Prologue

102K 2.9K 39
                                    

Aku berjalan menuju rumah setelah menghabiskan waktu di rumah temanku. Jalanan hanya diterangi lampu yang sudah redup dan berteriak untuk minta diganti. Aku melihat sekitar dengan was-was. Jangan salahkan aku, walaupun aku sudah sering melewati jalan ini pada malam hari, tapi tetap saja rasa was-was masih menemaniku. Tidak ada yang tau apa yang akan terjadi bukan?

Tiba-tiba tubuhku gemetar, perasaanku merasakan ada yang aneh. Aku berhenti dan melihat ke sekeliling, tapi aku tidak melihat apa-apa. Lalu aku kembali berjalan dengan kecepetan 2 kali lebih cepat dari sebelumnya. Aku tau perasaanku benar di saat seperti ini. Ada yang aneh dan ada sesuatu.

Langkah kakiku langsung terhenti begitu saja saat aku mendengar decakan pelan. Pertama aku pikir itu hanya halusinasiku saja, tapi tidak, aku benar mendengarnya. Nafasku memburu dan jantungku berdetak sangat cepat. Aku menarik nafas panjang dan memberanikan diri untuk membalikkan badan.

Jantungku terasa berhenti begitu saja saat kulihat ada sosok yang berdiri sekitar 50 meter dariku. Aku benar, ada sesuatu. Aku tidak bisa melihat wajahnya karena dia memakai hood, tapi aku tau kalau dia seorang cowok dilihat dari bentuk bahunya yang sangat tegap. Tubuhnya juga sangat tinggi. Dan satu kata yang langsung muncul di pikiranku saat melihatnya adalah intimidating.

"S-siapa di sana?" suaraku gemetar karena was-was dan sedikit panik. Di jalan ini hanya ada aku dan dia jadi aku tau tidak ada yang bisa menolongku jika terjadi sesuatu. Teriak pun tidak berguna karena jalanan ini terlalu sepi.

"Siapa di sana?" ulangku lebih tenang karena dia hanya diam saja. Tapi tidak seperti harapanku dia melangkah mendekat ke arahku. Aku panik dan ingin melangkah mundur, tapi kakiku seperti di pasak ke bumi dan aku tidak bisa kemana-mana.

"S-stop! Jangan mendekat!" dan dia berhenti. Aku memejamkan mataku lega, paling tidak dia tidak berbuat macam-macam. Tapi pikiran itu langsung musnah begitu aku mendengar decakan dari belakangku. Aku merasakan bagaimana jantungku langsung berhenti dan bekerja lagi 3 kali lebih cepat.

"W-what do y-you want?" ucapku pelan dengan suara bergetar. Andai aku pulang sore tadi, tidak mungkin aku ada di sini dalam keadaan ini seperti ini. Ini buruk!

"You" jawabnya pelan membuatku sadar dia lebih dekat dari perkiraanku. SUaranya membuatku bergetar karena aku measakan seperti listrik mengalir di tubuhku sampai ke tulangku.

Aku memberanikan diri dan berbalik badan tapi tidak ada siapa-siapa. Aku mengerutkan keningku dan tiba-tiba perasaan kesal langsung datang. Siapa dia? Beraninya mempermainkanku!

Aku melihat ke sekitarku dan aku sendiri. Aku tidak melihat sosok itu di mana pun di sudut mana pun. Aku meghentakkan kakiku dan berlari pergi. Tapi baru saja beberapa langkah tubuhku langsung terdorong ke dinding. Aku membuka mataku dan sosok itu kini sudah memenjarakanku. Tangannya berada di kedua sisiku.

Aku bisa melihat seringainya tapi tidak bisa melihat matanya karena hoodnya menjadi penghalang. Tapi tidak lama tangannya bergerak dan menurunkan hoodnya. Dan saat itu aku diam sambil menatap matanya. Matanya langsung mengingatkanku dengan laut yang dalam. Warnanya memukauku. Aku menatapnya dan tiba-tiba aku melihat kebingungan di wajahnya. Dia mendekatkan wajahnya sampai hidungnya hampir menyentuh hidungku. Dia menatapku dalam. Aku merasa seperti dia sedang membaca pikiranku.

Dengan gerak cepat dia langsung melingkarkan tangannya di tubuhku dan meletakkan wajahnya di leherku, lebih tepat di pertemuan antara leher dan pundakku. Tubuhku tegang dan merinding karena tubuhnya dingin. Lebih dingin dari udara malam ini.

Dia mengambil nafas panjang mencium aromaku. Aku tak tau apa yang dia lakukan sekarang tapi aku tidak bisa melakukan apapun karena diriku terlalu shock.

Tak lama dia menjauh dan menatapku. "Mine" ucapnya membuatku terkejut. Katanya membuatku terkejut tapi yang lebih mengejutkan lagi adalah taringnya!

Aku menatapnya takut dan mencoba sekuat mungkin untuk terlepas darinya. Tapi bodohnya itu malah membuat dia mengencangkan pelukannya padaku. "Lepaskan!"

"No!" ucapnya tegas dan membuatku semakin takut. Aku berhenti dan menangis. Aku tidak tau kenapa aku menangis, mungkin karena aku tau kematian akan menjemputku sebentar lagi.

Dia menatapku aneh dan tiba-tiba tangannya menghapus air mataku. Aku melihatnya terkejut. Apa yang dia lakukan dan siapa dia?

"Please. Let me go" tangisku pelan. Dia menggeleng dan itu malah membuatku marah.

"Aku tidak mengenalmu! Lepaskan aku!" aku mendorongnya kuat dan dia tidak bergerak sedikit pun. Mengetahui usahaku sia-sia, aku berhenti lagi.

"Kau ikut denganku" aku menatapnya horror. Apa yang dia pikirkan? Siapa dia berani mengatakan kalau aku harus ikut dengannya!

"Tidak! Aku tidak mengenalmu dan aku tidak ingin mengenalmu!" teriakku keras. Tapi selah itu aku langsung menyesali perkataanku karena aku melihat ekspresinya berubah menjadi menakutkan.

"Kau harus" jawabnya pelan dan aku bisa melihat taringnya. Dan dalam sekejap dia kembali ke leherku. Tubuhku gemetar hebat saat aku merasakan taringnya menyentuh leherku. Tidak!

"Please, don't" rintihku pelan. Dia memelukku erat dan dia mencium leherku membuat listrik itu kembali menjalar di tubuhku.

"Tapi ikut denganku" aku memejamkan mataku dan membiarkan air mataku jatuh. Aku tak tau apa yang akan terjadi jika aku ikut dengannya, tapi aku tau akan ada hal buruk yang terjadi kalau aku menolaknya. Aku membuka mataku kembali dan menatapnya lalu mengangguk.

Dia mengagetkanku dengan senyumnya. Kali ini bukan seringai itu, tapi senyum tulus. Aku menatapnya dengan mataku yang masih penuh dengan air mata. Dia lagi-lagi mengusap wajahku dan menghapus air mataku.

"Close your eyes" bisiknya dan aku langsung menurut. Tangannya meraih tanganku dan menggenggamnya. "Goodnight, princess"

Dan kegelapan menyelimutiku.

Love WarWhere stories live. Discover now