Day 30 (December, 30th 2016) : Kafah

8 1 0
                                    

Aku menatap refleksi diriku yang berada di cermin. Aku sadar bahwa aku cupu, culun, jelek. Aku sama sekali tak pantas untuk Dion, orang yang aku sukai. Dion itu kafah. Sempurna. Seperti tanpa cacat.

Aku keluar kamar mandi sekolah dengan wajah sendu. Sampai kapanpun cowok seperti Dion tak akan pernah bisa menjadi pacarku. Jangankan menjadi pacar, Dion melirikku saja sudah sangat tidak mungkin.

Namun, salahkah kalau aku berharap Dion bisa menjadi pacarku?

Aku melihat kearah lapangan. Di sana Dion dan teman-temannya sedang bermain sepak bola. Dion terlihat sangat tampan saat berkeringat. Apalagi saat ia membawa bola. Ia adalah salah satu pemain sepak bola terbaik di sekolah. Ia memang bukan kapten, tapi kemampuan bermainnya sudah tak bisa diragukan lagi.

Sadarlah, Erlin, kau tak akan bisa menjadi pacarnya. Aku berusaha untuk terus meyakinkan hatiku.

31 Days Writing ChallengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang