13. Mysterious Messages

Start from the beginning
                                        

"Gue ke sini mau narik lo berdua keluar dari tempat suram ini. Udah saatnya kalian melihat kehidupan SMA yang sebenarnya," ucap Bev dengan penuh semangat.

"Lo ngomong apaan sih? Gue nggak ngerti," balas Riel sambil menutup kotak makannya yang sudah kosong.

Bev mendengus sebal. "Ih, gue mau ajak lo berdua ke kantin. Yuk!"

"Tapi, gue belom selesai makan," ucap Audrey sambil mengangkat tangannya yang masih memegang sandwich.

Sebuah senyuman mencurigakan muncul di wajah Bev begitu melihat Audrey yang sedang memegang sandwich buatan saudara kembarnya itu. Ternyata, saudaranya itu benar-benar serius memberikan sarapan untuk Audrey.

"Makan di kantin aja." Bev menarik tangan Audrey untuk berjalan mengikutinya.

"Gue mau di sini aja," ucap Riel dengan datar.

"Ih, ikut lah lo," pinta Audrey dengan tatapan memohon.

Bev menatap saudara kembarnya sejenak sebelum sebuah ide muncul di otaknya. Ia tahu bagaimana cara membuat Riel ikut ke kantin.

"Drey, lo ke depan dulu. Gue mau ngomong sama Lucas," ucap Bev sambil tersenyum pada Audrey.

Audrey akhirnya mengangguk pelan sebelum berjalan menuju pintu perpustakaan.

"Yakin nggak mau ikut?" tanya Bev sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Hm."

"Oh, yaudah. Kalau gitu, gue ajak Audrey ke sana ya. Tapi, lo tahu kan kalau ada Marco, Lucy sama Claire di sana," ucap Bev dengan nada serius.

Ekspresi wajah Riel langsung berubah begitu mendengar nama Marco dan kedua mantan sahabat Audrey. Ia tidak mau sampai Audrey nanti harus menghadapi mereka sendiri. Hatinya ingin menemani Audrey di sana. Dengan berat hati, ia bangkit dari kursinya.

Hal ini membuat Bev tersenyum bangga. Ia sudah tahu Riel pasti tidak akan tega membiarkan Audrey bertemu dengan mantan pacar dan sahabatnya sendirian. Dan ia juga tahu bahwa Riel benar-benar sudah jatuh cinta pada Audrey. Hanya saja, Riel masih belum menyadari perasaannya sendiri.

"Yaudah, ikut kan berarti?" tanya Bev sambil menyembunyikan senyumannya.

Riel mengangguk dengan pelan lalu berjalan mendahului Bev tanpa mengatakan apapun lagi.

Audrey menatap Riel yang melewatinya tanpa mengatakan apa-apa dengan bingung. "Dia kenapa sih?"

Bev mengangkat kedua bahunya. "Ngebet mau ke kantin kali. Yuk," ucap Bev sambil melingkarkan tangannya di lengan Audrey dan berjalan ke arah kantin.

Saat mereka sampai, Riel sudah duduk bersama teman-temannya yang lain. Sebuah kursi kosong juga sudah disediakan di sampingnya. Tanpa basa basi, Bev langsung mendorong Audrey untuk duduk di kursi tersebut.

"Nah, gini kan enak. Lengkap semua," ucap Bev dengan senyum bangga.

"Hebat lo, Bev, bisa ngeluarin mereka berdua dari perpustakaan," puji Thea sambil bertepuk tangan.

"Yoi dong. Kalau enggak, mereka bisa mendekam di sana terus," balas Bev sambil menatap Audrey dan Riel.

Riel menggeleng-gelengkan kepalanya lalu menatap Audrey. "Lanjut makan gih," ucapnya dengan nada datar namun bisa membuat jantung Audrey berdetak dengan tidak karu-karuan.

"Itu kayak kotak makan lo, Cas?" tanya Levin dengan bingung.

"Iya. Mirip kotak makan lo yang satu lagi," sahut Rachel sambil memperhatikan kotak makan yang dipegang Audrey dengan saksama.

Lesson To Learn Where stories live. Discover now