mengurungkan niatnya itu. Ternyata Lana yang mengiriminya pesan,

Lana : Kak, bisa jemput Lana nggak? Tadi dianter Rayi, dia nggak bisa jemput sore ini.

Punya pilihan apa Irza untuk menolak?

Irza mengetikan jawabannya untuk Lana, lalu iseng membuka profil picture adiknya itu. di foto itu Lana berdiri bersama rekan-rekan kerjanya, dan Irza menangkap seseorang yang menarik perhatiannya.

Perempuan berkacamata dengan rambut yang digelung kaku.

Entah kenapa Irza menjadi begitu semangat untuk menjemput adiknya, dia berjalan ke kamar mandi lalu membersihakan diri di sana, bersiap sebelum menjemput Lana, adiknya.

*****

"Sorry ya Kak, lama," ujar Lana saat masuk ke dalam mobil Irza.

Irza tersenyum pada adiknya itu, "Nggak papa."

Desiran Angin LautWhere stories live. Discover now