Prolog

3.6K 118 6
                                    

Ada tempat terbaik untuk mengadu, bercerita dan juga meminta. Letakkan keningmu di atas sajadah untuk bersujud kepada-Nya

"Ketika kita jatuh cinta, terkadang kita berpikir bahwa hal tersebut adalah hal yang paling indah. Nyatanya kita sedang diuji seberapa besar cinta kita pada sang pemilik hati yang sesungguhnya. Memilih dan mengharap cinta kepada makhluknya atau mengharap seluruh curahan cinta yang hakiki, cinta kepada sang Pencipta?"

Gadis berkerudung panjang berwarna toska itu mengedarkan pandangannya kearah peserta kajian yang seluruhnya berisi akhwat. Ia mengulas senyum simpulnya.

“Tentu kita harus memilih cinta pada Rabbul Izzati, cinta yang sempurna antara makhluk dengan penciptanya. Mencintai seseorang memang fitrah, tapi alangkah baiknya ketika kita mampu menempatkan cinta itu pada tempat yang pas, cinta yang memiliki porsi yang tidak melebihi cinta kita kepadanya-Nya.”

“Lalu bagaimana jika hati ini sudah terlanjur? Maka kembali dekatkan diri kepada Allah agar kita terhindar pada cinta yang tidak baik. Isi dengan aktivitas aktivitas yang bermanfaat sebagai upaya memantaskan diri. Insya Allah, seseorang yang terbaik itu pun akan datang.”

              Tak lama gadis bernama Airani Jingga itu mengakhiri kajiannya dengan mengucapkan hamdalah disertai salam. Setelah berpamitan dengan beberapa pihak panitia yang mengundangnya untuk menyampaikan materi, Jingga berjalan menghampiri seseorang yang menunggunya di depan pintu masuk aula tersebut. Yang menunggunya adalah lelaki dengan kemeja putih bersih yang sedang bersandar di dinding dekat pintu sambil menatap kearahnya. Lelaki itu menyambutnya dengan senyum lebar, namun Jingga malah menatapnya bingung.

“Kenapa Mas?”

“Ngga apa - apa. Cuma heran aja,” lelaki itu masih tersenyum.

“Seharusnya aku yang heran, dari tadi Mas senyum – senyum ngga jelas,” Jingga menatap lelaki itu bingung.

Lelaki yang menjadi suaminya itu mengusap puncak kepalanya, “Lima tahun lalu Mas masih ngeliat kamu pake baju SMA, pake papan nama, muka-muka tertekan lagi di OSPEK kampus tapi sekarang Mas melihat kamu sebagai perempuan mandiri, selalu berusaha bermanfaat bagi orang lain, dan juga istri yang shalihah. Mas selalu bangga dengan kamu Jingga.”

“Aku lebih bangga mencintai seseorang seperti Mas. Apalagi bisa dapetin idola akhwat satu kampus,” Jingga menatapnya jenaka.

Suaminya hanya terkekeh pelan, sambil kembali mengusap puncak kepalanya lembut. Lalu beralih menggenggam tangannya. “Ayo pulang istriku.”

Jingga tertawa, “ Ayo.”

Jingga tersenyum menatap kekasih halalnya, perasaan yang dahulu berusaha ia tepis dan hindari. Lalu bermetamorfosa menjadi perasaan yang seyogyanya ujian agar ia mampu menempatkan sesuatu yang menjadi fitrahnya tanpa membuat Allah cemburu akan pengharapannya terhadap manusia.

Membuatnya meletakan cinta itu pada tempat dan porsi yang pas. Mengucap untaian rindu yang ia selipkan dalam setiap doa. Kepada cinta yang membuatnya semakin dekat dengan Kekasih, melebur bersama nama yang selalu ia sebut dalam setiap sujud. Fahmi.



Pesan penulis :
Terima kasih sudah membaca, tunggu part 1 nya ya ^^

Berawal dari iseng iseng semoga berhadiah ^^

Kuletakkan Cinta di Atas SajadahWhere stories live. Discover now