Wonwoo Diary

Mulai dari awal
                                    

Matanya kini berpaling dari kertas putih itu, memandang bingkai dengan visual ketiga orang yang sangat di sayanginya, tak luput dirinya juga ada di tengah-tengah mereka. Di situ mereka tersenyum bahagia.

Itu foto yang di ambil saat usianya menginjak tiga belas tahun.

Kemudian mata dengan kesedihan yang teramat itu kembali fokus pada kertas putih yang semakin tipis oleh tulisan nya.

"Sepertinya aku tidak akan lagi bisa merasakan itu semua. Appa eomma, kumohon berilah waktu kalian untuk Bohyuk, adik ku. Dia yang akan menemani kalian di masa tua kalian nanti."

Bibir tipis itu melengkung ke atas, tersenyum sangat manis.

"Aku? Aku tidak akan bisa menemani kalian di masa tua kalian, maaf kan aku."

Kemudian air mata kembali keluar dari mata indahnya, keluar sangat deras saat mengingat kenyataan yang harus di hadapinya. Itu membuat Wonwoo sakit, dadanya benar-benar terasa sesak sekarang.

"Aku Jeon Wonwoo, putra dari tuan Jeon dan nyonya Jeon, kakak dari seorang Jeon Bohyuk. Aku sangat menyayangi kalian, aku mohon percayalah."

Tangan itu bergetar dengan hebat, menahan tangisnya untuk tidak menjadi tangisan yang lebih besar lagi.

"Aku menyayangi kalian, aku mencintai kalian, orang tua ku. Kalian masih mempunyai Bohyuk sekarang, ku mohon berilah Bohyuk kasih sayang kalian. Harta kalian tidak cukup untuk membesarkan nya, dia juga butuh kasih sayang kalian yang harus membimbingnya menuju dewasa."

Wonwoo meletakan dengan kasar pena nya, menutup wajah dengan kedua tangan dan menangis hebat.

Rasanya sakit, benar-benar sakit untuk Wonwoo.

Air mata yang terus menerus keluar, isakan pelan yang semakin lama berubah menjadi tangisan hebat, suaranya menggema di ruangan mewah yang cukup luas itu.

Hanya ada dia sendiri di rumah sebesar itu, tanpa di temani siapapun.

"Bisakah? Bisakah aku habiskan satu hari penuh dengan kalian? Tidak akan!"

Tangan kurus itu terkepal dan memukul meja yang ada di hadapan nya.

Marah, sedih,kesal, kacau menjadi satu dalam benaknya.

Perlahan pria itu menenangkan dirinya sendiri.

"Sedikit lagi, aku belum menyelesaikan tulisan ku."

Gumamnya seraya mengambil pena yang tergelatak  dan melanjutkan tulisannya, meskipun dengan menahan rasa sakit di tangan yang memerah akibat memukul meja tadi.

"Maafkan aku, sungguh ini bukan kehendak ku. Maafkan aku, sungguh aku minta maaf."
Kedua mata itu fokus pada kertas putihnya.

"Aku menyayangi kalian, salam hangat. Jeon Wonwoo yang akan terus hidup di dalam hati kalian."

Selesai, tangan nya perlahan menutup buku itu.
Buku yang selama ini menemani nya, buku yang menjadi tempat nya berkeluh kesah.

Bibirnya kembali tersenyum, mendekap erat buku itu dan memejamkan matanya.

"Setidaknya aku sudah menyelesaikan tulisan ku."
Ujarnya dengan isak tangis yang kembali muncul.

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Januari, 2016.

"Wonwoo Hyung."

Seorang pria duduk di sisi seorang pria lain nya.

Pria itu, Mingyu. Dia benar-benar tidak tau harus melakukan apa sekarang.

Menangis? Sudah sering ia lakukan saat melihat tubuh kurus itu yang semakin hari semakin lemah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 23, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Wonwoo DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang