Sebenarnya, dari awal Ain mengerahkan seluruh Khy miliknya, ia sudah merasakan dampak itu di sekujur tubuhnya. Setiap inci tubuhnya terasa perih, disertai juga dengan rasa panas menyengat yang sulit ia tahan. Tapi berkat latihan keras dari Rha, Ain bisa mengatasi rasa sakit itu.
Melihat hal itu, Grief memutar kedua Katana miliknya, lalu menancapkan keduanya ke lantai.
"Aku menyerah," ujar Grief sambil menetralkan lagi Khy-nya.
Grief tahu betul apa akibatnya kalau ia terus bersikeras melawan Ain. Sudah dipastikan kalau ia tidak akan bisa bertahan hidup. Di sisi lain, tubuh Ain juga bisa hancur akibat tekanan Khy-nya sendiri.
Mendengar Grief yang mengakui kekalahannya, Ain membuka matanya sambil menghentikan gerakannya secara perlahan. Ia juga menetralkan lagi Khy miliknya, sehingga aura dahsyat itu tidak lagi terlihat menyelubungi tubuh.
Beberapa tetes darah keluar dari telinga, hidung dan bola mata Ain. Kepalanya terasa sakit, sehingga menonjolkan urat yang bisa terlihat jelas di wajahnya. Napasnya juga terasa berat, seakan habis berlari puluhan kilometer.
Ain merasa lega mendapati lawan tandingnya, Grief, menyerah begitu saja. Ia tidak begitu peduli dengan kondisi tubuhnya, tapi ia takut untuk menggunakan kekuatannya yang belum bisa ia kendalikan sepenuhnya. Ia takut kalau Khy miliknya lepas kendali, dan malah mencelakai banyak orang.
Grief berjalan menghampiri Ain, meninggalkan kedua senjata kembarnya tertancap di belakang.
"Aku kalah, Revolt," ujar Grief sembari menatap Ain dengan tajam.
Ain cukup terkejut mendengar Grief memanggil nama belakangnya. Tapi Ain tidak ambil pusing, mungkin saja Grief sudah meneliti lebih jauh tentang dirinya. Itulah yang Ain pikirkan.
Padahal Grief tahu betul siapa Ain sebenarnya setelah mendengar DNA Fightning Type milik pemuda itu dari Agna.
Ain hanya terdiam, tidak beranjak dari tempatnya. Ia sengaja tidak melangkah karena takut akan terjatuh. Rasa sakit di kepalanya membuat tubuhnya terasa oleng. Karena itu, Ain hanya terpaku sambil memusatkan Khy guna memulihkan kondisi fisiknya.
"Apa yang akan kau lakukan sekarang? Sebentar lagi, Agrrav akan menembakkan laser proton yang akan menghancurkan Left Head. Aku tidak akan bisa menghentikannya, begitu juga denganmu." Grief masih melempar tatapan tajamnya pada Ain. Dari lubuk hati terdalamnya, ia ingin mendengar jawaban mengejutkan lagi dari Ain. Malah, ia sedikit berharap kalau Ain bisa menghentikan serangan Agrrav tersebut.
Tapi kali ini Ain hanya terdiam, seolah tengah menunggu sesuatu.
Agak lama Ain terdiam, sampai akhirnya ia mendengar suara yang langsung dikirimkan melalui gelombang pikiran.
"Semua sudah siap, Ain!" pekik Kiev dari atas awan, membuat Ain tersenyum begitu mendengarnya.
"Betul, kita tidak bisa menghentikan tembakan pemusnah Agrrav. Tapi... Sedari awal, aku tidak berniat menghentikannya," ujar Ain menjawab pertanyaan dari Grief.
---|<V>|---
Energi yang terkumpul untuk menembakkan laser proton berkekuatan tinggi sudah terpenuhi. Seperti sebelumnya, bagian depan Agrrav terbuka lebar, mengeluarkan meriam yang mengarah tepat ke Left Head dari jarak yang sangat jauh.
Ruangan tempat Ain dan Grief berada itu terletak tepat di atas meriam. Ruangan itu berada di bagian paling atas dan paling depan Agrrav. Sehingga mereka bisa melihat dengan jelas cahaya membulat yang muncul dari moncong meriam, siap untuk meluncurkan tembakan pemusnahnya.
YOU ARE READING
X-Code
Science FictionAinlanzer memiliki kemampuan bertarung yang tinggi, daya analisa yang kuat, serta daya tangkap yang cepat. Hal itu membuat alam semesta memberinya banyak ujian. Ditambah dengan kode genetik yang unik, membuatnya terpilih menjadi calon 'Utusan Perdam...
Code XV - Takdir Logard
Start from the beginning
