S.K 1

1.4K 61 7
                                    

Seorang wanita terlihat berdiri diambang pintu melihat lelaki kecil sedang tertidur lelap dikamar. Wanita itu menghampiri dan mekakaikan selimut untuk menutup sebagian tubuh lelaki kecil itu. Dicium keningnya tanpa terasa setetes air bening keluar dari sudut matanya...
Sekelebatan cerita masa lalu mengusik fikirannya. Di usapnya air mata itu perlahan dgn senyum tipis dibibirnya. Senyum yg selalu dia tunjukkan pada anak semata wayangnya.

"makasih telah hadir dihidup bunda"ucapnya kemudian kembali mencium kening anak lelakinya.

Melangkah keluar meninggalkan anaknya sendiri,berjalan kesebuah ruang kecil yg selalu dia tempati tidur.
Melepas kerudung yg menutupi rambut indahnya, kerudung yg selalu dia kenakan semenjak mengandung anaknya, kerudung yg selama ini menemani hari2nya menghadapi sulitnya hidup. Wanita itu merebahkan tubuhnya diatas sebuah ranjang mini,mencoba untuk memejamkan mata tp selalu gagal..
Masa lalu yg selalu menghantuinya,mengusik ketenangan jiwanya,berusaha untuk mengubur masa lalu itu tp hasilnya nihil.
Semakin mencoba untuk melupakan, semakin pula dia teringat lelaki yg telah menghancurkan hidupnya tanpa bekas. Perlahan dia menutup mata setelah membaca do'a..

****
Pagi menyapa suara gemericik minyak yg dihasilkan dari penggorengan menjadi rutinitasnya setiap pagi, menyiapkan bekal untuk anaknya selalu disiapkan sendiri karna memang dirumah kecil itu hanya tinggal dia dan anaknya tanpa adanya seorang pembantu. Rumah yg dibeli dari hasil mencicil tiap bulan sedikit bisa membantu untuk menghindari dari terik matahari dan derasnya hujan.
Syukur Alhamdulillah selalu dia ucapkan setiap saat berdo'a. Rumah berukuran 4x15 terletak disebuah perkampungan yg padat penduduk, dia jalani hidupnya dgn penuh keikhlasan meskipun banyak orang yg menghujatnya tak sekalipun dia membalasnya. Kehidupan ini membuatnya banyak belajar untuk bersabar.

"bunda...nasi gorengnya sudah siap?"tanya anak kecil yg menghampirinya didapur

"sudah sayang, sekarang kamu sarapan ya"ucapnya

"bunda ochi yg cantik...zio minta disuapin"rengeknya pada bunda yg dipanggil ochi

"zio kan uda besar jd makan sendiri ya"ujar ochi membelai rambut zio lembut

"zio maunya disuapin bunda"rengek zio lagi dgn menarik2 tangan bundanya. Karna tak tega akhirnya ochi mau menuruti kemauan anaknya itu

"sini bunda suapin.. A'A'.. "ujar ochi menyodorkan sendok berisi nasi goreng kemulut zio dgn segera zio membuka mulutnya dan melahap nasi buatan bundanya

"masakan bunda memang selalu enak"puji zio. Ochi hanya tersenyum mendengar pujian anaknya

"bunda... Zio pengen seperti teman2 zio kalau berangkat sekolah diantar ayah dan bundanya"ucap zio di sela2 makannya, ucapan zio membuat hati ochi sakit bagaimana tidak, selama ini apapun keinginan zio sebisa mungkin dia turuti tp untuk hal itu rasanya tidak mungkin untuk ochi bisa menuruti

"emm zio kan selalu dianterin bunda..tanpa ayah juga bunda selalu ada buat zio"ujar ochi membelai rambut anaknya

"kenapa zio tidak punya ayah bunda? "tanya zio, lagi2 pertanyaan itu yg zio lontarkan, sakit itulah yg dirasakan ochi saat anaknya selalu bertanya perihal ayah...

"zio, bunda pernah bilang sama kamu kalau ayah sudah meninggal"kata Ochi dgn air mata yg sukses keluar dari sudut matanya

Meninggal hanya itu alasan terbaik untuk menjawab pertanyaan anaknya. Sebenarnya ochi tak tega harus berbohong terus pada anaknya tp itulah yg harus dilakukan agar anaknya tidak berharap lebih dgn kehadiran seorang ayah.

"maafin zio ya bunda, sudah buat bunda menangis"kata zio mengusap airmata bundanya, Ochi hanya mengangguk kemudian memeluk anak lelakinya

"maafin bunda nak, bunda terpaksa berbohong sama kamu, bunda sendiri tidak tau dimana lelaki yg kamu panggil ayah itu berada"batin ochi dalam tangisnya.

****
Ochi mengantar zio kesekolah TK karna umur zio yg masih  5thn. Ochi bersama zio saat ini tengah menunggu angkutan umum dipinggir jln, memang kehidupan ochi berubah semenjak dia meninggalkan rumah tanpa pamit.
Tak lama angkutan umum datang segera ochi dan zio masuk, tak kurang 20menit mereka sudah berada disebuah TK yg terbilang sederhana, dalam hati ochi sebenarnya ingin menyekolahkan anaknya disekolah TK yg lebih baik tp apa mau dikata jika terbentur biaya.

"bunda, zio masuk dulu ya"pamit zio pada ochi kemudian mencium tangan bundanya

"kamu jgn nakal ya sayank, belajar yg rajin"kata ochi terlutut dan mencium pipi putranya

"zio gk nakal kok bunda"

"sekarang kamu masuk ya.. Bunda tunggu kamu disana"ujar ochi menunjuk sebuah bangku yg terletak didekat TK. Zio mengangguk dan segera masuk kekelasnya.

Ochi berjalan kesebuah bangku tak jauh dari sekolahan zio, duduk disana sendiri lagi lagi sekelebatan cerita masa lalu mengusik hatinya.
Berjam jam ochi menunggu zio dgn sabar karna hanya zio lah penguat hidupnya saat ini jd apapun yg berhubungan dgn zio sebisa mungkin ochi lakukan.

Zio menghampiri bundanya karna sudah selesai belajar dan waktunya pulang.
Ochi bersama zio menunggu angkutan dan menuju sebuah toko kecil, toko yg dia sewa untuk menghidupi kehidupan sehari harinya, sebuah toko roti kecil yg berada dipinggir jln raya.
Memang dari kecil ochi sangat gemar memasak sehingga tidak sulit baginya membuat roti untuk dijual, rasanya pun tak kalah dgn roti yg dijual di toko2 ternama, masa kuliah ochi juga mengambil jurusan tata boga.

Hingga malam hari ochi masih berkutat dgn segala bentuk bahan kue, zio yg menunggu bundanya sambil menguap berkali kali.
1jam berselang roti pun sudah selesai untuk dijual esok hari. Dilihatnya jam sudah menunjukkan pukul 21.15 zio juga sudah tidur dilantai beralaskan tikar, ochi menatap anaknya dgn airmata yg menetes dipipi mulusnya.

"maafin bunda sayank belum bisa membahagiakanmu"batin ochi berjalan ketempat zio tidur, segera dia menggendong tubuh mungil putranya,mengunci toko dan berjalan menuju rumah yg tak jauh dari toko rotinya berada
Sesampainya dirumah segera dia baringkan tubuh putranya ditempat tidur.
Ochi keluar menuju kemarnya, masuk kekamar mandi untuk sekadar membersihkan diri. Setelah selesai ochi duduk disisi ranjang mengingat kejadian 6thn silam saat dirinya masih kuliah.. 

Flashback ...

Sebuah Kesalahan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang