"Aww!" pekik Vanny.

"Mampus lo!"

"Sakit Nay" keluh Vanny.

"Salah sendiri orang gue ngajak ke toko buku ya jelas beli buku pakek tanya! Terus apa maksud lo ngejitak kepala gue?! Nanti kalah gue amnesia trus gue lupain lo gimana?" cecar Naya.

"Karena lo jawab salah makanya gue jitak, kalau lo amnesia itu suatu berkah buat gue" jawab Vanny sambil memperlihatkan senyumnya.

Senyum yang ada diwajah Naya semakin lama kian memudar dia merasakan mendapatkan beribu-ribu hantaman diulu hatinya.

'Sakit Van! Kenapa lo nggak peka sih? Itu kode buat lo agar lo ngeminta gue selalu disisi lo!' batin Naya sambil menatap Vanny kosong.

"Ck! Malah ngelamun" dengus Vanny.

"Naya lo gak papa?" tanya Vanny saat melihat perubahan mimik wajah sahabatnya itu.

"Gue gak apa-apa" balas Naya bohong.

'Selalu ada apa-apa dibalik kata gak apa-apa Van!'

"Oh yaudah, habis muka lo kayak hidup segan mati tak mau sih!" ucap Vanny dan dibalas senyum paksaan dari wajah Naya.

**

KRING KRING

Bel pulang sekolah SMA Angkasa berbunyi, itu tandanya semua murid diperbolehkan untuk pulang kerumahnya. Vanny memakai jaketnya dan Naya nampak masih memasukkan semua alat tulisnya kedalam tas.

"Nay pulang sendiri atau dijemput?" tanya Raka dari arah belakang.

Naya sontak menoleh, saat ingin menjawab tapi Vanny telah menjawab pertanyaan itu.

"Naya bareng gue" ucapnya.

"Oh kirain, yaudah bye princes" ucap Raka sambil mengedipkan sebelah matanya kearah Naya. Vanny yang melihat rasanya ingin menonjok wajah tampan milik Raka.

"Tuh anak kayaknya suka sama lo deh Nay" intrupsi Betty kepada Naya.

"Ngaco deh!" balas Naya.

"Yaudah yuk pulang" lanjut Naya mengajak Vanny dan Betty keluar kelas karena memang hanya tinggal mereka yang masih berada didalam kelas.

Saat keduanya telah sampai diparkiran Vanny langsung mengambil motornya, Vanny menyerahkan helm kepada Naya dan disambut hangat oleh gadis itu. Betty tadi telah dijemput alhasil dia langsung berlari ke depan gerbang sekolah.

"Jadi nih?" tanya Vanny.

"Ya jadilah" balas Naya semangat.

Naya menaiki motor Vanny dengan duduk menyamping yang mengingat dia memakai rok. Setelah itu Vanny langsung melajukan motornya. Motor Honda CBR merah itu melaju dengan kecepatan yang bisa dibilang kencang. Motor itu membelah jalanan ibu kota yang nampak mulai macet.

Setibanya mereka disalah satu toko buku, Vanny dan Naya langsung memasuki toko itu. Naya memilih-milih buku didalam sana. Matanya tertuju ke sebuah novel yang berjudul 'Friend Zone'.

'Cocok nih sama gue' batin Naya.

"Van gimana perasaan lo kalau lo kejebak sama yang namanya Friend Zone ?" tanya Naya sambil menatap Vanny berharap. Itu merupakan kode dari Naya lagi.

Vanny menatap kearah Naya dengan kening berkerut kemudian matanya tertuju kearah novel yang dibawa oleh Naya.

"Itu orang terbodoh yang mau aja dia kejebak sama yang namanya friend zone, mending cari yang lain aja!" ucap Vanny.

Emosi Naya diubun-ubun. Bukan itu jawaban yang diinginkan oleh Naya.

"Kan tapi cewe itu yang selalu sama cowo itu! Emang dia gak bisa peka apa?!" tanya Naya sedikit emosi.

"Mungkin cowo itu udah punya yang dia suka kali?" balas Vanny acuh.

Naya menghela nafasnya percuma dia mau kode sekeras apapun tapi hasilnya tetap sama dan akan selalu sama.

"Oke dari pada gue kepo kayak dora! Mending gue beli ini novel!" putus Naya.

"Ntar nangis kejer kalau sad ending?" tanya Vanny.

"Di dunia itu gak cuma happy ending tapi ada sad ending, bagi gue sih sad ending itu awal perjalan yang baru bukan akhir yang gak enak" ucap Naya sambil berjalan menjauh dari Vanny.

Setelah menemukan satu novel yang membuatnya tertarik Naya juga membeli buku paket UN SMA.

"Udah?" tanya Vanny dan diangguki oleh Naya.

Saat Naya akan membayar tapi tiba-tiba dicegah oleh Vanny.

"Biar gue aja" ucap Vanny.

"Ini barang-barang gue Van!" ketus Naya 

"Gue bayarin atau gue gak mau ngater lo lagi?!" lontaran itu keluar dari mulut Vanny dan mau tidak mau dia harus menerima kalau Vanny yang membayar.

"Pemaksa!" desis Naya.

Dan Vanny hanya mengeluarkan senyumannya.

FRIENDZONE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang