"Eh, enak aja ini anak. Lo kira gue body guard lo?" balas Riel sambil memutar kedua bola matanya.
"Oh, kedengarannya ide yang bagus." Audrey memasang tampang jahilnya.
"Tapi gue digaji dulu, baru deh gue mau."
Audrey mencibir. "Ogah deh. Lagian, body guard kayak lo mah nggak ada gunanya."
"Gila loh, gue sih sakit hati dengernya," ucap Riel sambil menggelengkan kepalanya. "Udahlah sana masuk."
"Oke, dadah!" Audrey pun keluar dari mobil dan melambaikan tangannya ke arah Riel dengan senyum lebar. Hatinya terasa cukup lega karena sekarang hubungannya dengan Riel sudah kembali baik seperti sebelumnya. Ini artinya bebannya sudah berkurang satu.
Ia berjalan masuk ke dalam rumahnya sambil bersenandung pelan. Suasana hatinya sangatlah bagus setelah sudah bisa bercanda lagi bersama Riel. Saat ia tiba di dalam rumah, papa dan kakaknya sedang menikmati makan malam mereka. Jika Audrey masih sibuk dengan sakit hatinya sendiri, ia sudah pasti memilih untuk langsung naik ke lantai dua dan masuk ke dalam kamarnya. Tapi, kali ini Audrey tidak akan melakukan hal itu. Ia tahu ia tidak bisa terus-terusan menghindari masalahnya. Maka, ia pun melangkahkan kakinya mendekati dua laki-laki tersebut. Setelah mamanya pulang semalam, ia masih belum berinteraksi dengan papa dan kakaknya.
"Aku boleh ikut?" tanya Audrey sambil berdiri di dekat mereka.
Max menolehkan kepalanya dan menatap Audrey dengan kaget seakan-akan Audrey baru saja mengatakan bahwa ia hamil. Sedangkan Sofian menatap anak perempuannya dengan senyum lebar. Ia merasa puas karena usahanya tidak sia-sia. Keputusannya untuk mendatangi mantan istrinya itu benar-benar keputusan yang tepat walau sebenarnya ia merasa ragu untuk mendatangi rumah Hana. Namun demi Audrey, ia rela melakukan apa saja.
"Boleh kok. Sini duduk aja," jawab Sofian dengan senyum lebar.
Audrey mengangguk dan duduk di samping kakaknya dengan santai. Max yang masih kaget dengan perubahan sikap adiknya pun menatap Sofian untuk meminta jawaban. Namun, Sofian hanya tersenyum dan memberikan isyarat bahwa semua akan ia jelaskan nanti.
"Sekolah lancar, Drey?" tanya Sofian dengan hati-hati. Walau ia tahu Audreynya yang dahulu sudah mulai kembali, ia tetap ingin mendekati Audrey dengan perlahan.
"Lancar, Pa. Walau stress sih belajar buat ujian-ujian yang numpuk," jawab Audrey dengan nada mengeluh.
"Jangan dipaksa ya diri kamu. Tetep istirahat nomor satu," sahut Max dengan pelan. Ia masih takut untuk mengatakan apapun pada Audrey karena takut akan reaksi yang akan diberikan adiknya.
Audrey menoleh pada kakaknya dan mengangguk sambil tersenyum tipis. "Oke deh."
Bisa dibilang makan malam berjalan dengan sangat lancar. Mereka sudah mulai membicarakan banyak hal. Suasana makan malam yang sempat mati sudah bisa hidup kembali seperti dahulu kala. Semua hal perlahan-lahan kembali seperti dulu. Dan inilah yang selalu diharapkan oleh mereka semua.
***
Audrey berjalan keluar dari kelasnya sambil celingak celinguk mencari keberadaan laki-laki yang semalam mengantarkannya pulang. Namun, ia terlihat cemberut karena tidak menemukan Riel dimanapun. Ternyata Riel benar-benar tidak menunggunya.
YOU ARE READING
Lesson To Learn
Teen Fiction"When you think everything's going so well but then all of a sudden everything starts to fall apart." ••• Audrey selalu berpikir bahwa hidupnya sudah sempurna. Pacar yang tampan, dua sahabat yang selalu ada bersamanya, dan juga keluarga yang bahagia...
28. Getting Better
Start from the beginning
