Twelfth : Cockroach Baby

Start from the beginning
                                    

Tubuh Arin mendadak menegang mendengarnya. Sementara Yoongi mulai tersenyum entah kepada siapa, kepada mangkuk nasi yang sedang ditatapnya, mungkin?

"Itu ide gila, 'kan? Aku tidak mungkin sembuh saat turnamen."

Itu kata-kata patah semangat. Arin mengerutkan kening ketika senyuman Yoongi terlihat hambar sekali, seolah dipaksakan. Hatinya kembali teriris melihat Yoongi yang seperti ini, Yoongi yang tidak memiliki semangat.

"Aku hanya bercanda, aku tidak memiliki niat apa pun untuk ikut," ujar Yoongi, menunduk memainkan nasi dengan sumpitnya.

Arin menghela napas panjang, kemudian menaruh sumpit di samping mangkuknya.

"Mari lakukan."

Yoongi terkejut mendengarnya. Dengan cepat, pria itu mengangkat kepala dan mendapati raut wajah ceria penuh semangat milik Baek Arin.

"Ayo kita buat kakimu sembuh lebih cepat."

"Tidak mungkin," ujar Yoongi, meremehkan sambil mendengus mengibaskan tangan di udara.

Arin mengerucutkan bibir dengan kening yang mengkerut sebal.

"Aku sungguh-sungguh!"

"Aku akan membantumu semampuku! Aku akan merawatmu lebih baik lagi! Dan kau akan bisa sembuh lebih cepat!"

*×*

Yoongi membuka pintu kamar Arin yang tidak dikunci dengan perlahan, takut membangunkan Arin. Dengan langkah pelan pula, Yoongi berjalan dengan kruknya dan berhenti tepat di samping ranjang Arin.

"Seharusnya aku yang minta maaf," gumam Yoongi, kemudian berjongkok.

Pria itu tersenyum menatap wajah tenang Arin yang sangat cantik. Pelan-pelan, tangan Yoongi terulur untuk mengusap pipi seputih kapas itu dengan lembut.

"Seharusnya aku tidak melibatkanmu dalam masalahku. Seharusnya aku tidak membuatmu berada di sisiku. Aku sangat menyesal," gumam Yoongi, seolah sedang berbicara kepada Arin.

Sekali lagi, Yoongi mengusap pipi putih itu. Wajahnya perlahan mendekat dan mendekat. Sampi akhirnya, bibir Yoongi mengecup lembut pipi merah muda tersebut.

"Tapi, aku senang kau bersamaku."

Kepala Yoongi terangkat perlahan. Setalahnya, bibir Yoongi beralih mengecup kening Arin yang tertutupi poni dengan lembut.

"Aku benar-benar bersyukur."

*×*

Arin bangun dengan wajah yang memerah, entah mengapa, tapi ia juga tidak tahu mengapa wajahnya jadi terasa panas seperti ini.

"Ah, kenapa ini?"

Arin mengibas-ibaskan tangannya di depan wajah, menggerutu seperti orang gila di hadapan cermin kamar mandi.

"Aish, lupakan," gumamnya.

Arin mulai melepaskan pakaian atasnya.

"Hei, apa kau punya-"

Arin memekik cukup kencang ketika pintu kamar mandi terbuka, menampilkan wajah polos Min Yoongi yang baru saja hendak melangkah masuk, namun terhenti ketika menyadari bahwa Arin sedang melepaskan pakaian.

"YAK! APA YANG KAULAKUKAN?! DASAR MESUM! KELUAR! YAK!"

Arin menutupi tubuh atasnya yang baru saja terlepas dari piyama itu dengan handuk putih. Setelahnya, Arin mengambil benda apa saja yang ada di sampingnya, kemudian melemparkannya secara asal guna mengusir Min Yoongi yang baru saja mengintip.

"Augh. Oh ... maaf."

Pintu kamar mandi tertutup dengan damai namun kedua mata Arin masih saja melotot marah. Gadis itu memgerang frustasi sambil berjongkok, menyembunyikan tubuh di balik lutut. Kedua irisnya bergerak gelisah.

LOTS OF LOVE | BTS SUGA ✔Where stories live. Discover now