bagian 3 : permohonan izin Pram

13K 755 80
                                    

Pram berhenti tepat di depan sebuah rumah yang amat megah dan mewah, dengan cepat ia keluar dari mobil dan langsung masuk ke dalam rumah, mencari seseorang yang amat membutuhkan dirinya. Pram segera menuju kamar wanita sesampainya disana, ia melihat Lia sedang terbaring lemah dan ada seorang dokter muda bisa di perkirakan dokter itu seumuran dengan dirinya.

"Sayang..." ucap Pram khawatir ia segera mendekati Lia. "Apa yang terjadi..." tanya Pram sambil melihat Lia pucat.

"Aku hanya terpeleset sayang di kamar mandi, dan perutku sakit tapi dengan cepat dokter Azka datang setelah aku menelfonnya...." jawab Lia jujur.

Pram pov.

Aku sangat mengkhawatir kan Lia dan juga calon bayi kami. Tapi aku harus bagaimana??? Lia adalah wanita simpananku yang selalu ku agung-agungkan seperti bidadari cantik, harta apapun akan kuberikan untuknya, segalanya, bahkan seluruh apa yang ku punya. Kini Lia tengah tertidur di sampingku tepatnya di dalam dekapanku. Kubelai anak rambutnya yang menjutai begitu saja. Dan mencium bibir mungilnya.

"Tidurlah sayang, setelah kau bangun. Aku akan membicarakan sesuatu..." ucapku yang terus terjaga.

Selama di dalam perjalanan aku terus memikirkan Lia, aku harus menikahinya dan Madya harus menerima itu. Madya harus rela dengan semua itu atau aku akan meninggalkannya. Aku tidak bisa hidup tanpa Lia dan juga Madya, karena ke duanya sama-sama kucintai. 

***

Lagi-lagi Madya di tinggal oleh suaminya entah kemana. Madya melihat masakannya yang belum tersentuh sedikitpun oleh Pram.

Madya pov

Aku menatap meja makan yang sudah kosong. Pram entah pergi kemana!! Dan lagi-lagi aku di tinggal.

"Apa dia pergi ke tempat kekasih gelapnya itu..." tanyaku ke diri sendiri. Sebaiknya aku tidak berfikir negatif, mungkin saja ia sedang bekerja.

******

Lia terbangun dari tidurnya, ia melihat jam yang di berada di dinding sudah menunjukukan pukul lima sore. Lia memalingkan wajahnya melihat Pram tengah tertidur di sampingnya.

"Pram, bangunlah..." Lia mengusap rambut Pram penuh dengan sayang membuat si empu yang mempunyai rambut itu terbangun.

" kau sudah bangun...??" Tanya Pram sambil mengucek matanya. Ia bangun dari tidurnya menjadi duduk.

"Kapan kita menikah sayang ... kandunganku makin membesar dan aku lelah bersembunyi dari keluargaku... aku sangat merindukan bundaku di rumah Pram..." tanya Lia sedih, memang Lia berkata jujur kalau dirinya sangat merindukan sang bunda di rumah.

Pram yang sudah mengumpulkan nyawanya langsung bersandar di belakang,matanya melihat atap plafon bewarna putih.

"Aku akan menikahimu tapi kita harus meminta restu pada Madya, bagaimapun juga ia istri pertamaku dan aku tidak akan berpisah dengan dia,  karena Madya adalah jodoh dari langit dan aku yang memintanya langsung pada tuhanku..." Pram menengok Lia. Pram berharap Lia mengerti maksudnya.

"Apa dia tidak akan marah?? Ataupun cemburu!!! " tanya Lia ragu.

"Entahlah, sekarang kita akan mencobanya..." pram langsung bangun dan menggendong Lia.

"Eh eh kita mau ngapain..." tanya Lia kebingungan

"Ke rumah orang tua Madya lebih tepatnya tempat tinggal aku dan Madya...." ucap Pram sambil membopong Lia menuju lemari pakaian.

Mereka berdua sedang berganti baju dan sebagainya setelah itu mereka keluar dari kamar dan pergi dari rumah.

"Apa Madya akan menerimaku Pram??? Aku takut..." ucap Lia saat mereka tengah berada di dalam perjalanan.

My husband WeddingDär berättelser lever. Upptäck nu