Beautiful Destiny - chapter 5

7.5K 427 8
                                    

Sudah dua hari Jenna dan Andrew berkeliling di kota Jogja. Mereka begitu akrab bersenda gurau dan mengobrol layaknya teman lama. Jenna tidak memiliki banyak teman. Sementara Andrew adalah orang yang mudah bergaul. Meskipun sikap mereka bertolak belakang namun Andrew sudah mengeluarkan sisi tertutup Jenna. Dia merasa terbuka dan bebas membicarakan apapun dengan calon kakaknya itu.

"kau bisa mengganti musiknya jika tidak suka?" Andrew melirik Jenna sambil menyetir mobilnya.

"Coldplay? Yang benar saja. siapa yang tidak menyukai coldplay.." ujar Jenna sambil tertawa. Band tersebut memang merupakan salah satu band kesukaan Jenna. Dan iPod Andrew yang saat ini tersambung dengan audio mobil mengumandangkan lagu-lagu coldplay.

"kau tahu.." Andrew bicara sambil menatap jalanan yang ramai di depannya. "coldplay memainkan lagu seperti berkata-kata. Begitu dalam maknanya."

"Aku setuju..karena itulah aku menyukainya.."

Malioboro sore itu terlihat cukup ramai. Para pedagang mulai menjajakan barang dagangan mereka. Beberapa turis terlihat sangat menikmati suasana itu. Jenna memang besar di kota Jogja, namun rasanya dia sudah begitu lama bersembunyi dari hiruk pikuk kota ini. Dia bahkan memutuskan pergi karena merasa tidak tahan hidup dengan kenangan buruk disini.

"kau terlalu banyak melamun.."

Andrew berkata sambil mengangkat kameranya, sejak tadi dia sibuk dengan kameranya. Mereka sedang duduk di tepi jalan malioboro.

"Aku baru sadar, suasana ini begitu hangat dan menyenangkan..mama sering mengajakku kesini. Tapi aku tak pernah mau.."

Andrew menurunkan kameranya dan menatap dalam ke mata jenna.

"Kapan kau akan menyembuhkan dirimu sendiri? Setiap orang punya trauma, punya ketakutan. Yang harus kau lakukan adalah bangkit dan berusaha melepas itu semua dari hidupmu.."

Andrew kembali memotret sepasang kakek nenek yang sedang berjalan sambil bergandengan tangan.

"Kau tahu, tidak semua pria di dunia ini bajingan seperti ayahmu."

dia melanjutkan kata-katanya.

Jenna mengerutkan keningnya, "Tahu apa kau soal trauma dan ketakutan? Kau tidak pernah hidup dengan melihat ayahmu menyiksa mamamu..jadi kau tidak tahu apa-apa tentang ini."

Jenna berdiri sambil menghentakkan kakinya. Dadanya naik turun karena kemarahan telah membuat nafasnya lebih cepat. Dia berjalan menjauh dari Andrew. Pria itu mengikuti di belakangnya.

Jenna berbalik tiba-tiba hingga tubuhnya hampir bertabrakan dengan tubuh tinggi Andrew.

"Jangan ikuti aku.."

Jenna menatapnya dengan marah.

Andrew hanya tersenyum geli menatapnya.

"Apakah kau selalu begini? Suasana hatimu gampang sekali berubah. Tadi kita masih duduk sambil ngobrol baik-baik disana. Kemudian ketika aku menyebut sesuatu tentang ayahmu, kau seperti di sulut api, marah dan whuzzz meledak.."

Jenna menyipitkan matanya. Tidak seorangpun bisa mengoloknya tentang masa lalu yang kelam itu. Kenangan itu bukanlah hal lucu. Dia trauma dan ketakutan itupun bukan main-main. Jadi ketika Andrew menganggap ini sebagai lelucon, tidak ada ampun baginya.

Beautiful DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang