13. Imposibble - Maisha

13.7K 1.1K 70
                                    

Sebulan setelah pertemuan yang tidak mengenakkan itu, sekaligus mengejutkan ku, aku tidak bisa tidur atau makan enak enak. Waktu istirahatku menjadi tersita karena terus memikirkan dia. Dia hadir kembali setelah sepuluh tahun menghilang dari hadapanku. Wujudnya berbeda. Dia tidak sepucat dulu, dia tidak memiliki bau anyir yang menyengat atau tatapan dingin yang tajam. Hanya ada dia yang hangat, senyum ramah, dan cara bicaranya yang menyenangkan sebagai seorang Pelayan. 

Aku tidak percaya dengan apa yang ku lihat sebulan yang lalu. Dia muncul setelah sepuluh tahun dia pergi.

Dia hanya datang sesekali di dalam mimpi dan yang dia katakan selalu sama 'dia baik-baik saja aku tidak boleh mengkhawatirkan dia karena suatu saat kami akan bertemu kembali'.

Tapi ini semua mustahil. Ini tidak mungkin terjadi. Jika dia sudah berbeda alam denganku, mana mungkin dia kembali ke dunia nyata yang sebenarnya. Alam ku dan alam nya tentu berbeda. Semua ini nampak semu tapi nyata. 

"Lagi mikir apa? boleh gue tahu?" suara Mas Bagas dari balik sekat Mejanya membuyarkan lamunanku mengenai dia. Mas Bagas menarik senyum simpulnya ke arahku yang tidak bisa berpikir jernih sama sekali saat ini. 

"Aku lagi mikirin sesuatu Mas." jawabku bingung harus menerangkan darimana.

"Apa? Gue bisa jadi pendengar yang baik kok "

Rasanya tidak percaya jika dia bisa menjadi pendengar yang baik. Jam makan siang sudah tiba, seharusnya aku seperti Teman-Teman ku yang lain pergi mencari Resto atau Cafe menikmati makan siang. Tapi justru disini tinggal aku dan Mas Bagas saja. Kalau aku memang malas untuk keluar mencari makan, tapi kalau Mas Bagas sedang tidak enak badan. Dia memilih di Kantor saja karena dia juga sudah membawa bekalnya sendiri dari Rumah.

"Mas, aku mau tanya. Apakah Reinkarnasi itu ada? Bukan hanya sebuah bualan di negeri Dongeng?"

"Lo lagi demam ya siang-siang gini membicarakan Reinkarnasi?" 

"Mas, aku serius!"

Ini yang membuatku malas jika mengobrol dengan Mas Bagas. Semua-semua dianggapnya gurauan. Aku bukan bergurau lagi, aku bingung. Aku butuh masukan apa aku harus mempercayai Jika dia hadir kembali di hidupku setelah ber reinkarnasi. 

Karena tidak kunjung mendapatkan jawaban yang terbaik dari Mas Bagas, lebih baik aku pergi dari tempat ini. Dia membuatku semakin pusing saja. Kalau tahu gini lebih baik tadi aku tidak bertanya kepada dia. 

"Eh, mau kemana lo?" tanya Mas Bagas kepadaku yang sudah akan bangkit dan meninggalkan dia. 

"Mau keluar cara makan. Males disini sama Mas sukanya ngolokin mulu!" protesku disambut tawa menggelegar dari dia. Terus saja tertawa seperti itu, mentang-mentang dia lebih tua dan aku anak kecil jadi bisa diejek-ejek beginian.

"Tunggu! Gue pengen nanya-nanya."

Tidak ku hiraukan sama sekali apa yang dikatakan oleh Mas Bagas. Dia menyusulku yang sudah akan keluar dari Kantor ini. Lebih baik memang keluar Kantor segera sebelum aku semakin diejek oleh dia. 

***

"Lo apa'an sih. Kenapa lo ninggalin gue gitu aja. Kan gue tanya ke lo?"

Meski aku sudah keluar dari Kantor, Mas Bagas malah menguntitku. Dia sekarang duduk di Meja yang sama denganku di depan Resto yang menjual Ikan bakar super lezat. Alhasil kami sekarang duduk disini berdua tanpa ada Teman yang lain.

"Males berantem sama Mas!" jawabku kesal. Ku cocolkan potongan Ikan Bakar ke dalam mangkuk kecil berisi Sambal lalu memakannya cepat. Sudah kebiasaanku memakan cepat agar waktu ku lebih efisien tidak hanya dihabiskan untuk makan saat jam makan siang. 

Handsome Ghost (Complete)Where stories live. Discover now