Tidak sampai disitu saja, pria itu turun dari dalam mobil, membukakan pintu penumpang, dan menyeretku turun.

"lihat apa yang kau lakukan pada mobilku, dasar pencuri kecil!". Hardiknya padaku.

"ini semua salahmu, kau menyeretku masuk ke dalam mobil tanpa aku tahu kau mau membawaku kemana!!". Teriakku padanya.

"tentu saja aku akan membawamu ke kantor polisi, kau sudah mencuri dan kau layak mendapatkan hukuman!"

"Apa mencuri, bahkan aku belum sempat mengambil apapun dari mobilmu!!". Uang itu hanya seratus ribu rupiah, yang aku yakin itu tidak berarti apapun untuknya, dan ponsel itu, dengan kekayaan yang ia miliki aku yakin ia sanggup membeli pabriknya, hanya karena itu ia mau memasukkanku ke penjara? Aku terduduk di tanah dan menangis, aku tidak habis pikir, betapa mirisnya hidupku sekarang.

"Aku hanya perlu makan, adikku sedang menunggu, kalau aku tidak mendapatkan makanan, penyakit maagnya akan kambuh, bahkan itu cuma seratus ribu, aku tidak mengerti mengapa kau begitu kejam!".Lanjutku kemudian sambil menangis. Aku membenci pria ini, aku sangat membencinya, jika terjadi apa-apa dengan Verin, aku bersumpah aku akan membunuhnya.

"jangan bersandiwara nona, aku sudah terbiasa melihat airmata buaya dari seorang pencuri". Sahutnya dingin, kemudian ia menghubungi seseorang dari ponselnya. Kesempatan itu aku gunakan untuk melarikan diri. Aku berlari sekuat tenaga yang aku punya.

Tapi lagi-lagi takdir mempermainkanku, dengan cepat ia menggapaiku dan menarikku, keseimbanganku terganggu dan hampir saja aku terjatuh, jika pria itu tidak dengan sigap memegangku. Kemudian ia menggendongku membawaku ke pundaknya.

"Kau sepertinya harus diberi pelajaran nona". Ucapnya dengan nada yang sama, dingin dan membunuh. Aku hanya bisa menangis, aku sudah tidak mempunyai tenaga lagi untuk melawan.

Jayden Pov

Aku menggendong gadis ini, sepertinya ia cukup kelelahan melawanku, terbukti ia hanya diam walaupun aku masih mendengar tangisannya. Aku akan membawanya ke kantor polisi, sifat cerobohku yang sering membiarkan mobilku terbuka membuatku sering kehilangan, bahkan terakhir aku kehilangan ponselku yang menyebabkan foto-foto pribadiku tersebar luas di dunia maya, aku tidak mau hal itu terjadi lagi. Aku berjalan menuju tempat mobilku tertabrak pohon. Oh damn!! Mobil kesayanganku! sepertinya aku harus menunggu lama untuk mengendarainya lagi.

Aku melihat asistenku Omar, berdiri disebelah mobil sedan hitam metalik salah satu koleksiku, aku menghubunginya dan menyuruhnya untuk membawanya kemari.

"Apa yang terjadi bos, dan siapa yang kau gendong di pundakmu?". Tanyanya matanya menuju perempuan yang sedang aku gendong di pundakku.

"pencuri kecil, kau urus saja mobilku, aku akan membawanya ke kantor polisi". Sahutku datar, Omar tidak berani bertanya lagi, ia cukup tahu karakterku, itulah yang aku suka darinya. Aku berjalan menuju sedan hitamku, meletakkannya di kursi penumpang, kemudian bergegas menuju kantor polisi terdekat. Tenang, itulah yang kurasakan, gadis itu tidak bereaksi samasekali, aku lega tapi juga penasaran, aku menoleh ke samping dan mendapatinya tertidur. Sepertinya ia benar-benar lelah. Aku tidak sampai hati membangunkannya, saat ini aku sudah berada di depan kantor polisi, aku tidak tahu perasaanku menjadi tidak menentu ketika memandang wajahnya yang begitu damai dalam tidur, aku menghidupkan kembali mobilku, pikiranku mungkin sudah gila, karena aku akan membawanya ke rumahku.

Verin Pov

Sudah 2 jam lamanya aku menunggu Celin, tapi tidak ada tanda-tanda kedatangannya, aku mulai resah, perutku mulai bereakasi, asam lambungku tidak bisa diajak kompromi, perih dan mual menjadi satu. Aku mencoba berjalan meninggalkan bangku taman itu, dengan harapan aku bisa menyusul Celin. Aku berjalan tertatih tatih, kakiku benar-benar lemas. tidak lama aku melihat sebuah mini market, mungkin saja Celin disana, pikirku. Aku berjalan mendekat, tapi aku tidak menemukan Celin, aku takut, apa yang terjadi pada Celin? Apakah dia baik-baik saja? Aku tidak bisa membayangkan hidupku tanpa Celin disampingku. Akhirnya yang bisa kulakukan hanya menangis.

Twin SistersWhere stories live. Discover now