Dua

19 0 0
                                    

Hari-hari berikutnya, aku dilanda rindu. Aku sama sekali tak pernah melihat wajahnya. Hanya bisa memandangi foto-foto yang terpampang di media sosialnya, itu sudah membuatku cukup senang.

Saat itu, hampir memasuki tahun ajaran baru di sekolahku. Ini berarti aku akan menjadi kaka kelas. Di tengah liburan semester ini, diadakan pendaftaran kepanitiaan untuk menjalankan massa orientasi murid baru. Itu menandakan sudah satu tahun aku mengagumi sosoknya.

Akhirnya aku mendaftar dan aku diterima mengikuti kepanitiaan. Ada 2 alasan aku ingin menjadi bagian kepanitiaan. Alasan pertama agar liburanku produktif. Klasik memang alasannya. Alasan selanjutnya adalah alasan terbesarku yaitu ingin melihat sosok yang aku kagumi secara dekat. Aku hanya berfeeling dia mengikuti kepanitiaan ini karna aku tau dia orang yang sangat aktif berorganisasi. Dan...feeling ku memang benar dia menjadi seseorang yang memiliki peran penting di kepanitiaan ini.

Dia menjadi sesosok penting pengarah seluruh panitia. Keberuntungan sedang menghampiriku karna aku menjadi sering melihatnya berbicara di depan mengarahkan seluruh panitia. Oh yaampun, aku menjadi semakin mengaguminya. Walaupun dari mataku dapat terlihat, dia lelah selama hampir sebulan ini mengurusi kami. Hei ingin rasanya sekali saja menghampirinya, mendengarkan keluh kesahnya atau sekedar menghiburnya agar dia kembali ceria tidak memikirkan beban tanggungjawabnya.

Tiba dimana saat itu hari ulang tahunku. Boleh kan aku berharap tiba tiba dia memberiku surprise? Tidak ada yg salah dengan keinginan aku itu kan? Tapi sepertinya ini akan sulit.  HAHAHA.
Tak ada yg spesial dihari itu hingga saat siang hari setelah jam istirahat makan siang. Kami dikumpulkan pada suatu tempat. Bermain bersama.  Dan kekeluargaan pada kepanitiaan ini semakin terjalin. Aku masih asyik memandangi wajahnya yang sedang berbicara di depan. Hingga tidak sadar tiba tiba dia memanggil namaku. "Adakah yang namanya Delfy disini? Kalo ada sini maju"
"Hah?" Aku hanya melongo melihatnya.
Teman-temanku sibuk menarikku untuk maju kedepan dan aku hanya geleng-geleng kepala. Asal kalian tahu, aku tipe orang pemalu apalagi didepan orang orang banyak yang tidak begitu aku kenal.
Sampai akhirnya salah satu temanku menarikku keras sekali hingga aku berdiri di depan disampingnya. Ya Tuhan aku didekatnya hanya berjarak beberapa centi. Tolong aku, sepertinya oksigen disekitarku menipis, aku tidak bisa bernafas dengan benar.
"Hari ini benar ulangtahun mu?"
Oh tidak, dia bertanya kepadaku.
"Hehehe" aku hanya bisa tersenyum padanya menganggukkan kepala.
"Oke. Ada yg mau disampaikan mungkin ke teman temannya?"
"Apa? Aku harus bicara apa?" Dalam hati aku bertanya tanya.
"Apapun yg mau kamu katakan" Dia kembali berbicara dengan senyumnya yang membuatku sport jantung. Ya ampun. Dia tersenyum padaku, sedekat ini. Tolong jangan bangunkan aku apabila ini hanya mimpi.

Dan dengan kikuk, aku hanya berterimakasih kepada semua panitia dan memberi mereka semangat. Dia hanya tertawa mendengarku bicara seperti itu. Oh tidak aku malu sekali ingin menutupi wajahku dan menenggelamkan diri. Dari situ baru ku sadari, aku memang tidak pantas untuknya. Sifatnya memang dewasa sekali dibandingkan diriku yang masih kekanak kanakan.

SecretDove le storie prendono vita. Scoprilo ora