How do you feel?

657 55 30
                                    

Bulan Februari identik dengan bulan cinta. Berbagai ornamen dan pernak-pernik yang dianggap sebagai lambang cinta dijadikan dekorasi di pusat-pusat perbelanjaan. Para muda-mudi banyak yang menghabiskan uang mereka untuk ikut terlibat memeriahkan hari yang dianggap sebagai hari kasih sayang ini.

Dari awal bulan, Abah sudah meminta semua karyawannya mempersiapkan tenaga dan bahan-bahan yang lebih untuk hari tersebut. Walaupun banyak yang kontra akan hari tersebut, namun pada kenyataannya, event tersebut memang membawa keuntungan bagi beberapa pihak.

"Tiap tahun kita nggak bisa valentine bareng pacar." Bayu membuka percakapan ketika kedai belum buka.

"Kayak punya duit aja buat ngerayain." Canda Dimas pada Bayu.

"Enak aja! Menghina banget sih lu! Udah nabung nih gue."

Kalimat tersebut membuat teman-temannya semakin menggoda Bayu.

"Anggep aja kita berbuat baik, Bay. Kita memberikan kebahagiaan buat orang lain." Timpal Rara sembari menyiapkan air hangat untuk memasak ramen.

"Justru beruntung kita, Bay. Kalo pas hari ini banyak tempat yang rame banget. Lagian anti mainstream dong! Bikin valentine di tanggal sendiri!" Ujar Mita sembari membereskan mangkok-mangkok.

"Tuh, Bay. Si Rara sama Mita aja yang cewek pada mikirnya bener. Nah, lu cowok malah baper." timpal Indra.

Bayu menghela napas. Ia tahu semua perkataan teman-temannya itu benar.

Mereka pun terus membahas sembari bercanda tentang Valentine tersebut sampai kedai buka.

Angga sedari tadi hanya mendengarkan saja. Sesekali ia tersenyum mendengar komentar teman-temannya. Ia tidak pernah merayakan Valentine. Bukan karena ia anti terhadap perayaan itu, tapi karena ia tidak pernah punya kekasih. Tidak pernah ada orang yang memberikannya sesuatu di hari tersebut. Ia juga tidak tahu harus memberikan apa dan pada siapa.

Angga dulu sering bertanya pada dirinya sendiri, seperti apa rasanya merayakan valentine? Apa rasanya sangat bahagia sampai banyak pasangan rela mengeluarkan uang dan mengorbankan waktu untuk ikut merayakannya?

Ada orang yang bilang bahwa valentine tidak hanya kekasih, bisa ke sahabat atau keluarga. Angga tidak punya sahabat, teman pun tidak ada yang terlalu dekat. Ia sendiri tidak mengerti kenapa tidak ada yang mau menjadi sahabat atau teman dekatnya.

Angga pernah sekali bermaksud memberikan coklat pada ibu dan adiknya. Tetapi, hari itu justru berakhir dengan sangat buruk. Ia dimaki ayah tirinya karena membuang uang untuk membeli coklat. Ayahnya menyeretnya ke gudang kosong itu lagi. Coklat yang ingin diberikan pada ibu dan adiknya dirampas oleh teman-teman ayahnya.

Dan malam itu, seperti malam lainnya, ia dijadikan pelampiasan napsu teman-teman ayahnya. Bahkan, karena dianggap ia ingin merayakan valentine, mereka menggambari pipinya bulatan-bulatan merah dengan spidol dan menyembunyikan pakaiannya hingga ia harus pulang ke rumah hanya menggunakan karung bekas untuk menutupi sebagian tubuhnya.

Sejak hari itu, Angga melupakan keinginannya untuk bisa merayakan valentine. Ia mengubur dalam-dalam mimpinya untuk bisa merasakan istimewanya hari Valentine.

Ketika kedai ramen dibuka, pengunjung mulai datang terus menerus. Kedai menjadi sangat ramai. Bahkan ada beberapa pasangan yang masih harus mengantri di depan kedai.

"Ga, tolong gantiin sebentar. Gue kebelet. Itu tuh meja 12." Mita menarik tangan Angga dan menyerahkan buku kecil beserta pulpen.

Angga berjalan menuju meja 12. Betapa terkejutnya Angga ketika melihat Rei dan kekasihnya duduk disana. Hatinya tiba-tiba terasa nyeri.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang