two!

65 16 6
                                    


Sore kemarin setelah aku menyantap udon spesial bibi Yumiko. Aku langsung beranjak ke kamar dan terlelap begitu saja.

Paginya aku terbangun, entah pukul berapa nampaknya tidak terlalu siang tapi cahaya matahari sudah menembus tirai jendela berwarna putih. Aku sedikit terkejut. Aku lupa bahwa aku berada dirumah bibi Yumiko. Ah aku masih saja belum terbiasa oleh semua ini. Ini sudah hari ketiga musim panas pikirku. Aku tak boleh melewatkannya begitu saja. Aku akan pergi jalan-jalan hari ini.


Aku beranjak dari kasur mengambil handuk dan menuju kamar mandi yang letaknya diantara kamarku dan kamar Yuta. Kamar mandinya kosong. Aku langsung masuk dan terkejut oleh bayanganku sendiri. Rambutku yang kuikatkan begitu saja sudah seperti sarang burung. Ah ternyata benar kata ibu aku harus berhenti menjadi tsundere.


Aku menyalakan air kran wastafel untuk membilas wajah. Ah sial airnya mati. Aku berjalan keluar kamar mandi dan menuruni tangga. Aku menuju ke dapur dan ruang makan untuk menanyakan tentang air pada bibi Yumiko. Melupakan kenyataan bahwa aku masih sangat berantakan dengan pajamaku dan handuk yang terselempang di pundak.


Ah ini kan rumah bibi. Tak ada orang asing, siapa peduli.


Aku menggeser pintu ruang makan. "Oba-chan apakah air di-"

Deg.


Bibi tidak sendiri atau hanya berdua dengan Yuta di ruang makan. Kursi meja makan itu dipenuhi lelaki asing. Aku masih terkejut hingga tak bisa menghitung jumlahnya. Semuanya menatapku Karena kedatanganku yang tiba-tiba.


"Oh Aika-chan, kau sudah bangun. Ah kau pasti bingung dengan air. Pompanya sedang rusak, akan ada orang datang untuk memperbaikinya setelah ini. Sarapanlah dulu" Bibi Yumiko menarik sebuah kursi untukku disebelah seorang anak laki-laki berwajah anak ayam. Ternyata jumlah mereka ada lima.


Aku masih kebingungan. Yuta lalu menatapku sinis. "Jangan melihat teman-temanku layaknya mereka adalah hewan kebun binatang. Duduklah , dan lihatlah peanmpilanmu. Aish sebenarnya kau ini gadis atau kambing eh?" perkataanya begitu sarkas hingga membuat telingku berasap.


"Yuta jaga mulut sampahmu!" teriak bibi Yumiko kepada Yuta sambil mengarahkan sendok sayur yang dipegangnya ke mulut Yuta.


Aku lalu duduk di kursi disebelah laki-laki berwajah anak ayam itu. Yuta duduk diantara laki-laki yang memiliki dimple dikedua pipinya dan laki-laki yang telinganya dipenuhi tindikan. Laki-laki berdimple itu tersenyum manis kepadaku, ah bagaimana bisa Yuta berteman dengan lelaki yang begitu lucu itu?


Didepannya duduk seseorang berwajah kelinci, menggemaskan itu kata pertama yang muncul di pikiranku saat melihatnya. Lalu ia tersenyum lebar.


Namun atmosfer disekelilingku terasa berbeda. Aku tak menyadari masih ada laki-laki asing dihadapanku, tatapannya begitu tajam. Tatapannya membuatku merinding. Aku tak sadar aku telah menatapinya, lalu ia hanya menyeringai dan tertawa kecil kepadaku. Saat berinteraksi dengannya, aku merasa seperti di pegunungan Everest dan sedang diterkam serigala putih yang lapar, begitu dingin dan menakutkan.


"Hei! Hentikan tatapan kalian berdua ,itu sangat tidak nyaman!" Yuta menyadarkan kami.

"Yuta sekali lagi kata-kata kasar keluar dari mulut sampahmu, akan kulempar sendok sayur ini ke mulutmu!" teriak bibi Yumiko nyaring.

wind ; lee taeyongWhere stories live. Discover now