4// Tipe Pacar

Mulai dari awal
                                    

"Lah pak? Kok gitu?" protes Naya.

"Iyalah! Nanti kalau mau kembali ambil waktu jam istirahat!" Pak Hendra kemudian melenggang pergi.

"Anjir ini hari, untung gak upacara jadi gue amanlah" gumam Naya.

Tiba-tiba mata Naya tidak sengaja melihat kearah seseorang yang sangat ia kenal ah bahkan sangat ia hafal. Orang itu sedang berjalan bersama dengan seorang perempuan dan sesekali tertawa.

"Siapa tuh cewe?" tanya Naya pada dirinya sendiri.

"Van.." saat Naya ingin memanggil orang itu tapi dia tidak melihat Naya dan malah meletakkan tangannya dipundak seorang perempuan sambil sesekali tertawa.

"Ny" lanjut Naya.

'Sakit oii'

**

Setengah jam telah berlalu itu diartikan Naya boleh kembali kekelas. Naya melihat jam tangan putihnya.

"Naya kamu boleh kembali dan itu sepatu kamu talinya saya sita!" tiba-tiba Pak Hendro berbicara seperti itu.

Sontak Naya kaget setengah mati, bagaimana tidak perasaan tadi lapangan itu sepi dan tiba-tiba guru BKnya itu datang.

"Astagfirullah pak ngagetin saya aja. Dari pada cuma tali sepatu saya aja yang disita mending sekalian sepatu saya pak" ucap Naya sambil mengelus dadanya.

"Loh kenapa?" tanya Pak Hendra.

"Nanti kalau tali sepatu saya hilang bapak nanti gantinya pakek tali rafia, tapi nanti kalau yang hilang sepatu sayakan bapak jadi beliin saya sepatu baru" ucap Naya sambil memperlihatkan senyumannya.

Pak Hendra menggelengkan kepalanya, "Baru kali ini ada murid yang berpikiran seperti itu"

Naya melepas sepatunya dan juga tidak lupa kaos kaki bergambar hello kitty itu ia lepas.

"Sekalian sama kaos kakinya pak, nanti kalau hilang bapak gantinya lengkap" setelah mengucapkan itu Naya berlari meninggalkan Pak Hendra yang geleng-geleng kepala.

TOK TOK TOK

Naya mengetuk pintu kelasnya dan kemudian dia masuk kedalam kelasnya, semua tatapan murid itu teralihkan ke Naya.

"Telat lagi Naya?" tanya Bu Ratih

"Eh ibu ketemu lagi ya. Kalau ini saya emang beneran telat bu" jawab Naya santai.

Bu Ratih memperhatikan penampilan Naya dan pandangannya tertuju ke kaki Naya yang tidak memakai sepatu.

"Kemana sepatu kamu?" tanya Bu Ratih.

"Disita sama Pak Hendra bu" jawab Naya polos dan semua yang berada dikelas terkikik karena melihat jawaban polos dari Naya.

"Bukannya Pak Hendra cuma menyita tali sepatunya saja?" tanya Bu Ratih.

Naya memutar kedua bola matanya malas, "Gini bu kalau sepatu gak ada talinya emang bisa dipakai? Enggak kan? Maka dari itu lebih baik saya kasih aja ke Pak Hendra trus nanti kalau sepatu saya hilang jadi Pak Hendra ganti semuanya buka talinya aja. Dulukan ada yang talinya disita eh malah hilang sama Pak Hendra diganti sama tali rafia" jawab Naya panjang lebar.

"Bu cape nih saya, habis berdiri dari setengah jam yang lalu boleh duduk gak?" tanya Naya lagi.

Bu Ratih hanya mendesah pasrah akan kelakuan muridnya yang paling heboh itu. " Yasudah silahkan duduk"

Nayapun berjalan kearah tempat duduknya.

"Hai Vanny, Betty, Raka" sapa Naya sambil tersenyum dan kemudian dia duduk disamping Vanny yang menatap Naya tidak percaya.

"Lo sehat Nay?" tanya Vanny sambil menempelkan punggung tangannya ke dahi Naya secara tidak langsung mata keduanya saling bertatap. Jantung Naya seketika berdetak lebih cepat. Sama halnya dengan Vanny tapi Vanny buru-buru menepis perasaan itu.

"Sehat" balas Naya.

"Naya tadi lo beneran dihukum?" tanya Betty kepada Naya.

"Iya"

"Lo gak apa-apa Nay?" kini Raka yang bertanya kepada Naya dan Vanny yang mendengar hanya mencibir.

"Gue baik-baik aja Ka" balas Naya.

"Raffly mana?" tanya Naya kepada Betty.

"Dia belum masuk" balas Betty dan Naya hanya mengangguk.

"Itu anak empat kalau masih tetep tausiah sendiri saya suruh kalian keluar!" ketus Bu Ratih dan semuanya diam.

**

Jam istirahat tengah berlangsung Vanny dan Naya kini tengah berduaan dikantin. Bukan berduaan seperti pacaran tapi mereka hanya mengobrol biasa.

"Van tadi lo sama siapa?" tanya Naya pura-pura acuh dan sambil meminum jus alpukat miliknya.

"Yang mana?" tanya Vanny.

"Itu yang jalan sama lo dikoridor deket lapangan" ujar Naya.

"Oh itu Selena" jawab Vanny.

"Siapanya lo?" tanya Naya ragu-ragu.

"Ah kepo lo" jawab Vanny.

'Apa mungkin itu orang yang disukai Vanny?'

"Gue cuma tanya aja emang salah?" tanya Naya.

"Enggak"

"Van?" panggil Naya.

"Hmm?" jawab Vanny.

"Tipe pacar lo itu kayak gimana?" tanya Naya ragu-ragu.

Vanny memincingkan matanya dan sedetik kemudian dia menjawabnya.

"Baik itu pasti, gak petakilan, feminim, perhatian sama gue, cantik itu bonus buat gue, pinter" jawab Vanny.

'Gue yang masuk cuma satu dan itu menurut gue bukan menurut Vanny, gue itu selalu perhatian sama dia' batin Naya.

"Oh, gue doain semoga lo dapet seperti apa yang lo inginin tadi" jawab Naya berat hati.

"Oke thanks ya Nay, lo sahabat terbaik gue deh" ucap Vanny sambil mengacak-acak rambut Naya.

"Ih rambut gue berantakan Van" dumel Naya sambil merapikan letak rambutnya lagi.

"Tetep cantik kok" ucap Vanny dan itu berhasil membuat kedua pipi Naya memerah.

"Yaudah gue temenin ngambil sepatu lo yuk?" ajak Vanny.

"Ayukk" balas Naya antusias.

"Lo gak papa gak pakai sepatu Van?" tanya Naya kepada Vanny saat dia melihat pengorbanan sahabatnya itu yang ikut-ikutan melepas sepatunya.

"Enggak emang kenapa? Inget janji gue sama lo, gue gak bakal biarin lo sama Venna itu berbeda dari yang lain dan gue bakal ngusahain semampu gue buat lindungin kalian" ucap Vanny mantap.

"Uhh makin cinta sama lo deh" ucap Naya dari hati.

"Sama Nay" jawaban itu ternyata keluar begitu saja dari mulut Vanny.

'Gue gak salah denger ini?'

"Sebagai sahabat pastinya" lanjut Vanny, bagai hantaman yang menerpa hati Naya baru saja dia dilambungkan eh tiba-tiba dijatuhkan begitu saja.

'Baru aja gue ngefly Van'

Perasaan Naya kepada Vanny sangatlah besar. Bukan lagi seorang sahabat tapi lebih. Karena Naya takut untuk merusak persahabatan mereka yang sudah terjalin lama akhirnya dia harus memendam itu semua sendiri tentunya.

'Biar gue aja yang ngerasaain sakit ini Van, karena gue gak mau ngerusak persahabatan kita'

FRIENDZONE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang