Chapter 29

9.2K 746 30
                                    

Seusai rapat acara promnight tadi siang, Ali memutuskan untuk pergi ke sebuah danau. Mencari ketenangan sekaligus menyegarkan pikirannya sejenak setelah bertemu dengan laptop dan sibuk memikirkan rencana apa saja yang akan dilakukan di acara promnight nanti, acara itu akan berlangsung 2 hari lagi oleh sebab itu Ali harus ekstra sibuk mengatur semuanya.

Motor yang Ali kendarai berhasil mendarat mulus di sebuah tempat parkir yang sengaja di sediakan oleh pihak menyediakan untuk para pengunjung danau. Ditaruhnya helm itu di kaca spion sebelah kanan kemudian dibuka juga jaket kulit yang selalu menjaganya dari debu maupun angin.

Langkahnya semakin mendekat ke arah kursi yang berhadapan langsung dengan danau. Suasananya masih sama, masih tetap sejuk dan nyaman. Kebersihannya juga selalu di jaga, keasrian danau ini memang dijadikan nomor satu oleh petugas oleh sebab itu danau itu selalu menjadi tempat favorite para pengunjung yang datang, entah sekedar berlibur atau mengisi waktu kosong.

Ali merapikan rambutnya sedikit sebelum ia duduk di kursi itu. Tasnya sengaja ia taruh di samping agar ia bisa leluasa bersender dengan kursi. Ali meraba kursi kosong di sebelahnya, ingatannya kembali dengan kejadian beberapa bulan lalu. Tepat di kursi ini, sosok Prilly duduk di samping Ali. Kenangan itu masih diingat betul oleh Ali. Dan sialnya, Ali harus memilih duduk disini. Di kursi yang pernah ia dan Prilly duduki, bukan menyesal. Ali jadi teringat gadis itu, dan Ali akui jika ia sangat merindukan Prilly.

Pandangannya beralih menyapu pemandangan danau. Tempat ini adalah tempat yang bersejarah bagi Ali. Tempat yang pernah menjadi saksi bisu rasa ketakutan seorang Prilly, rasa takut jika ia akan menyakiti Ali. Dan sekarang rasa ketakutan Prilly telah terwujud. Lagi, lagi Ali merasakan sakit hati. Rasa ketakutan yang juga Ali rasakan tentang keinginannya agar Prilly tidak seperti Lisa terwujud. Tujuan Prilly mendekatinya memang sekedar main-main, sama seperti yang Lisa lakukan.

Ali mengacak rambutnya kasar, memejamkan matanya sejenak sambil menghembuskan nafasnya kasar. Rasanya sudah tidak ada gunanya lagi Ali menyesal. Ada poin tersendiri untuk Ali tidak membenci Prilly, Ali begitu mencintai gadis itu. Aneh kedengarannya, dulu Ali selalu bilang jika ia akan benci dengan orang yang membohonginya, namun kenapa tidak dengan Prilly? Kenapa Ali tidak membenci Prilly? Satu jawabannya, Ali sudah terlanjur cinta dengan Prilly. Ali yakin jika Prilly merasakan perasaan itu juga, Ali tahu dari sorotan mata Prilly jika Ali selalu mengucapkan cinta kepada Prilly.

Fikirannya buyar ketika ada seorang gadis kecil menghampiri Ali sambil membawa kotak biru berpita kuning. Gadis itu memegang lembut pipi Ali dan tersenyum, "Nama Kakak, Kak Ali 'kan?" tanya anak itu sambil terus memandang wajah Ali.

Ali tersenyum dan mengangguk, "Iya benar, kenapa?" jawab Ali sangat ramah.

Gadis itu memberikan kotak yang ada ditangannya yang memberikannya ke tangan Ali, "Tadi ada Kakak cantik yang nitip ini ke aku, katanya buat Kak Ali," jelasnya sangat lucu.

Ali mengedarkan pandangannya mencari siapa sosok yang memberikan kotak itu, namun nihil ia tidak menemukan siapapun. Pandangan Ali kembali melihat kotak itu, "Bilangin sama Kakak cantik, makasih ya!" ucap Ali kepada gadis kecil itu.

Gadis kecil itu mengangguk dan memeluk Ali secara spontan, Ali yang awalnya kaget langsung tersenyum, "Kakak cantik bilang, Kak Ali gak boleh sedih, Kak Ali harus bahagia!" kata gadis kecil itu sembari menatap mata Ali.

Ali terdiam sejenak mencerna ucapan gadis ini, "Kalo Kak Ali boleh tahu, nama Kakak cantiknya siapa sih?" tanya Ali penasaran.

Gadis itu melepaskan pelukan Ali dan berlalu pergi tanpa menjawab pertanyaan Ali. Ali mengerutkan keningnya heran, siapa yang dimaksud gadis kecil itu? Siapa Kakak cantik yang ia maksud? Apa ada seseorang yang sedang mengintai Ali? Ali berfikir apa itu------ tidak mungkin.

Everything has ChangesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang