Habib?!

20 3 0
                                    

By: Taramelia

Seorang tamu kehormatan akhirnya tiba dalam sebuah acara istighosah di sekolah. Semua manusia yang ada di aula besar ini serentak berdiri.
"Loh ada apa ini kok pada berdiri" tanyaku pada Arta sambil ikutan berdiri
"Mbuh hahaha.. " Arta tertawa menutup mulutnya takut terdengar kemana mana

"Lho ini tradisi Madinah kalau menyambut rasul harus berdiri" jelas Haikal di sebelah Arta yang mendengar pertanyaanku baru saja

bumprakkaprakaprakbumbum

"Leh, harus ada nyanyian nyanyian kaya gini juga?
"iyo, ini namanya tradisi" timpal Haikal lagi, Artapun kembali tertawa ditahan mendengarnya, sementara aku masih tidak cukup paham.

Tamu kehormatan tadi duduk di sebuah singgasana yang sudah disiapkan. Kursi sangat bagus, batinku
"Lihat, _wedang_nya ada tiga. " bisik Arta. Aku tak meresponnya, hanya bergumam dalam hati.
"Wajarlah, dia Habib" Haikal tampak serius memperhatikan Sang Habib di sana.
"Kok aku nggak tahu kalau acara ini mengundang seorang Habib?" tanyaku berbisik ketika sang Habib mulai bersuara.
"Spanduk segede itu nggak ngeh? Coba kalau gambarnya Paruru.. huuu" aku meringis mengiyakan perkataan Arta.

"Seandainya tamunya ini Paruru.. "aku bergumam sendiri
"Kalau yang datang Paruru, yang ada bukan siraman kerohanian tapi siraman kemaksiatan, Bar!" seru Arta sedikit heboh
"Eh, bisa diam nggak sih" protes seseorang di belakangku dan Arta.

Acara pun dimulai Habib mulai berceramah.
Aku tidak bisa berkonsentrasi dengan apa yang sang Habib sampaikan. Dengan menyinggung nama Paruru tadi, aku kembali teringat wajah manis Mariaku yang memang sebelas dua belas dengan wajah salah satu artis jebolan grup idol jepang itu.

Acara pun selesai diakhiri dengan doa bersama dengan tarian dan tabuhan rebana.

"Tahu gini aku nggak masuk sekalian"
" _Joget_ aja dah"
" _Yowes joget_"
"Ini bukan lagu high tension, dodol! Gini lho jogetnya"
"yowes terserah"

Usai acara aku dan beberapa teman sekelas sedang berkumpul mengobrol di kantin. Hanya aku yang tidak masuk dalam perbincangan mereka tentang acara tadi. Otakku masih dipenuhi oleh bayangan Maria, mantanku.
Sejujurnya, sudah hampir setahun berpisah dengannya aku masih belum bisa move on . Seandainya aku tidak pindah ke kota ini, mungkin aku setidaknya masih bisa melihat wajahnya. Atau mungkin itu lebih biruk ya? Aku..

"Hee, besok di rumahku kedatangan habib. Besok malam selese bimbel ke rumahku aja" Arta membuyarkan lamunanku
"Beneran, Ta? Hayuk dah ke situ"

***
"Mana nih habibnya?"
"Masih keluar, bentar lagi balik kok"

Dan benar, beberapa saat kemudian terdengar suara knalpot motor cb yang terdengar mulus terawat mesinnya

"Ini dia orangnya"
"astaga orangnya sangar juga" bisik Haikal padaku. Kamipun seketika mendatangi dan menyalami si Habib yang tampak bingung.

"Ada acara apa ini Ta?"
"Makrab kelas"
"Lah terus, kenapa teman temanmu nyalamin aku kaya gini semua?"
"Kan kamu Habib" sekejap suasana menjadi kaku. Haikal yang mendapat giliran terakhir bersalaman dengan si Habib sempat ragu dengan orang yang ada di hadapannya ini.
"Mas sampean Habib ta?"
"Iyo jeneng ku Habib opo o?
.....

*jeneng=nama

Challenge AgamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang