Chapter 6

5.8K 725 16
                                    

[EDITED Apr 03, 2020]


Seakan tahu apa yang akan terjadi, Louise meninggalkan kedua orang itu di lantai bawah dan memutuskan untuk menemani Lux di kamarnya. "Okay. I'll stay."


Oh, betapa leganya reaksi Harry saat Kal memilih untuk tinggal dan menemani Harry disana!


"Have a seat." Kal mengangguk kemudian beranjak duduk di sofa hitam yang disusul oleh Harry.


"Jadi, sekarang kamu sudah mau bercerita denganku?" Tanya Kal, Harry mengangguk sembari tersenyum. Manis sekali. "I told you I'd see your 100 percent smile." Harry tertawa setelahnya.


"Terakhir kali aku tertawa seperti ini saat aku melihat kedua orang tuaku bangga akan prestasiku. Waktu itu aku memenangkan sebuah kontes menulis dan tulisanku dimuat di salah satu majalah terbesar." Tawanya lenyap, digantikan dengan wajah yang sulit digambarkan. "My parents got divorce. Everything changed. Bisa dibilang sejak itu kami berubah," lanjutnya.


"Kami?" Kal mengerutkan dahinya.


"Aku dan Gemma, kakakku," jawab Harry. "Gemma jarang pulang ke rumah sejak itu. Ia lebih memilih untuk hangout bersama teman-teman elite-nya, menginap di apartemen milik salah satu dari mereka. Kalaupun ia pulang, pasti hanya untuk mengambil baju dan menjenguk Lux." Ia tersenyum masam. "Our mum rarely come home because how busy she is. Setelah mereka berpisah, Ibuku bahkan sama sekali tidak pernah menjejakkan kakinya lagi di rumah ini." Kali ini ia tersenyum pahit.


"And then I found out the truth about my girlfriend—well, ex-girlfriend. She's cheating on me. Ia menggunakanku untuk terkenal, dan juga uangku. Ia tertangkap basah oleh Louis kalau ia berpacaran dengan Brian, teman Eleanor." Kal masih dengan sabar mendengarkan cerita Harry.


Sekarang ia tahu, Harry seperti ini karena ia menerima efek dari perceraian orang tuanya. Sekarang Kal tahu, Harry hanya butuh seseorang yang mengerti dirinya dan juga keadaannya.


"I've lost so many women that I loved. Seperti.. Tuhan sedang menghukumku. Tapi aku salah apa? Apa yang kulakukan sampai Tuhan menghukumku seberat ini? Pertama Gemma, kedua mum, ketiga Gwenn. Lalu setelah ini siapa lagi?" Harry menunduk dan menutupi mukanya dengan kedua telapak tangannya.


Kal mengusap-usap punggung pria berambut ikal yang ada di sampingnya saat ia mendengar suara sesenggukan. Harry menangis. For some people, he may look so vulnerable and weak—which, he is. Tetapi siapa saja bisa merasakan kesedihan dan menangis, termasuk Harry.


"Aku tahu. Aku terlihat cengeng sekarang—menangis di depan seorang gadis. Kamu pasti menertawakanku karena aku menangis seperti ini." Ia tertawa masam sembari menghapus air matanya, tetapi Kal malah menahan tangannya.


"It's okay. Menangislah. Aku nggak akan menertawakanmu. Menangislah kalau itu membuatmu tenang."


Harry tersenyum kemudian. Air matanya perlahan turun membasahi pipinya. "Harry—" Louise tidak jadi melanjutkan kalimatnya. Kal tersentak, Harry pun juga begitu. Gadis itu buru-buru melepaskan tangannya yang sedang menggenggam tangan Harry.

Ghost GirlWhere stories live. Discover now