Chapter III

80 3 1
                                    

Suasana hening, aura tegang terasa berat diudara. Para penonton juga merasakan perasaan bingung dan tidak yakin yang sama denganku. Kudengar suara Piano terdengar di tengah tengah panggung. Aku melihat Ally duduk di depan sebuah Grand Piano  berwarna putih. Gaunnya telah berganti menjadi gaun sewarna dengan matanya biru laut dengan sentuhan hijau. Gaun selutut itu menempel dengan pas ditubuhnya. Rambut keritingnya berkibar diterpa angin dengan tenang dia memainkan melodi di Piano.

Aku bertepuk tangan mengikuti penonton yang lain. Mereka juga sama terkejutnya dengan diriku. Pada nada pertama dia menyanyikan lirik aku memejamkan mataku dan menikmatinya.

I’m so glad you made time to see me

How’s life? Tell me, how’s your family?

I haven’t seen them in a while

Aku tersenyum mengingat bagaimana Ally selalu bertanya tentang keluargaku ketika kami masih bersama. Keluarga kami saling menyukai bahkan Makena yang biasanya bawel mengenai kekasihku menjadi sangat mendukung hubungan kami.

You’ve been good, busier than ever

We small talk, work and the weather

Your guard is up, and I know why

Kubuka mataku dan memandang kearah Ally yang sekarang juga sedang memandangku. Aku tidak yakin tapi Ally sepertinya mengerti kebingungan yang ada di wajahku dan mengangguk pelan sehingga tidak ada orang lain yang tahu.

Lagu ini mengingatkanku pada telepon pertama darinya 3 bulan setelah aku mengucapkan selamat tinggal kepada mama Andrea. Telepon yang tidak pernah terpikirkan olehku karena setelah berpisah aku pikir kami tidak akan saling menghubungi satu sama lain seperti yang dia inginkan.

Because the last time you saw me

Is still burned in the back of your mind

You gave me roses, and I left them there to die

Aku tertawa pelan tanpa humor pada diriku sendiri. Lagu ini memang untukku jadi gossip yang dikatakan oleh gadis gadis di belakangku dan berita yang digembar gemborkan media memang benar jika Ally akan membuat sebuah lagu untukku. Aku masih ingat dengan jelas ketika aku berusaha untuk menemui Taylor di studio tempat biasanya dia berlatih. Aku membawakannya sebuket besar mawar merah untuknya. Berharap Ally akan mengatakan padaku apa salahku dan kenapa kami berpisah. Sayangnya dia menolak untuk menemuiku dan meninggalkan buket yang kubawakan di depan studio.

So this is me swallowing my pride

Standing in front of you, saying I’m sorry for that night

And I go back to December all the time

Ally merujuk pada 2 hari sebelum malam natal kemarin. Ketika secara tiba tiba dia datang dan meminta maaf padaku dan memberiku tiket konser ini. Permintaan maafnya tulus dan rasa sesal di matanya terlihat sangat jelas. Dia juga mengingatkanku tentang malam yang lainnya. Malam ketika dia datang ke rumahku dan menjatuhkan bomnya kepadaku. Mengatakan jika mereka memang tidak ditakdirkan bersama. Dunia kecilku yang sempurna menghilang secara tiba-tiba.

Lebih baik kita berpisah Daniel. Sepertinya jodoh kita cukup sampai disini. Ini yang terbaik untuk kita berdua, kita sudah berjanji kalau kita akan menghormati keputusan satu sama lain kali ini aku memintamu untuk menjauhiku. Tolong hormati keputusan itu Daniel. Selamat tinggal Daniel. Jaga dirimu baik-baik.”

Aku menggelengkan kepalaku perlahan. Mengusir kenangan akan Ally dan kata perpisahannya yang menyakitkan.

It turns out freedom ain’t nothing but missing you

Wishing I’d realized what I had when you were mine

I go back to December, turn around and make it alright

I go back to December all the time

Dia terdengar sangat menyesal karena memilih kebebasannya daripada mempertahankanku. Aku menunggu rasa puas atau senang karena penyesalannya tapi satu-satunya yang ada dihatiku adalah kekosongan. Aku sudah melepas semua emosi dan bebanku mengenai Ally. Aku menganggap bahwa semua telah berakhir.

These days, I haven’t been sleeping

Staying up, playing back myself leaving

When your birthday passed, and I didn’t call

Then I think about summer, all the beautiful times

I watched you laughing from the passenger side

And realized I loved you in the fall

Walaupun aku tidak yakin dia akan melihatku tapi aku tersenyum padanya. Mengingat tentang ulang tahun pertamaku setelah aku mengenalnya. Aku menunggunya mengucapkan selamat padaku walaupun hanya sekedar telepon atau pesan singkat.

Ally jatuh cinta padaku saat musim gugur? Benarkah? Bukankah saat itu aku bersama dirinya berkerja sama dengan Ally dalam sebuah film? Passenger side? Tidak ada satupun momen yang cukup penting yang ada di pikiranku yang bisa membuat dirinya jatuh cinta padaku. Aku melihatnya mengerling padaku. Aku tertawa kecil Ally dan rahasia kecilnya.

And then the cold came, the dark days

When fear crept into my mind

You gave me all your love, and all I gave you was goodbye

Sampai sekarang aku masih belum memahami ketakutan apa yang ada dipikirannya. Rahasia apa yang dipegangnya. Apa yang membuatnya begitu takut sehingga memutuskan untuk melepasku saat itu. Dari lagu yang Ally nyanyikan saat ini ada satu hal yang aku mengerti darinya. Aku paham dengan keputusannya untuk mengakhiri hubungan kami. Seperti yang dia katakan inilah yang terbaik untuk kami. Tidak mungkin bagi kami untuk melanjutkan hubungan jika salah satu dari kami merasa takut dan tidak aman. Kami harus percaya satu sama lain jika tidak maka lebih baik berpisah baik-baik.

I miss your tan skin, your sweet smile

So good to me, so right

And how you held me in your arms that September night

The first time you ever saw me cry

Aku juga akan selalu merindukanmu Ally, sebagai seorang teman.

Maybe this is wishful thinking

Probably mindless dreaming

But if we loved again, I swear I’d love you right

I’d go back in time and change it, but I can’t

So if the chain is on your door, I understand

Semua memoriku bersama Ally berkelebat dibenakku. Rasa bahagia, sedih, marah, dan semua perasaan yang tidak bisa kugambarkan berada dalam diriku. Walaupun tidak semua ingatan indah tapi aku akan selalu menyimpannya sebagai sesuatu yang berharga. Aku memejamkan mataku kembali dan melihat senyum Layla dipikiranku. Tawanya, selera humornya, kekeraskepalaanya, semangat hidupnya dan keteguhan yang ada dalam dirinya.

“This song is for a boy from Michigan.”

Aku mengerjapkan mataku mendengar ucapannya tidak menyangka dia akan memberitahunya secara terbuka. Ally tersenyum padaku dan turun dari atas panggung. Media menembakkan kameranya pada kami berdua seakan sedang berpesta.

Say Good ByeWhere stories live. Discover now