bagian 3 : permohonan izin Pram

Start from the beginning
                                    

"Madya wanita yang rela melihatku bahagia...jadi dia merestui kita karena kamu adalah sumber kebahagianku sayang...." jawab Pram yakin. Yah dia yakin bahwa Madya akan merestuinya.

******
Madya tengah menonton acara talkshow di ruang santai, tangannya terus memegang remot, kadang pikirannya melayang kemana-mana. ia teringat sang mamah, kedua anaknya dan juga Pram. Sebenarnya, Madya sama seperti perempuan di luar sana curiga ketika suami tidak sering di rumah kesal, marah dan sebagainya bertanya apa kamu selingkuh atau tidak perubahan sikapnya seperti orang lain dan tidak terlalu mengaggap Madya adalah istrinya. Tapi ia selalu tabah dan sabar, Madya pikir inilah dunia dan segala ujian yang tuhan beri.

Madya pov

Kehidupanku seperti tidak memiliki suami, selalu sendirian dirumah begitupun anak, aku sangat merindukan kedua anakku. Mereka masih betah berlibur di sana.

"Assalamualaikum..." sapa Pram yang baru saja masuk. Aku langsung bangun dari tempat duduk menuju ruang tamu.

"Sudah pulang,!!!!" Tanyaku dingin.

"Permisi mbak..." sapa seorang wanita di belakang Pram, wanita itu kalau tidak salah,

"Duduklah Lia, dan kamu Madya aku ingin bicara sesuatu bolehkah... tapi perkenalkan dulu wanita ini---" ucap Pram yang langsung di potong oleh Madya.

"Aku sudah tau... aku bertemu dengan wanita itu di pasar, duduklah dulu Lia... dan kamu Pram ikutlah..." ucapku yang langsung masuk ke kamar.

Aku duduk di tepi ranjang menunggu Pram mengatakan sesuatu.

"Madya..." panggilnya, ia sedikit berjongkok di depanku matanya tak berani menatap wajahku.

"Aku meminta izin untuk menikah dengan Lia..." pinta Pram.

Jjjjjeddaaarrr!!!!

Author pov

Hati Madya bagaikan di hunus sembilu pisau yang sangat banyak. Jantungnya hampir berhenti berdetak. Ia bahkan tercengang dan pikirannya buntu. Ingin rasanya ia berteriak tidak menyunpah serapahi Pram dan wanita itu. Tapi lagi-lagi ia harus menahan amarah itu.

"Pram..."panggil Madya nyaris tanpa suara, matanya mengeluarkan cairan bening dan juga hangat.

"Madya, Madya please jangan nangis sayang... maafkan aku!!! Kumohon restui aku dan Lia, ia sedang mengandung anakku sayang...anak kamu juga kan..." Pram mencoba bangkit dan menatap mata Madya. Tangannya terulur untuk mengusap air mata istrinya namun Madya menepis tangan itu dengan kasar. Madya mengusap air matanya dengan cepat lalu ia berdiri di hadapan suaminya.

"Aku mengizinkanmu untuk menikah dengannya, tapi ceraikan aku terlebih dahulu..." pinta Madya tajam.

"Aku tidak akan menceraikanmu, tidak akan Madya... karena aku sudah berjanji dengan alm. Mamah kamu untuk menjaga dirimu...." balas Pram tak kalah tajam.

"Darimana kamu mendapatkan wanita itu, bagaimana ia bisa mengandung anakmu Pram, kumohon jujur!!! " kata Madya sambil melihat Pram memelas. Pram menutup ke dua matanya ia takut kalau Madya tau itu akan membuat hatinya sakit.

"Baiklah aku akan menjelaskannya."

Pram mulai menceritakan bagaimana bisa ia bertemu dengan Lia, kerja di tempatnya dan juga jatuh cinta. Mengejar wanita itu hingga mereka menjalin sebuah hubungan selama beberapa tahun, memberikan beberapa hadiah untuk Lia sampai akhirnya mereka berdua memiliki bayi yang sedang di kandung Lia.

"Pergilah Pram.... menikahlah sesuai harapan kalian...!!! Aku ikhlas!! Ucap Madya setelah mendengar penjelasan Pram. Entah apa yang di rasakan Pram yang jelas ia sangat bahagia walaupun ada rasa sedikit sedih karena Madya. Madya tersenyum sambil membelai kepala suaminya. bukannya Madya lemah dan tidak ingin memberontak. Tentu saja ia akan melakukan hal itu tapi nanti. Madya masih saja duduk di tepi ranjang dan Pram merunduk di hadapannya. Membuat Madya leluarsa membelai kepala suami tercintanya itu.

My husband WeddingWhere stories live. Discover now