PROLOG

56 0 0
                                    

Ini sebuah kisah klasik tentang persahabatan.

Ini sebuah kisah dimana hati memperjuangkan belahannya.

Ini sebuah kisah tentang hati yang telah ditemukan.

Ini sebuah kisah saat hati saling menyadari

Dan ini sebuah kisah ketika awal selalu diikuti akhir...

***

CINTA, sebenarnya apa arti dari cinta? Satu kata yang memiliki begitu banyak makna dan rasa tanpa kita tahu apa arti dari satu kata itu. Begitu banyak orang yang dengan mudahnya mengatakan "Aku Cinta Kamu" tanpa tahu artinya. Jika di tanya "Apa alasan kamu mencintai aku?," selalu saja berakhir dengan jawaban "Aku mencintai kamu tanpa alasan."

Jika tanpa alasan, lalu, bagaimana seseorang bisa jatuh cinta?

Jam telah menunjukkan pukul setengah sebelas malam dan Calista masih sibuk dengan buku Diary miliknya. Buku yang sudah dianggap Calista sebagai makhluk hidup karena di buku itulah tempatnya mencurahkan segala isi hatinya dan selalu, selalu saja satu huruf yang diakhiri tanda tanya itu muncul di setiap halaman buku diary nya. CINTA?.

Calista ingat apa yang tadi siang Mama tanyakan padanya, "Besok kamu udah kelas 3 SMA lho, Cal, masa masih belum punya pacar juga sampai sekarang?. Dulu Mama, kelas 3 SMA itu udah pacaran berapa kali, ini kamu, satu aja belum pernah."

"Apa sih, Ma?" Calista merasa risih dengan arah perbincangan ini.

"Ih, justru kamu yang kenapa. Mama takut kalau anak Mama satu-satunya ini jadi perawan tua entar."

"Huss! Mama, kok malah ngomong gitu ke anaknya." sahut Papa Calista masih tetap fokus dengan film action di tv, "Tau nih, Pa, masa Mama malah nyumpahin aku." ujar Calista memasang wajah bete yang di buat-buat-sengaja-, tahu Mama hanya mengkhawatirkan dia.

Mama duduk disamping Calista, membelai pelan kepala anak semata wayangnya, "Mama khawatir sama kamu, Cal. Selama ini pasti ada cowok, paling nggak satu cowok, pasti pernah nyatain perasaan ke kamu, kan?" Calista menanggapi dengan senyum. Memang, walaupun Calista seorang perempuan dan terlebih lagi anak semata wayang, seharusnya dia bisa bercerita panjang lebar dengan Mamanya mengenai segala macam kisah hidupnya tapi Calista adalah seorang yang tertutup. Dia hanya akan menceritakan masalah yang menurutnya memang perlu untuk diceritakan dan hal ini membuat khawatir orang tuanya.

"Apa kamu pernah suka sama cowok di sekolah kamu, Cal?" Calista menggeleng. Papa tiba-tiba berhenti fokus pada layar tv, lalu, menatap Calista, "Kamu... nggak lesbi, kan?."

"Papa!," sontak Mama kaget mendengar pertanyaan suaminya itu.

Calista tertawa keras, "Hahaha!"

"Ini Papa serius tanyanya"

"Ya kali, Pa. Suka cowok aja nggak, apalagi cewek. Ada-ada aja deh, Hahaha!" seketika Mama dan Papa merasa lega mendengar ucapan Calista.

"Tadi marah, giliran udah di jawab ikutan lega juga," sindir Papa saat mendengar Mama mengeluarkan napas lega, lalu kembali menonton tv.

"Mama sama Papa nggak usah khawatir, ya?. Kalau waktunya pas, pasti ada deh entar." Calista menggenggam tangan Mama seraya mengelusnya pelan. Menenangkan.

Calista tersenyum mengingat kejadian tadi siang, bagaimana orang tuanya begitu khawatir tentang masalah percintaan anaknya ini. Disaat orang tua lain sibuk menentang kisah asmara anak mereka, disini Calista malah di paksa untuk memiliki kekasih.

Diliriknya jam dinding, jarum panjang dan pendek tepat menunjuk angka 12. Seharusnya Calista sudah tidur terlelap karena besok adalah hari pertamanya sebagai murid kelas 3 SMA tapi masih ada yang perlu dia tuliskan pada sahabat kertasnya itu –sang diary terkasih- mengenai perasaannya.

Aku lelah ditanya cinta...

Membuatku takut menjawab cinta...

Aku menginginkan jawaban mengenai cinta yang sedangkan diriku tidak tahu jawabannya

Ada yang bilang cinta itu seperti gula. Manis.

Ada yang bilang cinta itu seperti kopi. Pahit.

Tapi aku belum pernah merasakannya. Merasakan bagaimana cinta.

Jika aku belum memiliki jawaban akan cinta, bagaimana aku bisa mengharapkan jawaban dari orang lain?

Aku ingin menemukan seseorang yang bisa memberiku sebuah jawaban mengenai cinta.

Aku ingin merasakan sebuah cinta yang sempurna, tanpa celah, dan ketika aku menemukan seseorang yang memberikanku jawaban atas semua pertanyaanku, maka dia adalah cinta pertamaku yang kuharap menjadi cita terakhirku karena.... Bagiku... cinta sejati hanya bisa dirasakan satu kali.

Ditutupnya buku diary dengan senyuman terhias di wajahnya, hal yang selalu dia lakukan ketika selesai mencurahkan keluh kesah. Calista beranjak dari kursi belajar menuju kasur empuknya. Pagi ini Calista menjadi murid kelas 3 SMA, tidak terlalu berharap ada perbedaan dengan hari-harinya yang lain.

Meskipun ada setitik keinginan agar harinya tidak selalu sama dengan hari yang telah dijalaninya selama ini.

***

Unidentified LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang