9. Maaf

37.6K 2.2K 21
                                    

Kejadian sore tadi membuat hatiku terasa teriris perlahan. Aku ingin menangis kencang, tapi tidak ada air mata yang keluar. Tian benar-benar keterlaluan. Aku merasa kotor di hadapan suamiku. Aku sudah melakukan dosa. Kenapa Tian berani-beraninya menciumku seperti itu?

Seperti menelan pil pahit, aku sudah menduga ini akan terjadi. Baru mendapat satu masalah, belum selesai, masalah lain malah datang. Aku menyesal dan merasa sangat bersalah. Aku sudah menyakiti Raffa. Ini semua salahku yang sudah terlena dengan perasaan semu.

Flashback

Tian duduk di depanku, mengaduk-aduk kopinya yang sudah mendingin. Aku menghela nafas. Sebenarnya apa tujuan dia menyuruhku datang ke cafe jika akhirnya kami hanya berdiam seperti ini.

"Tian, aku sibuk dan aku ingin pulang," ucapku.

Dia mengangkat wajah dan menatapku dalam. Aku pura-pura tak peduli dengan tatapannya.

"Tissa, sebaiknya kita bicara di tempat lain saja."

Aku mengikuti keinginannya dan masuk ke dalam mobil. Mungkin dengan ini hubungan yang tidak jelas ini akan berakhir dan Tian bisa berhenti mengganggu kehidupanku bersama Raffa. Karena aku mulai menaruh kepercayaan pada pernikahan kami.

Mobil berhenti di alun-alun yang lumayan ramai di sore hari ini. Banyak pengunjung yang sekedar iseng bermain, melewati beringin kembar dengan mata tertutup. Aku juga pernah memainkannya saat aku berkunjung kesini dulu. Sayangnya hasilku tak bagus.

Tian berjalan mendahuluiku, aku mengikuti saja langkahnya. Kami sama-sama diam. Aku tak berniat mulai pembicaraan sama sekali karena dia sendiri yang mengajakku bicara kan?

"Tissa, aku tidak menyangka kamu sudah menikah."

Ah sudah kuduga dia akan bicara soal itu. Dia pasti terkejut dengan statusku sekarang.

"Iya," jawabku singkat. Aku benar-benat tidak peduli dengan perasaannya yang tidak menyangka aku sudah menikah.

"Kamu... benar-benar sudah menikah. Ah, aku tidak menyangka sekali." Suaranya terdengar sedih dan putus asa.

"Kenapa? Apa masalah untukmu?" Aku menoleh dan melihatnya kesal. Dia sudah membuat hubunganku dan Raffa bermasalah karena semalam saat dinner.

"Tissa... aku menyesal. Aku tidak ingin kehilangan kamu. Aku sayang kamu. Selama 3 tahun aku berpacaran dengan orang lain tapi aku tidak bisa menjalani hubungan dengan benar, aku selalu terpikir dengan masa lalu kita. Tissa, kumohon kembalilah."

Aku memejamkan mata, sakit dihatiku bertambah besar. Bayang-bayang Tian yang menyakitiku dulu memenuhi pikiranku. Perasaan cinta yang pernah aku rasakan saat bersamanya, aku tidak tahu. Aku bingung. Hatiku terasa tidak tenang memikirkan dirinya. Apa aku benar-benar tidak mencintainya lagi?

"Jangan konyol, Tian. Aku sudah menikah dan kamu tahu bahwa hubungan kita gagal dulu kan? Sadarlah, kita tidak bisa bersama."

"Aku sadar, Sa. Tapi aku sayang kamu. Saat kita berpisah, aku menyesal sudah melakukan kesalahan. Ini semua salahku. Tolong maafkan aku. Aku ingin kita bersana kembali." Tian menunduk menyembunyikan wajahnya. Aku mengepalkan tangan.

"Aku..."

Sungguh aku merasa tidak ingin lagi bersamanya. Hatiku menolak. Hatiku... disana ada Raffa. Raffa, kenapa aku bisa melupakannya. Sosok Raffa yang ku suka, yang selalu mampir di pikiranku setiap aku bekerja, yang kurindukan ketika dia pulang terlambat. Benarkah aku sudah melepaskan semua keraguanku?

"Kamu tidak mencintainya, kan? Pernikahan ini bukan mau kalian kan? Aku kenal kamu Tissa. Kumohon, ceraikan dia."

Aku menutup telingaku. Hatiku tidak bisa terima ketika Tian mengatakan bahwa aku tak mencintai Raffa. Tian salah. Aku bukanlah Tissa yang dulu lagi, yang bisa dia luluhkan dengan kata-kata mematikannya.

Tanganku ditarik, membuatku ingin melepasnya tapi sedetik kemudian rasanya duniaku berhenti berputar. Kami sangat dekat, sampai aku bisa merasakan nafasnya. Matanya menatapku dalam penuh harapan.

Tidak! Apa yang sedang terjadi, aku tidak bisa menggerakkan tubuhku.

Bugh!

Aku mendorong tubuhnya kasar. Mengusap bibirku dengan amarah yang sudah di ubun-ubun. Banyak pasang mata yang melihat ke arah kami. Nafasku memburu, kepalaku terasa pusing sekali.

"Lepaskan! Jangan sentuh aku. Pergi!" Aku ingin menangis. Tuhan, apa yang sudah kulakukan?

"Tissa, aku minta maaf."

Mataku menangkap sosok yang sangat ingin ku peluk saat ini. Matanya memandangku kecewa dan marah. Raffa melihat semuanya? Raffa mendengar semuanya? Apa yang Raffa pikirkan?

"Mas... Raffa. Mas ada disini," kataku dengan suara yang bergetar. Aku menggigil, aku kebingungan.

Raffa membalikkan tubuhnya enggan melihatku. Hatiku langsung terasa sakit. Sangat sakit.

"Tissa, kalau kamu mencintainya, itu hak kamu untuk kembali padanya. Kita bahkan menikah dengan terpaksa. Maafkan aku."

Apa? Tidak, jangan berkata seperti itu. Jangan pergi. Kenapa aku tidak menghentikannya? Kenapa aku tidak bisa mengeluarkan suaraku. Aku tidak ingin kembali pada Tian. Seseorang tolong katakan padanya.

"Tissa..."

Tanganku terangkat dan menamparnya dengan keras. Aku kotor. Berani-beraninya dia menciumku.

"Kamu... kamu brengsek! Aku membencimu. Jangan pernah ada di hidupku lagi! Tolong, pergi dari hidupku!"

Dengan menahan tangis, aku berlari pergi jauh hingga ia tak bisa mengejarku. Kenapa aku menjadi begini? Aku lemah, aku tidak bisa melindungi diriku sendiri.

Hari sudah semakin larut. Tapi aku tidak bisa memejamkan mataku. Aku masih di posisi yang sama. Duduk di pinggiran ranjang, memandang kedua kakiku.

Sunyi sekali. Tidak ada Raffa disini. Pasti dia merasakan sakit yang lebih dariku. Ini semua salahku. Aku bodoh dan lengah. Aku sudah terlupa dengan perasaanku yang sebenarnya. Kehadiran Tian-lah yang membuatku lupa.

Aku tidak ingin ini terjadi. Aku tidak ingin Raffa membenciku. Aku ingin dia kembali, memanjakanku seperti biasanya. Mengusap kepalaku, memelukku ketika aku sedang masak, dan mencium dahiku ketika ingin pergi bekerja.

Ini... perasaan apa? Kenapa aku merasa dadaku berdebar seperti ini? Apa aku seorang gadis remaja yang sedang kasmaran? Aku seperti anak kecil saja. Tapi... aku benar-benar merasakan yang berbeda di hatiku.

Apa aku mencintainya?

-

Kalau semua part tembus 200+ vote, bakal publish part 10. Ditunggu readers ^^

After The WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang