Chapter 1

28 0 0
                                    

Di sebuah kota kecil bernama Faux, terdapat sebuah toko boneka kerajinan tangan.

Toko itu berada di gang sempit dan sepi. Jalan menuju toko itu berliku dan menanjak, dengan beratus anak tangga.

"Enaknya manusia di luar sana."

"Bisa hidup, bisa bicara, bisa berekspresi, bisa. . . melakukan banyak hal."

"Aku, - sebuah boneka kecil yang telah dilupakan - di sini hanya bisa melihat mereka dari balik etalase kaca ini."

Di dalam toko itu hanya terdapat sebuah boneka yang diberi jiwa oleh si pembuat.

Namun, si pembuat boneka yang sudah tua tidak dapat hidup lebih lama dan meninggal di rumahnya.

Rumahnya berada di desa di pinggir kota Faux. Jaraknya sekitar 10 km dari tokonya, sehingga boneka buatannya tidak tau mengenai kematian pembuatnya dan terus menunggu.

Setiap hari boneka itu meminta dan terus meminta agar bisa menjadi manusia.

🏡             🏡             🏡

Di suatu hari yang bersalju, seorang pemuda memasuki toko boneka itu.

Lonceng dan suara decit pintu kayu usang menyambut kedatangan pemuda itu.

Ia mengibas butir-butir salju yang dingin di mantelnya, lalu menggantungkannya.

Matanya langsung tertuju pada sebuah boneka kain yang dibuat menyerupai seorang anak perempuan berambut coklat yang memakai gaun biru.

"Kau ingin jadi manusia ya?"
tanya si pemuda.

"Kau siapa?"

"Kau tau kalau aku hidup?"

Jiwa sang boneka menjawab pertanyaan pemuda itu tanpa menggerakan tubuh bonekanya sedikitpun.

Ia kaget mendengar pertanyaan yang tiba-tiba dari seorang pemuda mencurigakan.

"Aku hanya pelayan sang penulis cerita, yang membuat kota ini, juga membuat kakek pembuatmu."

Jawab pemuda itu dengan senyum ramah - yang terlihat palsu -.

"Aku. . . Tentu saja aku ingin."

Boneka ragu dengan tawaran aneh dari orang tak dikenal ini.

"Haha, tentu saja akan terdengar aneh, ya."

"Baiklah akan aku lanjutkan penjelasannya."

Si pemuda mengambil sebuah kursi dan duduk di hadapan boneka.

"Aku bisa mengubahmu menjadi manusia. Tapi dengan satu syarat."

"Kau harus berjanji untuk membuat cerita ini menjadi lebih menarik."

"Mudah, bukan?"

Lagi-lagi pemuda itu menunjukkan senyum palsunya.

"Menarik? Bagaimana caranya?"

Boneka mulai merasa takut mendengar tawaran pemuda itu yang semakin jauh menjadi semakin mencurigakan.

Sampai si pemuda mulai mengangkat boneka dan menunjukkan padanya bagaimana bebasnya menjadi manusia.

"Hebat bukan, bisa bergerak seperti ini?"

Keinginan boneka pun bertambah kuat. Lebih kuat daripada kekhawatirannya pada konsekuensi dari keinginan itu.

"Aku setuju."

Mendengar itu, si pemuda tersenyum puas.

"Haa... Akhirnya kau setuju juga."

"Nanti malam aku datang lagi untuk menepati janjiku, yah."

🌃           🌃           🌃

Malam itu masih bersalju.

Si pemuda datang lagi untuk menepati janjinya pada boneka.

Perlahan ia membuka gaun biru yang dipakai boneka itu. Menelentangkan tubuh boneka itu, dan membuka jahitan di belakang tubuh si boneka.

Tangannya mencari ke dalam tubuh boneka yang berisi dakron, lalu mengambil sebuah kristal kecil berwarna merah.

Ia tersenyum sedikit.

Kristal itu diletakannya di saku bajunya. Lalu ia menjahit kembali bagian belakang tubuh boneka itu dan memakaikannya gaun biru tadi.

Setelah itu ia mengambil kembali kristal di dalam sakunya.

Ia mengarahkan kristal itu ke arah sinar bulan, lalu tersenyum lagi.

Ia membuka mulutnya, menjulurkan lidahnya, lalu meletakkan kristal itu di lidahnya.

Dan kemudian. . . menelannya.

Once Upon a Time in a StoryWhere stories live. Discover now