1. Musim yang dinanti

112 1 0
                                    

Mentari pagi ini terlihat malu-malu, kadang benderang tapi seringnya bersembunyi dibalik awan. Hampir bisa ku lihat bentuknya yang bulat seperti bulan. Bedanya bukan warna putih, melainkan kekuning-kuningan hampir mirip seperti telur rebus.

Wussss !!.. sesekali hembusan angin terasa dingin sekali menerpa kulitku. Ku lihat daun melambai-lambai seolah sedang mengajakku untuk menghampirinya.
Mungkin karena musim kemarau telah habis masanya.

Tapi untuk akhir-akhir ini, cuaca sudah tak bisa diprediksi lagi karna terjadinya global warming.

Ternyata tepat di bulan ini, musim yang sama seperti tahun-tahun lalu.

September ini adalah September ke tiga bila diingat kejadian lalu itu.

Ketika pertama kali lagi aku tinggal di kota kelahiranku sendiri, Bandung. Setelah tiga tahun menempuh study di Yayasan milik kakek di kota tetangga.

Semuanya masih terasa sama seperti dulu. Hanya aku yang semakin bertambah tua, hehe.. tapi kota ini semakin terlihat muda.

Musim-musim ini yang sangat aku nantikan, terasa damai meski keadaan alam redup, meski awan-awan mendung selalu tebal menggantung dan menghujani dunia. Bila sore tiba, nampak terlihat semburat sinar mentari memerahkan awan di sebelah barat dengan meganya. Ditambah dengan suara dzikir dedaunan dihembus semilir angin sepoy-sepoy. Masya Allah! Begitu indahnya.

Karena sibuk memerhatikan keadaan alam yang sangat ku rindukan, ternyata sudah dua bus kota berganti. Terdengar samar suara dari calon penumpang yang tadi sedang sarapan bubur dibelakang halte, dan sepertinya tukang bubur ini belum naik haji. Hihi.. tidak ada peci dikepalanya.

Sementara aku masih mematung di halte kedua yang jaraknya tak jauh dari kampus, kira-kira enam puluh meter.
Orang-orang mulai berbondong-bondong memadati bus. Sepertinya mereka takut kehabisan tempat duduk.
Beberapa orang yang sudah naik, tampak memandangiku yang sudah dari tadi terdiam di halte tapi tidak naik bus bersama mereka. Mungkin beberapa pikiran mereka melayang, aku sepertinya sedang menunggu sesuatu atau ingin menumpangi bus yang kosong?, dan itu sangat tidak mungkin!

Yaa, aku memang sedang menunggu sesuatu. Sesuatu yang tak tahu kan datang saat ku inginkan dan sesuatu yang tak tahu kan ada saat ku butuhkan. Entahlah, lagi-lagi aku hanya sedang berfikir tentang khayalan indah yang hanya akan terjadi dalam sebuah negeri dongeng.

Seperti kiranya berjalan-jalan diatas permadani merah yang empuk dihamparan taman dengan rumput tebal nan hijau, dilengkapi dengan warna-warni pelangi yang lengkungannya menjulang tak bertiang begitu tinggi menghiasi langit, diiringi oleh peri-peri kecil yang dapat menyulap ku dengan segala hal yang aku inginkan menjadi nyata. Di ujung sungai nampak gagahnya pangeran berkuda yang memercikan air dari setiap hentakan tapal kudanya, bersama semua pasukan kuda lainnya. Waaaah.. mimpi itu gratis dan menyenangkan sekali, Helooo... wake up! Sepertinya aku kurang puas tidur semalam.

Hidup itu tidak semudah yang kita bayangkan. Tapi sebenarnya mudah saja, karna kelengkapan hidup itu tergantung dari apa yang kita syukuri. Hanya saja, masalahnya apakah kita termasuk orang-orang yang suka bersyukur itu? hmm... aku pun mengernyitkan dahi tanda tak yakin pada diriku sendiri.

Daun berguguran, memudarkan lamunanku. Tanpa disadari satu jam berlalu, jam arlojiku menunjukan pukul 09.45 WIB. Aku segera bergegas menuju kampus dan mengejar jam kuliah yang akan dimulai lima belas menit lagi. Guru mata kuliah Bahasa Inggris ini agak killer, jadi jangan sampe terlambat, gawat bin celaka!!!

Tanpa pikir panjang, aku langsung mengerjar bus yang sudah berjalan itu, pokoknya aku harus naik bus itu, titik! Beruntungnya Pak kondektur masih memerhatikan jalan mencari penumpang lain yang mungkin tertinggal, seperti aku ini. Ia pun mengulurkan tangannya membantuku agar lebih cepat dan mudah, juga membantu meringankan berkas-berkas dan tiga buah buku tebal yang aku pegang sedari tadi.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 08, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Everlasting TamilWhere stories live. Discover now