Why I Love You?

9.8K 406 27
                                    

NaruHina Oneshot
Teen Shot
.
.
.
•••

Tangan kekar pria tan itu perlahan menggenggam erat bahu mungil dihadapannya. Menatap manik ametyst yang menatapnya dengan dalam dan rasa kecewa.

Ninja Konoha, Uzumaki Naruto dan kunoichi kawaii yang sudah menjalin hubungan dengannya sekitar 2 bulan lamanya -Hyuuga Hinata. Mereka kini berada pucuk kepala patung Hokage ke-4.

"Apa yang kau katakan Hinata?" tanyanya tajam dan tak lama gadis bersurai gelap itu menggelengkan kepalanya, ia menunduk tak dapat menatap saphire dihadapannya lagi.

"Naruto-kun, gomenne. Ta-tapi-" ucapan Hinata menggantung di udara. Membuat Naruto terpaksa lebih tertunduk untuk melihat wajah pasangannya itu.

"-Aku tak sengaja melihat Naruto-kun... Me-melihat Naruto-kun dengan perempuan lain yang lebih cantik dariku. A-aku tahu jika aku se-sebenarnya tak secantik perempuan itu. Ka-kau memeluknya dan i-itu... " Hinata mendongakan wajahnya dan tanpa sengaja hidung mereka bersentuhan.

"Aku... Ingin mengatakan ji-jika, a-aku tak dapat berhubungan denganmu lagi Naruto-kun" ucapnya lagi dan wajah pria dihadapannya terkaget. Matanya membulat dan genggaman pada bahu mungil itu juga kian kendur.

"Hiks, gomenne Naruto-kun..." ucapnya dan ia terisak. Naruto menyiritkan dahinya dan tangannya membawa dagu si gadis untuk menatap maniknya. Hinata terdiam dengan mata yang berkaca-kaca. Mendiamkan Naruto yang kini mulai tenang.

"Aku tak pernah tahu bagaimana rasanya jatuh cinta. Yang kutahu hanya dirimulah yang dapat melengkapiku. Melengkapi segala kekuranganku. Saat seluruh warga desa menjauhiku, kau mendekat, membuatku merasa tak sendiri. Rasanya sungguh hangat ketika aku melihat wajah meronamu. Wajah memerah yang selalu terlihat ketika kau mendengar kata 'Naruto'. Apa mungkin aku meninggalkanmu? Hah! Jawablah Hinata!" jelas si pirang.

"Aku tak pernah tahu jika rasanya mencintai mu seperti ini. Menghabiskan waktu bersama, hanya denganmu. Hinata, percayalah hanya dirimu yang selalu kuimpikan tiap malam. Hanya dirimu dan kursi Hokage yang menjadi cita-citaku. Hinata, terserah kau mau melakukan apapun padaku. Memukul, menampar, menendang, terserah asalkan kau tak pernah meninggalkanku sendiri dalam keterpurukan. Memang saat ini aku memiliki banyak teman, tapi hanya dirimulah yang aku inginkan menyambutku kala selesai misi, menyiapkan makan, dan membantuku membangun keluarga. Hinata, aku memang tak pandai berkata apapun padamu, apalagi jika itu menyangkut hal-hal romantis yang biasanya dibaca Sai dari bukunya" Naruto menarik nafasnya dalam-dalam dan ia kembali bicara dengan memegang kedua tangan Hinata dengan erat. Memejamkan matanya, menutup saphire berkilaunya.

"Tapi aku berjanji tak akan membuatmu menangis, meninggalkanmu, dan membuatmu terluka. Aku ingin selalu bersama denganmu, kau tentu mengingat bagaimana keadaanku saat kau pergi dengan Toneri. Mana mungkin kau membiarkanku kembali dalam hal itu Hinata? Aku sudah mengatakan jika aku akan selalu bersamamu, sampai tua dan meninggal. Hanya denganmu" ucapnya dan saphire itu kembali terlihat. Pipi seputih porselen yang samar-samar merona itu penuh dengan air mata.

Tak henti-hentinya air mata itu mengucur dari matanya. Membuat Naruto menatapnya bingung. Dan tak lama Hinata melepas tangannya dari genggaman tangan Naruto. Menghapus air matanya dengan kasar.

"Hiks Naruto-kun, hiks" dengan cepat Hinata memeluk tubuh pria dihadapannya dengan erat. Menenggelamkan wajahnya pada dada bidang sang pahlawan desa. Membuat jaket yang dikenakan pria itu basah dengan tetesan cairan asin.

Naruto membalas pelukan Hinata dengan lembut ia memeluk pinggang si gadis dan kepalanya ia daratkan pada pucuk indigo Hinata.

"Hiks Naruto-kun, gomenasai. Hiks hiks gomenne!"
"Kau tahu Hinata? Perempuan itu adalah bunshin dari Konohamaru. Ia hendak jatuh tapi aku memeluknya agar ia tak menghilang karna kami sedang mengerjai Kiba." ucap Naruto dengan kekehan dan tak lama Hinata mengeratkan pelukannya.

"Huaaa gomenne Naruto-kun, aku sudah salah sangka padamu!"
"Hehehe daijobu" jawab si pirang. Pelukan hangat itu tak terhenti walau sudah berlalu hampir 8 menit. Dengan Hinata yang sudah tak menangis. Naruto melepas pelukannya dan menghapus air mata dari pipi gadis indigo itu.

"Sudah menangisnya hm? Aishiteru Hinata!" Hinata memeluk leher Naruto dengan erat dan ia menjatuhkan kepalanya pada bahu tegap pria itu.

"Aishiteru yo!" ucapnya dengan wajah memerah padam. Naruto mengambil sesuatu dari dalam saku celananya. Dan ia berlutut dihadapan sang Byakugan no Hime.

"Hinata. Dengan seluruh hatiku padamu, aku menginginkan kau hadir dalam kehidupanku dan anakku kelak. Menjadi Ibu dari mereka, membekali mereka dengan kasih sayang seorang 'Kaa-san' menerima panggilan Kaa-san dari anak-anakku denganmu kelak. Anakku denganmu hanya denganmu. Hyuuga Hinata, maukah kau menikah denganku? Menghabiskan sisa hidupmu denganku?" membuka barang yang ternyata adalah pembungkus cincin pertunangan yang mungkin sengaja si pirang beli saat dalam misinya mengelilingi desa-desa.

Hinata membungkam mulutnya sendiri dan ia kembali meneteskan air mata. "Ya, tentu, tentu Naruto-kun. Aku mau menjadi sosok Ibu bagi anak kita kelak!" teriaknya dan membuat telinga Kiba yang jauh dari sana mendengarnya.

"Naruto melamar Hinata?" gumam Kiba dan dengan cepat ia menginformasikannya pada seluruh rocky yang ada disekitarnya.

Hiashi dapat melihat itu dengan jelas menggunakan byakugan miliknya, kepalanya menggeleng pelan dan ia tersenyum tipis "Ia sudah besar ternyata" lirihnya saat menangkap Naruto yang berlutut dengan Hinata yang terlonjak kaget.

Kembali pada NaruHina.

Memasangkan cincin itu dijari manis sang Putri Byakugan. Hinata hanya tersenyum haru dan tak lama kembali memeluk Naruto. Naruto memutar tubuh Hinata. Dan mereka tertawa bahagia.

Wajah mereka merona, mendekat dan kian mendekat membuat udara serasa habis. Saling memejamkan mata hingga akhirnya bibir keduanya benar-benar menempel manis.

Melepas ciuman itu dan menatap Hinata. "Itulah mengapa aku mencintaimu. Apapun yang ada padamu benar-benar manis. Membuatku candu untuk selalu bersamamu" ucapnya dan mengambil satu kecupan dari bibir mungil itu.

"Naruto-kun no Ecchi!" gumamnya dan Naruto tertawa lepas kembali mengangkat Hinata ala Bridal Style. Menuruni patung wajah Hokage kuning itu.

Tapi bukan Mansion Hyuuga yang menjadi tujuan mereka. Tapi kediaman Naruto. "Na-Naruto-kun!" ucapnya bingung.

Naruto menurunkan Hinata dan mengatakan- "Buatlah masakan ttebayo, aku lapar Hinata!" -kebohongan agar Hinata memasuki kediamannya.

"Baiklah" jawab Hinata pasrah dan memasuki kediaman kecil itu. Sedangkan Naruto menyeringai pelan. "Ya, aku akan menyantap masakannya. Tapi setelah itu aku akan menyantap pembuatnya. Khehehe!" gumamnya.

"Hinata, aku kunci pintunya ya? Takut angin masuk!" ucapnya dan menutup pintu itu. "Kyaaaa!!!!" teriakan menggelegar, sepertinya Naruto benar-benar akan menyantap pembuatnya, tapi lebih dulu.

Sudahlah biarkan mereka melakukannya dengan tenang.

"Hinata~"
*sexy voice*

•END•

Wkwkwk apa ini? Hahaha ketawa Nari bacanya. Tapi lumayanlah ya, Narunya ngomong manis bikin klepek-klepek *lol

Salam Nari desu. ✌✌

22 Februari 2017

'NaruHina Oneshot'Where stories live. Discover now