Sepercik rasa

439 60 8
                                    

Bella menggeliatkan tubuh lalu perlahan-lahan membuka matanya. Ia menutup mulutnya yang tengah menguap dengan tangan sambil bangkit dari duduknya. kesadaran belum sepenuhnya singgah ke dirinya. Raganya masih menyangkut dalam jaring-jaring mimpi terlihat dari kepalanya yang tertunduk dengan mata terpejam.

"Mandi dan cepat makan."

Suara berat dan penuh nada memerintah itu berhasil membuat Bella tersentak dan bangun dari tidur ayam-ayamnya. Semula ia pikir, ia berada di kamarnya. Namun setelah melihat penampakan indah di depannya, kepalanya langsung memutar kejadian kenapa dirinya disini.

"Kau?" Bella menunjuk Zarc yang tengah berdiri membelakanginya. Sambil menatap keluar jendela sana dengan kedua tangan bertautan dibalik punggungnya. Bella dapat melihat keempat sayap yang terlipat dari punggung laki-laki itu. Begitu indah dan ingin dia sentuh, seandainya bisa.

Pria itu mengulangi ucapannya tanpa ada niat untuk sekedar menoleh ke arahnya,"Mandi dan makan sarapanmu."

Bella mengerutkan kening, "Kau menyuruhku?"

Zarc menoleh singkat menatap Bella yang memasang wajah protes. Kemudian memalingkan wajah acuh.

Bibir Bella menekuk ke bawah manakalah dirinya diabaikan. Ia menoleh ke atas nakas yang tersaji makanan untuk dirinya. Bella menghirup aroma harum dari sup jagung yang masih mengepulkan uap, disana ada roti tawar dengan selai coklat dan segelas coklat panas. Makanan itu terlihat menggiurkan, tapi Bella mengurungkan niat untuk menyantap makanan itu sebelum pertanyaan yang selalu memenuhi kepalanya terjawab. Lalu matanya beralih memandang Zarc yang masih setia berdiri membelakanginya.

"Apakah kau malaikat?" tanya Bella kepada Zarc.

Zarc berbalik dan menatap Bella dalam,"Kenapa, kau takut?" Zarc balik bertanya.

Bella memasang wajah angkuh,"Tidak." ucap Bella lantang, walau ada sekelumit ketakutan dihatinya.

Bella teringat kejadian kemarin, ia meneliti tubuhnya dari ujung kaki sampai ujung kepala. Tidak ada luka. Hanya ada bekas samar. Ia menoleh ke arah Zarc,"Apakah kau dikirim untuk menolongku?" manik mata Bella penuh binar. Saat mengingat orang didepan inilah yang terakhir kali ia ingat datang disaat rasa sakit mengambil kesadarannya.

"Tidak." Zarc melihat dahi Bella yang mengerut samar dari ekor matanya.

"Tapi...tapi aku melihatmu disana." sanggah Bella.

"Tidak ada gunanya, aku membantu manusia lemah dan tidak berguna sepertimu." ucap Zarc dalam dan pedas.

Bella mengerjabkan matanya mendengar perkataan orang didepannya. Ia tidak salah dengarkan, barusan malaikat itu mengejeknya lemah dan tak berguna?!!

Bella bangkit dan berdiri berhadapan dengan Zarc. Tingginya yang hanya sedada Zarc sempat mengurangi percaya dirinya. Tapi ia mengabaikannya dan menatap mata Zarc yang tajam lurus-lurus. Ia meletakan kedua tangannya dipinggang dan mendongakan kepala angkuh.

"Kau bilang aku lemah?!! Asal kau tahu, aku sudah mengalami puluhan kesulitan dalam usiaku yang ke 18 ini. Dan sekarang aku masih bernafas, itu artinya aku kuat!"

Zarc menaikan alisnya,"Kau pikir, dalam kesulitanmu itu kau tak pernah mengeluh? Manusia hanya makhluk lemah, ketika dia ditolong maka akan ada minta tolong selanjutnya. Tidak bisa melindungi diri sendiri. Dan hanya diperbudak hawa nafsu. Menjijikkan dan sombong. Berjalan angkuh di atas muka bumi ini seolah-olah dia akan hidup selamanya. Mereka tidak sadar tempat asal mereka diciptakan. Manusia hanyalah makhluk rendah dan menjijikkan,"

Bella mematung mendengarnya. Tidak ada kata penyangkalan yang keluar dari bibirnya. Perkataan Zarc memang ada benarnya. Walau ada beberapa kalimat yang ingin dia sangkal. Namun kata itu tertahan ditenggorokan.

The Dark Lord ZarcWhere stories live. Discover now