Cafe

44 3 3
                                    


Setiap hujan turun, aku tersenyum kecil menatap bunga-bunga di depan cafeku berayun. Bersua dengan rintik hujan. Meski terkadang hujan terlalu keras menghantam mereka. Tetapi mereka tampak seperti bermain bersama.

"Apakah cafemu ini tidak pernah tutup?" sebuah suara menyita perhatianku.

"Jika tutup, aku harus makan dengan apa?" candaku.

"Berliburlah sesekali, setiap orang butuh berlibur,"kalimat itulah yang selalu digaungkan ditelingaku. Aku hanya membalas dengan sebuah senyuman dan membuang kembali wajahku ke arah luar. Ia pun kembali menikmati secangkir kopi pesanannya. Seperti biasa ia menghabiskan tiga tegak kopinya dan pergi.

"Aku harus pergi."

"Hmmm..."aku mengangguk. Kupandang jam tangan yang melingkar ditanganku. Tepat 07.50. sepuluh menit sebelum cafe tutup.

Selalu begitu, aku hanya tersenyum kecil melihat pria itu. Seorang pria yang belum ku ketahui namanya. selalu menghilang dalam kegelapan tepat pukul 07.50 malam.

Pria MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang