EXTRA PART [ii]: SURPRISE!

Start from the beginning
                                    

"Bukan kok." jawabku berbohong.

Maaf ya, Ray. Aku penasaran banget dengan film itu. Kalau aku jujur, pasti kamu ngga akan mau menemaniku.

Maaf sekali.

Aku mulai sibuk menyalakan laptopku, menyambungkannya dengan projector agar kami bisa menontonnya lebih puas di layar besar.

Sementara Rayap mulai menyantap mie instan yang tadi aku masak.

"Enak banget, padahal cuma mie." kata lekaki itu seraya meneguk minuman soda untuk menetralisir mulutnya.

"Mie instan itu makanan terenak tau. Mau sehari makan tiga kali pun ngga akan bosen." timpalku sembari mencari film yang aku maksud.

Rayap yang tengah memakan kembali mie nya sedikit tersedak, "Tapi jangan begitu juga. Udah kayak minum obat aja sehari tiga kali. Ntar keriting lho tuh usus makan mie mulu."

Aku tertawa, "Perumpamaan, ganteng. Bukan berarti Nesya makan mie sesering itu." jawabku.

Rayap ber-oh ria ditempatnya.

"Oke, mulai ya." kataku melirik Rayap sekilas.

"Bukan horor kan?" Rayap kembali memastikan.

"Bukaann." aku tertawa di dalam hati sembari jariku mulai memutar film tersebut dari latopku.

Film dimulai. Belum ada tanda-tanda aneh dari filmnya. Rayap juga belum curiga. Dia malah menanyakan hal yang sama,

"Ini kisah nyata? kok dokumenter begini?"

"Bukan horor kan?"

Berkali-kali lelaki itu menanyakan hal yang sama dan berkali-kali juga aku berbohong padanya sambil asik menyantap makan malamku.

Hingga beberapa saat kemudian,

"Aaaaaaa!"

"Aduh gila!"

"Woy masa anjing direbus? gila kali ya!"

"Serem banget, bangsat!"

"Anjir ngga kuat gue!"

Aneka sumpah serapah keluar dari mulut Rayap. Lelaki itu benar-benar ketakutan sekarang. Ditambah kondisi rumahku yang cukup luas dan hanya ada kami berdua, sukses membuat kesan horor semakin terasa di sekeliling kami.

"Kekasihmu cupu sekali! hahaha!" sejak Rayap berteriak ketakutan, sejak itu pula Muchtar tidak berhenti tertawa di sampingku.

Tak henti-hentinya Rayap menutup matanya dengan rambut panjangku. Kalau biasanya di dalam drama tokoh wanita yang ketakutan, kondisi kami justru sebaliknya.

"Sayang, ini tontonan kita salah kayaknya. Gue jadi ngga nafsu makan." kata Rayap.

Dengan jelas bisa kulihat Rayap tengah susah payah menahan mual kala adegan sadis terputar di layar projector depan kami.

Sementara aku? aku masih menikmati mie instan buatanku.

"Lo ngga eneg?"

"Engga." jawabku singkat.

"Gila. Hebat banget pacar aku."

Aku memukul pelan paha Rayap, "Geli ah denger Rayap ngomong begitu. Ngga biasa Nesya."

Rayap tertawa, melupakan sejenak adegan mengerikan yang baru saja ia tonton, "Kita udah lima tahun pacaran tapi kok ngga pernah romantis-romantisan sih? tiap gue mau coba, lo selalu bilang geli."

Geandert [Completed]Where stories live. Discover now