4. | SUAMI |

14.3K 1.8K 99
                                    

SUAMI



***

Siapa suamimu, mencerminkan bagaimana nanti keluarga kecilmu akan terbentuk.

***


Mbak Angel: Ge, hari ini ada agenda keluar rumah?

Aku tersenyum membaca pesan Mbak Angel. Sembari menyiapkan kemeja Rafa beserta celananya, aku mengetik balasan.

Me: Enggak ada. Kita masak lagi? 😈😈

Mbak Angel: 😭😭 Jangan tiap hari belajarnya. Nanti, ilmu yang kemarin lupa😋
Mbak Angel: Aku mau beliin flanel Mas Bian. Banyak yang kekecilan bagian perut tau😭😭

Me: Wkwkwk. Berarti|

"Wil, tolongin handuk, dong! Aku lupa bawa."

Aku mengembuskan napas. Menjatuhkan tangan di samping tubuh. Yang diingat Rafa saat akan mandi itu apa, ya sampai handuk saja lupa? Bahkan, handuk kusampirkan berjejer di gantungan khusus, tak jauh dari pintu kamar mandi.

Hari ini, ia memang memiliki kelas pagi. Seperti biasa, dia senang sekali mengerjaiku dan membuatku panik dengan mengatakan kelasnya jam 06.00. Dengan bodohnya, aku percaya sampai tergopoh-gopoh ke dapur menyiapkan kopi. Padahal, dia saja baru mandi sekarang.

Lagipula, memangnya ada kelas sepagi itu? Ck.

"Ini!" Aku mengetuk pintu kamar mandi. "Rafa!" Beberapa detik berikutnya, aku tak lagi mendengar suara air, dan pintu terbuka sedikit.  Kepala Rafa menyembul.

"Makasih, Kriwil," ucapnya, lengkap dengan cengiran.

"Nanti aku smoothing!"

Dia belum tahu saja, kalau lelaki di luar sana sudah berpindah selera. Dari yang mencintai perempuan badai berambut bergelombang, bertubuh slim, menjadi perempuan keriting sepertiku. Oh! Lalu, bagaimana dengan pilihan Mas Bian yang jatuh pada Mbak Angel?

Hm, itu, kan, mereka sudah lumayan lama menikah.

Dulu, dosenku pernah mengatakan, kalau keinginan dan kebutuhan setiap manusia itu akan selalu berubah. Tak pernah bisa dipatenkan. Aku percaya, sebab, dulu aku tak membutuhkan Rafa, jangankan membutuhkan, menginginkan saja tidak, tetapi sekarang aku seperti bagian dari dirinya.

Tak berharga jika berpisah.

"Hari ini mau ke mana, Wil?" Rafa menggosok rambutnya dengan handuk kecil bewarna kuning. Ia mulai memakai deodoran dan menyemprotkan parfum di beberapa bagian tubuh.

Aku suka wangi parfum lelaki. Eh, I mean, parfum Rafa.

"Mau jalan sama Mbak Angel." Aku tersenyum lebar, mengasong kemeja ke hadapan Rafa. "Astagfirullah. Aku belum balas pesan Mbak Angel." Sembari mengetik balasan, aku mengajak Rafa berbicara. "Aku ajak Mbak Angel ke Couple Boutique aja, ya, Raf?" Melihat ekspresi mengejeknya, aku mengerutkan dahi. "Kenapa?"

"Seneng banget sama Mbak Angel?"

"He-he. Keliatan banget, ya?"

Rafa selesai memakai celana. Ia berjalan ke arah cermin, mengoles gel pada rambut lalu menyisirnya. Lelaki tak memerlukan bedak, tetapi kenapa tetap terlihat ganteng dan bersinar, ya? Ia berjongkok di depanku yang sedang duduk di tepi kasur. "Hati-hati kalau berteman."

"Emang Mbak Angel kenapa?" Aku berteriak saat ia menyentil dahiku. "Sakit! Ih, nggak suka!"

"Bukan Mbak Angel aja. Siapa pun yang mau kamu ajak temenan, hati-hati." Rafa menelusupkan jari-jarinya ke dalam rambutku. Beberapa detik berikutnya, giliran ia yang berteriak. "Ya ampun nyangkut, Ge! Jariku nyangkut!" Tawanya menggema. Ia berusaha menarik jemarinya.

DALAM DETAK (SELESAI)Where stories live. Discover now